Jakarta, CNN Indonesia -- Memiliki ribuan pulau dengan sumber daya alam bahari yang indah, tak bisa dijadikan jaminan bagi sebuah negara untuk mendapat keuntungan banyak dari bisnis pariwisata. Hal itu dirasakan oleh Indonesia.
Soal wisata, Indonesia dianggap sebagai destinasi eksotis di dunia, sayangnya keuntungannya belum maksimal. Imbasnya, hanya sedikit keuntungan yang bisa didulang masyarakat Indonesia dari potensi pariwisata yang demikian besar.
Selain itu, soal wisata bahari, Indonesia masih jauh tertinggal dari Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal, soal destinasi, tidak bisa dimungkiri, Indonesia punya lebih banyak diving spot atau titik selam dan garis pantai yang lebih panjang dibanding Negeri Jiran.
Hal tersebut pun diungkapkan Menteri Pariwisata Arief Yahya ketika menghadiri pameran Deep and Extreme Indonesia 2016 di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Kamis (31/3). Menteri Arief menyebut bahwa keuntungan yang Indonesia dapat dari wisata bahari masih kalah jauh dari Malaysia. Dia menuturkan pariwisata bahari hanya menyumbangkan devisa negara sebesar 10 persen dari total devisa sektor pariwisata atau setara dengan US$1 miliar.
“Jumlah ini kalah jauh kalau dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, wisata baharinya menyumbangkan 40 persen devisa dengan nilai US$8 miliar,” kata dia.
Pun dengan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia. Wisata bahari hanya menyumbang 10 persen kunjungan wisman atau sama dengan 1 juta dari total kunjungan wisman selama 2014.
Dari jumlah itu, sebanyak 60 persen wisman melakukan wisata pantai, 25 persen wisata bentang laut atau berwisata bahari dengan
cruise, kapal motor atau
yacht, dan 15 persen wisata bawah laut seperti
snorkeling dan
diving.
Hal itu tentu saja sangat disayangkan. Pasalnya, potensi pariwisata bahari yang dimiliki Indonesia sangat tinggi, bahkan terbilang terbesar di dunia dengan jumlah 17.504 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 kilometer.
Sayangnya, itu bukan jaminan. Kekayaan alam bawah laut Indonesia masih belum bisa mengalahkan jumlah kunjungan wisatawan ke Malaysia, Thailand atau Singapura.
Padahal, Indonesia punya 33 destinasi utama penyelaman dengan lebih dari 400 operator, sementara Malaysia hanya punya 11 destinasi dan sekitar 130 operator.
“Tapi kenapa sumbangan devisanya lebih besar?” kata Arief.
Di Malaysia, destinasi wisata bahari yang paling populer adalah Pantai Cherating, Port Dickson, Pantai Desaru, Tanjung Aru, Pulau Perhentian, hingga Rantau Abang.
Adapun di Thailand, umumnya para penyelam menuju ke Pulau Similan, Pulau Surin, Koh Lanta, Koh Phi Phi, serta Koh Tao.
"Kita nggak hanya kalah sama Malaysia, tapi juga Thailand, dan Singapura," tuturnya.
Menteri Arief menyebutkan kelemahan Indonesia adalah keterlambatan, baik soal kemudahan akses menuju destinasi wisata bahari serta kelengkapan akomodasi di destinasi tersebut.
"Kelemahan bangsa ini adalah lelet, kita harus akselerasi dengan cepat jika mau mendapatkan keuntungan lebih dari US$1 miliar,” sebut Arief.
Lebih lanjut, Arief sudah menetapkan target keuntungan yang ia ingin capai dengan wisata bahari Indonesia, yakni sebesar US$4 miliar pada 2019. Kendati jumlah tersebut masih terpaut jauh dari keuntungan yang dimiliki oleh Malaysia.
"Saya ingin Indonesia menjadi sebuah contoh di ranah bisnis pariwisata dengan pertumbuhan tercepat,” tegasnya.
(les/les)