Jakarta, CNN Indonesia -- Sebulan setelah berganti nama dari
ISIS menjadi
SKY.Inc, Andrea Risjad dan Amot Syamsuri Muda menampilkan kesan baru pada koleksi yang dipamerkan di Indonesia Fashion Week 2016. Mereka menggunakan wastra Nusantara asal Tapanuli Utara, ulos.
Karya yang ditampilkan itu bukan hanya koleksi pertama setelah berganti nama, tapi juga pertama kalinya duet desainer ini menggunakan wastra Nusantara dan tampil di Indonesia Fashion Week setelah lima tahun berkecimpung di dunia mode Indonesia.
"Ini menarik banget, saya juga pertama kalinya dan banyak terkejut ketika mendalami ulos dan saya merasa harus banyak belajar, bukan cuma tentang kain dan teknik tetapi juga arti dari motif kain tradisional,” kata Amot, desainer
SKY.Inc, kepada
CNNIndonesia.com, belum lama ini.
 Menggabungkan kain tradisional dengan gaya rancangan modern adalah cara SKY.Inc mendekatkan kain tradisional pada kaum muda. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo) |
Meski menggunakan kain tradisonal, namun SKY.Inc tak ingin DNA mereka yang modern dan edgy hilang begitu saja, sama seperti ketika mereka memutuskan berganti nama dari ISIS. Dan ini pun mereka tampilkan dalam koleksi yang diberi nama 'O.VER.HAUL' tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sama seperti wastra lainnya, ulos yang merupakan asli Tanah Batak tentu memiliki motif yang bergam serta makna di dalamnya. Terinspirasi dari bentuk motif, warna, serta makna yang ada, label tersebut mencoba mengadaptasi hal tersebut ke dalam bentuk print untuk koleksi
ready-to-wear.
Ide baru itu sukses menyuntikkan kesegaran baru dalam mengolah kain tradisional. Beragam motif yang kebanyakan geometris diadaptasikan menjadi koleksi scarf, kemeja, rok, hinga tas dan sepatu.
Kali ini, Amot lebih banyak menggunakan hijau lumut, abu-abu, dan biru gelap yang kerap jadi warna dominan ulos. Namun, Amot tetap menyisakan warna cerah seperti oranye sebagai bagian dari DNA label.
Adapun gaya rancangannya, tetap berpegang teguh pada nafas
SKY.Inc, yakni muda, edgy, simpel, dan modern.
Meskipun demikian, tidak semua ulos yang digunakan dalam koleksi
SKY.Inc merupakan kain tenun asli. Banyak yang merupakan hasil modifikasi dengan motif ulos.
 Ulos yang digunakan di koleksi ini, tidak seluruhnya merupakan kain tenun ulos asli melainkan hasil modifikasi menggunakan teknik print. (CNN Indonesia/Endro Priherdityo) |
"Kalau ulos yang asli membutuhkan produksi sekitar dua pekan untuk membuatnya, sedangkan kalau dicetak kapan pun bisa," kata Andrea, pemilik label.
"Selain itu, kain ulos yang asli juga bila dibuat menjadi pakaian ready-to-wear kadang terasa berat. Nah dengan diubah menjadi bentuk cetak dan dibuat ready-to-wear, ini menjadi lebih ringan dan lebih mudah dikenakan oleh anak muda," papar Andrea. “Itu tujuan kami, mendekatkan ulos dengan anak muda.”
Memindahkan motif ulos ke atas kain lewat teknik cetak pun tidak sembarangan dilakukan Andrea dan Amot. Keduanya paham betul makna mendalam setiap motif pada ulos. Oleh karena itu, Andrea mengaku terus berkonsultasi dengan pakar dan pihak Dewan Kerajinan Nasional Daerah atau Dekranasda Tapanuli Utara.
"Ulos sendiri punya beragam arti dan kekhususan saat dipakai, misal ada yang untuk lajang dan sudah menikah. Nah ketika dibuat menjadi
ready-to-wear,
kan tidak mungkin diberi label khusus lajang atau sudah menikah. Jadi kami konsultasi selalu tentang motif yang 'aman' dipakai untuk siapa pun," kata Andrea.
"Dan kami pun hanya mengambil sebagian motif untuk menjadi ide dalam motif yang akan kami buat untuk koleksi ini."
(les/les)