Yogyakarta, CNN Indonesia -- Deretan penjual batik, sandal, gelang etnik sampai makanan khas Yogyakarta di Malioboro menjadi pemandangan dan keseruan tersendiri bagi turis. Kawasan belanja ini bukan cuma menarik bagi wisatawan asing, tapi juga wisatawan lokal dan penduduk lokal.
"Ini pertama kalinya saya ke Yogya. Dan saya sangat suka perpaduan budaya, kerajinan, agama, dan makanannya," kata Andy, salah satu wisatawan dari Australia kepada
CNNIndonesia.com, belum lama ini.
"Dan saya senang belanja di Malioboro. Saya beli beberapa benda di sana untuk oleh-oleh. Saya suka sekali."
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi kenyataannya, di sini Anda tak cuma disuguhkan berbagai benda dan makanan khas Kota Gudeg ini. Anda juga bisa melihat deretan motor yang terparkir di seberang penjual batik.
Bukan cuma satu. Kondisi ini tentunya mengurangi keindahan jalan Malioboro di mata turis. Lagipula hal ini juga akan mengganggu kenyamanan para pengguna jalan.
Penataan dan pelarangan parkir ini juga bertujuan untuk mengurai kemacetan yang kerap terjadi, khususnya saat musim liburan dan juga akhir pekan.
Sebenarnya lokasi tersebut bukanlah lokasi khusus parkir motor. Namun karena kondisi lahan parkir yang tak memungkinkan, mau tak mau trotoar pun jadi pilihan. Namun sejak Senin (4/4), Malioboro yang biasanya padat dan penuh motor, kini lengang.
Tak ada lagi motor-motor yang terparkir berjajar di sepanjang trotoar Malioboro. Trotoar 'parkir' ini hanya digunakan oleh pejalan kaki. Yang tersisa tinggal andong dan becak wisata yang memang ditempatkan di sisi kanan jalan setelah pedagang Malioboro.
"Sudah sejak kemarin ada larangan parkir. Sekarang semua parkir motor dipindahksn ke taman parkir baru," kata Nur, salah satu pedagang di Pasar Beringhardjo.
"Semuanya (pengendara motor dan juru parkir) nurut, enggak ada yang berani nolak."
Kawasan parkir yang dimaksud adalah kawasan parkir Abu Bakar Ali. Lokasi taman parkir ini tak jauh dari papan utama nama jalan Malioboro. Berbeda dari kawasan parkir biasa, lokasi parkir motor ini dibuat berliku dan bertingkat agar bisa memuat banyak motor.
Memasuki hari ke-dua pelarangan parkir di trotoar ini, terlihat papan larangan yang dijajarkan. Pelarangan parkir ini tentunya bukan tanpa alasan. Pelarangan parkir ini dilakukan untuk mengembalikan fungsi trotoar yang sebenarnya.
Nantinya, pemerintah kota Yogyakarta juga akan mengubah lokasi tersebut menjadi kawasan pedestrian yang lebih nyaman bagi pejalan kaki dan juga bagi kaum disabilitas.
Seperti yang tergambar pada papan penutup trotoar, proyek penataan pedestrian kawasan Malioboro ini dilakukan dengan menambah jumlah pohon bunga, pohon asem, pohon gayam, menambah jumlah kursi panjang, bangku, dan parkir sepeda.
(les)