Jakarta, CNN Indonesia -- Mengurus anak dengan autisme memang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan. Selain itu, pilihan terapi yang tepat juga menjadi faktor penentu keberhasilan anak autis mengejar ketertinggalan mereka dan dapat berprestasi seperti orang kebanyakan.
Pakar autis Melly Budhiman mengatakan orangtua harus segera memeriksakan anak ke dokter, jika dicurigai memiliki gejala autisme.
"Begitu curiga kalau anak menjadi autis, segera dicek. Dan kalau pun betul, ada banyak sekali terapi yang dapat dilakukan seperti Terapi
Sensory Integration, ada juga Terapi Biomedis dengan menggabungkan hasil pindai otak lalu menemukan penyebab gangguan kerja otak," kata Melly kepada
CNNIndonesia.com, di Grand Indonesia, baru-baru ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terapis sangat banyak tersedia, tergantung kelemahan si anak ini di mana, karena autisme pada anak berbeda-beda. Ini pun membutuhkan uang yang tidak sedikit. Dan karena permintaannya terus bertambah, banyak yang muncul hanya sekedar cari uang. Cari terapi yang baik, lihat siapa yang punya dan harus ada psikolognya juga.”
Terapi untuk penyandang autisme dapat terbagi dari berbagai aspek, mulai dari penerapan di aspek pendidikan, kemudian penyusunan
supporting system, pola asuh, kelola secara medis, hingga yang berkaitan dengan musik juga agama.
Dari segi pendidikan, pengidap autisme membutuhkan sistem pengajaran khusus yang berbeda dibandingkan pengajaran kepada anak non-autis. Setidaknya, anak autis butuh lebih intensif, sedikit rasio antara guru dengan murid, lingkungan yang lebih kekeluargaan, hingga dilakukan bersamaan terapi lainnya.
Salah satu pendekatan untuk mengelola anak autis adalah applied behavior analysis atau ABA. Terapi ini dilakukan untuk menganalisa dan mengelola perilaku autisme.
Perlakuan yang termasuk ABA ini pun banyak, mulai dari
Pivotal Response Treatment yang memberikan motivasi, hingga
Aversive Therapy yang kontroversial karena memberikan kejutan listrik.
Terapi yang berdasarkan pendekatan komunikasi juga beragam, seperti model SCERTS yang berfokus pada pengembangan fungsional komunikasi dan pengelolaan emosi, hingga menggabungkan komunikasi atensi dengan permainan simbol. Jenis terapi yang banyak berada di masyarakat pun beragam, mulai dari pijat, akupuntur, hingga musik.
"Saya pernah bertemu dengan seorang professor dari China tentang autis, waktu itu banyak terapi akupuntur untuk para autisme. Kemudian saya tanya pendapatnya bagaimana, ia mengatakan kalau akupuntur bisa 'menyembuhkan' autisme, maka tidak ada autisme di China. Faktanya, 20 persen penyandang autisme ada di China," kata Melly.
"Autis itu beragam, ada yang ringan ada yang berat. Terapi harus sesuai tingkatannya, tidak boleh sembarangan. Biasanya terapi hanya dibutuhkan ketika masih anak-anak, ketika sudah dewasa biasanya tidak perlu.”
Saat penyandang autisme sudah dewasa, mereka pun sudah selesai ’tumbuh’ seperti manusia pada umumnya. ‘Sisa gejala' tidak lagi terlihat.
“Namun bagi yang paham, seperti dokter, masih dapat melihat 'sisaan' tersebut,” ujar Melly.
(les/les)