Larantuka, Nusa Tenggara Timur, CNN Indonesia -- Tradisi Semana Santa atau pekan suci Paskah di Larantuka, Nusa Tenggara Timur, resmi dimulai setelah puluhan anak melakukan aksi seret seng di depan Kapela Tuhan Ma, usai kegiatan mengaji Tuan Mardomu Pintu Tuhan Ma dan Tuhan Ana, Rabu (23/3).
Ratusan jemaat Katolik dari Larantuka atau kota-kota lain mengikuti misa keagamaan sembahyang atau ibadat lamentasi pada hari yang juga dikenal sebagai Rabu Trewa ini. Lamentasi atau Ratapan Yeremia sendiri menjadi momen berdoa yang dilakukan dalam tiga ratapan.
 Umat Katolik melaksanakan ibadah mengaji Turo Tuan Mardomu di Kapel Tuhan Ma dan Kapel Tuhan Ana, Larantuka, NTT, Rabu, 23 Maret 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Usai melakukan lamentasi, di Larantuka, lampu di Kapela Tuhan Ma dipadamkan dan peringatan Rabu Trewa disambung dengan aksi trewa. Trewa sendiri berarti bunyi-bunyian yang menjadi tanda masuk perkabungan Yesus selama Tri Hari Suci Paskah.
Anak-anak yang sudah berkumpul di depan pintu gerbang kapel langsung menyeret-nyeret lembaran seng bermacam ukuran yang sudah mereka siapkan dari rumah ke aspal di sepanjang jalan depan kapel. Mereka bolak-balik berlarian membuat kegaduhan sambil berteriak "Trewas...Trewas...."
 Trewa yaitu aksi bunyi-bunyian dilakukan sebagai tanda masuk masa perkabungan atas kisah sengsara Yesus di Larantuka, NTT, Rabu, 23 Maret 2016. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
Tak hanya dilakukan oleh kaum anak, trewa juga diikuti oleh remaja Larantuka. Mereka mengenakan sepatu lengkap dengan kaus kaki untuk menghindari terkena sabetan seng dari temannya. Aksi ini sendiri menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi peziarah ataupun wisatawan yang datang ke Larantuka selama Semana Santa digelar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebanyakan dari anak-anak yang turun ke jalan di malam Rabu Trewa ini pun sudah hampir tiap tahun mengikuti trewa. Namun ternyata tidak semua dari mereka mengetahui sejarah dari aksi yang mereka lakukan itu. Seperti yang diakui oleh Dede Da Silva, 12, pelajar SMP Mater Infiolata.
"Kalau sejarahnya enggak tahu. Ikut ini cuma dapat serunya," kata Dede. Dia sendiri mengaku pernah terluka pada bagian kaki setelah terkena seng, waktu mengikuti trewa saat masih duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. "Pernah kena seng di kaki, tapi enggak begitu parah," ujarnya.
Trewa sendiri diketahui sebagai mengenang bagian sejarah saat-saat ditangkap dan diaraknya Yesus sebelum kemudian disalib. Rabu Trewa menjadi awal kisah sengsara Yesus. Usai trewa digelar,
Romo Ece Kleden dari Kathedral Larantuka didampingi confreria memberikan air berkat di sepanjang jalan antara Kapel Tuhan Ma menuju Kapel Tuhan Ana Romo Ece Kleden dari Kathedral Larantuka berkeliling untuk memberikan air berkat di lingkungan tempat berdirinya kapel-kapel usai trewa digelar. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono) |
(meg)