Jakarta, CNN Indonesia -- Paskah merupakan hari raya keagamaan yang agung bagi umat Kristiani. Perayaan ini dilaksanakan untuk memperingati kebangkitan Yesus Kristus pada hari ketiga setelah penyaliban.
Khidmatnya perayaan Paskah tidak cuma terasa di negara-negara Eropa. Di pelosok Indonesia, di wilayah Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Tengah perayaan Kebangkitan Yesus Kristus juga diperingati sebagai upacara takzim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu minggu menjelang Paskah, kota Larantuka di Flores Timur menggelar perayaan Minggu Suci Semana Santa. Perayaan ini adalah ritual puncak pada Jumat Agung atau Sesta Vera, seperti dilansir dari laman Indonesia Travel.
Ada dua patung suci yang menjadi tempat perayaan. Patung Yesus Kristus, masyarakat lokal menamai Tuan Ana, dan patung Perawan Maria, atau Tuan Ma berdasarkan sebutan masyarakat sekitar. Misionaris Portugis Gaspardo Espirito Santo dan Agostinhode Madalena datang pada abad ke-16 membawa patung itu. Hanya setiap Paskah publik dapat menyaksikannya.
Di acara Pekan Suci tersebut, kota Larantuka yang tenang berubah ramai oleh para peziarah dan gelombang jemaat yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Semana Santa dimulai dengan penyalaan lilin saat berziarah ke makam keluarga di pemakaman Katholik Reinha Rosari.
Tak hanya berziarah, acara lain yang dilaksanakan pada prosesi Jumat Agung adalah berkeliling kota dan pengusungan patung tubuh Yesus Kristus. Ini adalah prosesi di mana Yesus menjadi pusat ritual. Sementara, Ibu Maria adalah ibu yang berkabung (Mater Dolorosa) karena menyaksikan penderitaan anaknya menjelang dan saat disalib.
Sesta Vera atau Jumat Agung menjadi puncak perayaan Semana Santa, pekan suci, Paskah. Pagi hari menjelang puncak acara, dilakukan ritual arak-arakan Tuan Menino (bayi Yesus) di laut. Memakai perahu dayung kecil yang diikuti perahu-perahu lain. Di bagian samping dan belakang, masyarakat mengantar dengan perahu motor.
Siang hari ritual berlanjut. Arak-arakan Tuan Ma dan Tuan Anna berangkat menuju Katedral. Dari situ, prosesi Sesta Vera berlanjut dengan dinyalakannya jutaan lilin.
Ada sebuah tradisi yang dipertahanka sampai saat ini oleh masyarakat Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara, yakni prosesi Paskah tradisional, lazim disebut sebagai Kure.
Kote-Noemouti merupakan salah satu titik sejarah hadirnya agama Katolik di pulau Timor. Wilayah yang terletak 224 kilometer arah timur dari Kota Kupang, ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur, pada masa penjajahan merupakan wilayah kekuasaan Belanda.
Prosesi Kure diawali dengan ritual pengosongan diri atau boe nekaf pada hari Rabu, satu hari memasuki Tri Hari Suci atau ritual Trebluman. Semua rumpun suku berkumpul untuk berdoa bersama. Mereka merenung sambil menyesali dosa-dosa untuk siap memasuki minggu sengsara.
Salah satu tahapan penting adalah pengusiran roh jahat. Seperti dilansir dari laman Flobamora, bersamaan dengan bunyi lonceng ketiga, umat di dalam gereja bertepuk tangan. Lampu-lampu semua rumah di Kote dipadamkan. Sambil bertepuk tangan mereka menyerukan 'poi ri rabu' atau 'enyahlah roh jahat!'
Ritual taniu uis neno dilaksanakan pada Kamis Putih. Ini adalah ritual pembersihan diri kepada Sang Khalik, serta ungkapan rasa syukur atas berkat selama perjalanan hidup. Ungkapan kebersamaan ditandai dengan upacara pembersihan patung religi dan pengumpulan persembahan berupa hasil kebun buah-buahan.
Prosesi berlanjut dengan doa pengambilan air atau Soet Oe oleh pastor. Selesai berdoa, umat berarak ke sungai yang letaknya di dekat gereja untuk mengambil air dan dua batu pipih untuk membersihkan patung religi.
Misa Kamis Putih dan Jumat Agung selesai, secara berkelompok masyarakat melakukan Kure. Kure adalah tugas pemeliharaan iman umat yang diemban oleh tetua adat.
Tradisi Paskah di Kalimantan Tengah adalah Memento Mori. Selain dilakukan pawai di jalan, masyarakat Kalimantan Tengah juga memiliki kebiasaan berziarah ke makam. Jika biasanya ziarah ke makam dilakukan pada siang hari, pada ritual ini ziarah dilakukan pada malam Paskah atau Sabtu Suci.
Orang-orang berbondong-bondong mengunjungi makam keluarga. Di sana mereka menyalakan lilin dan menaburkan bunga di atas makam. Keluarga berkumpul sepanjang malam hingga subuh menjelang.
Saat subuh, sekitar pukul lima pagi, mereka mengadakan ibadah Paskah di dekat makam yang telah dipasang tenda. Memento mori berarti 'ingatlah akan kematian'. Tradisi ini adalah akulturasi dari zaman Belanda sejak abad ke-19.