Busana Santun Indonesia Rambah Negeri Kanguru

Apriliana Lloydta Anuraga | CNN Indonesia
Selasa, 01 Mar 2016 19:12 WIB
Brand busana muslim ETU akan mengikuti ajang Virgin Australia Melbourne Festival (VAMFF) pada 7-13 Maret 2016.
Koleksi busana label ETU by Restu Anggraini di Japan Fashion Week. (Dok. Japan Fashion Week)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wacana Indonesia sebagai pusat busana muslim dunia bisa jadi semakin dekat. Buktinya, semakin banyak desainer busana muslim Indonesia yang mengembangkan sayap keluar negeri.

Dian Pelangi, Zaskia Sungkar, Jenahara, Vivi Zubedi, dan Restu Anggraini, sukses membawa busana muslim ke pekan mode bergengsi, London Fashion Week, di acara International Fashion Showcase (IFS), akhir Februari lalu.

Pulang dari London, Restu Anggraini, pemilik label ETU, langsung bertolak ke Australia. Alasannya, brand busana muslim tersebut akan meramaikan ajang Virgin Australia Melbourne Festival (VAMFF), pada 7-13 Maret 2016.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Restu, yang sebelumnya memenangkan ajang Indonesia Young Fashion Designer Award, terpilih karena para juri dibuat tertarik dengan sederet rencana inovasi restu untuk 14 tahun ke depan—sampai 2030—dengan brand yang dibawanya.

Rencana-rencana itu sendiri mencakup rencana soal pasar mana saja yang ETU ingin masuki, produk seperti apa yang akan disasar, serta material apa yang akan dipakai.

“Jadi menurutku customer yang sekarang ini sama customer kita [ETU] nanti berbeda banget. Pola berpikirnya akan beda, cara marketing-nya beda juga dengan yang kita lakuin sekarang,” ungkapnya saat ditemui awak media di kawasan Senayan, belum lama ini.

Bahkan, untuk tahun 2020 saja Restu sudah memiliki target secara ekonomi sekitar US$1juta. Jadi saat ini pun ia sudah mulai memikirkan segalanya mulai dari strategi sampai kerjasama yang akan dijalinnya dengan multinasional brand, apparel, dan material.

Untuk acara VAMFF sendiri, menurut Restu, nantinya di sana ia akan menampilkan koleksi fall winter 2016/2017-nya yang berkisar antara 17 sampai 30 koleksi.

Dari jumlah tadi, Restu konsisten memakai cutting dari pakaian pria. Karena baginya, hal tersebut lebih cocok untuk modest wear.

Cutting-an laki-laki yang benar-benar structural, membuat kita sebagai wanita jadi fleksibel, enggak risih karena enggak akan membentuk badan,” ujarnya.

Mayoritas desain yang dibuat Restu sendiri adalah outerwear. Ia membuat banyak blazer oversized dengan beberapa detail menarik. Diantaranya adalah detail kepangan, bunga dari pleats, dan juga tekstil kreatif.

Sedangkan, untuk bahan, Restu memilih bahan ultrasuede pada salah satu koleksinya agar saat musim dingin, busana besutannya tetap dapat menghangatkan.

Bahkan, Restu bisa dibilang tidak menemukan kesulitan dalam menyesuaikan desainnya untuk pasar Australia. Ia mengaku hanya melakukan penyesuaian dari sisi bahannya saja. Warna-warna yang dipilih Restu dalam koleksinya kali ini adalah warna gelap dengan tone hangat, seperti beige, coklat, olive, dan abu-abu. Desainer lulusan ESMOD ini memilih warna-warna tersebut karena menurutnya cocok dengan tajuk pakaian bergaya formal yang ingin dia representasikan.

Dari segi harga, Restu juga tidak mematok harga mahal. Produknya dia banderol seharga Rp800 ribu hingga Rp3 juta.

Tak sekadar ingin menampilkan hasil karya fesyen dan memasarkannya, di samping itu Restu mengaku dirinya juga memikirkan tujuan lain dengan mengikuti ajang VAMFF.

“Targetnya ekspor-impor yang pasti. Sekalian juga aku mau edukasi market bahwa modest wear Indonesia itu variatif banget. Terus enggak tertutup buat pemeluk agama tertentu, jadi bisa dipakai semua orang. Karena baju itu sebenarnya enggak punya agama. Siapapun bisa pakai,” kata desainer yang juga pernah tampil di Japan Fashion Week tersebut. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER