Jakarta, CNN Indonesia -- Dapat masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO 2017 adalah perkara pengakuan dunia terhadap Indonesia, Jakarta khususnya, mampu mengelola warisan budaya, Kota Tua Jakarta. Ke-dua, menambah signifikansi kawasan ini.
Dan kalau dunia memberi pengakuan bahwa ini signifikan dari sisi sejarah, misalnya, maka bertambah pula bobot kawasan ini untuk dikomunikasikan ke banyak pihak.
Hal tersebut disampaikan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid saat peresmian rampungnya konservasi dua situs
pilot project UNESCO di Historia Food and Bar, Jakarta, Kamis (31/3). Dua situs itu adalah Historia Food and Bar serta Kedai Seni Djakarte di Jalan Pintu Besar Utara, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga
Menghidupkan Kembali Kota Tua
“Dengan masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO, tempat ini jadi dikenal, orang jadi banyak datang. Karena sudah dikenal luas, pemeliharaan jadi lebih mudah,” ujar Hilmar.
“Kalau dulu, orang ragu-ragu melestarikan karena tak ada keuntungannya. Setelah melihat ini, terlihat kan ada daya tarik. Itu yang paling konkrit.”
Kota Tua dan empat pulau luarnya (Onrust, Kelor, Cipir dan Bidadari) sudah masuk dalam Daftar Sementara (
Tentative List) Situs Warisan Dunia UNESCO bersama 17 situs lain, di antaranya Kota Lama Semarang, Kota Tambang Batubara Sawahlunto, Permukiman Tradisional Nagari Sijunjung, dan Lanskap Sejarah dan Maritim Kepulauan Banda.
Nomination dossier, dokumen komprehensif pengajuan Kota Tua sebagai Situs Warisan Dunia, telah rampung dan dikirimkan pemerintah RI dan Jakarta Old Town Revitalization Corporation (JOTRC) ke World Heritage Committee UNESCO pada 25 September 2015. Di dalamnya memuat nilai Kota Tua sebagai situs historis berikut upaya pelestariannya ke depan.
Setiap tahun ada antrean panjang untuk dinominasikan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Indonesia punya 900-an cagar budaya nasional, sementara yang diajukan untuk jadi Situs Warisan Dunia hanya satu situs per tahun.
Memilih satu dari 900-an cagar budaya itu butuh proses panjang melalui beragam kajian dan pembicaraan hingga menghasilkan satu keputusan. Bahan evaluasi pun mesti cukup dan kawasannya dapat dipelajari.
 Kawasan Kota Tua Jakarta, Selasa, 29 Maret 2016. Kawasan Kota Tua Jakarta tengah berjuang untuk mendapatkan status Situs Warisan UNESCO. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Pasalnya tak semua kawasan dapat dipelajari dengan baik. Beruntung Kota Tua Jakarta relatif lebih mudah karena pemiliknya diketahui dan bisa diajak bicara.
“Kota Lama Semarang, pemiliknya tidak diketahui, jadi tidak bisa dilacak. Jangankan pemanfaatan, pemugaran saja tidak bisa,” ujar Hilmar.
“Kondisi cagar budaya di Indonesia seperti itu, kesulitan mencari informasi mengenai cagar budaya itu sendiri. Apalagi kalau bicara tentang pendaftaran, panjang lagi ceritanya.”
Sumber dana untuk konservasi dan revitalisasi didapat dari banyak sumber, salah satunya
Fund-in-Trust yang dananya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan “dititipkan” ke UNESCO dan dikelola UNESCO. Selain itu, dana dari swasta dan dari luar negeri ada juga.
Tahun depan, Dirjen Kebudayaan akan mengajukan Kota Sawahlunto sebagai Situs Warisan Dunia. Sawahlunto yang digolongkan dalam warisan industri
(industrial heritage), adalah pusat pertambangan batubara pada zaman Belanda.
“Hampir seluruhnya utuh dari zaman itu sampai sekarang. Kami akan fokus ke sana untuk menyiapkan pendaftarannya sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO,” kata Hilmar.
Baca juga
Lewat Data, Bicara SejarahPersiapan berupa riset dan kelengkapan informasi sudah mulai dari tahun 2015. “Karena tuntutan UNESCO juga sangat tinggi untuk bisa ditetapkan sebagai warisan dunia,” ujar Hilmar.
“Mereka menuntut informasi yang jelas kenapa itu signifikan bagi dunia, bukan hanya bagi Indonesia dan Sumatera Barat.”
Analisis risiko pun dilakukan untuk mengetahui, kalau jadi ditetapkan, akan utuhkah? Jangan sampai setelah ditetapkan, tak ada sisanya lagi.
(sil)