Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah hotel di Selandia Baru telah melarang pengguna celana pendek yang biasa digunakan untuk bersepeda
(cycling short) untuk masuk ke dalamnya, apalagi ke dalam kafenya. Pasalnya, celana berbahan lycra ini dianggap memberikan 'pemandangan' yang tak sedap dilihat. Tak dimungkiri, celana ketat ini akan menciptakan 'lekukan dan tonjolan' di bagian tertentu.
Dalam upaya untuk meningkatkan standar berbusana, hotel Plough di Rangiora membuat sebuah papan peringatan. Papan ini bertuliskan: "Sepeda adalah benda yang indah, namun seharusnya mereka tak pernah menciptakan lycra! Tak ada celana pendek lycra yang diperbolehkan masuk."
Mike Saunders, rekanan pemilik hotel mengatakan bahwa dia sedang berupaya untuk membangun kafe dalam konsep tradisional. Kafe sebagai tempat yang ramah keluarga. Namun, para pengguna celana pendek lycra datang 'menyerang' kafe dengan 'tonjolan' tubuh yang tak sedap dipandang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tidak menentang penggunaan lycra pada umumnya, hanya lycra celana pendek. Pelanggan kami banyak anak-anak dan orang tua yang tak perlu tahu tentang semua detail lekuk tubuh bagian bawah seseorang," katanya kepada Guardian.
Saunders mengatakan bahwa lcyra celana pendek adalah satu-satunya yang dilarang untuk masuk ke dalam hotelnya.
"Sepatu bola yang berlumpur boleh saja, celana olahraga dan sendal jepit juga boleh."
Siobhan Tohurst yang pernah bekerja untuk Saunders di kafe lain mengungkapkan alasan lain mengapa dia mendukung pelarangan lycra di kafe hotel.
"Saya sepenuhnya mendukung larangan Mike terhadap lycra. Karena ketika para pesepeda datang, mereka bau dan berkeringat. Itu tidak higienis dan mereka duduk di kursi yang sama dengan semua orang, termasuk anak kecil."
"Kami juga punya sejumlah pengalaman dengan pria bertubuh besar tapi pakai celana pendek lycra yang ketat. 'Pemandangan' itu tak sesuai untuk dilihat anak-anak."
Dia mengungkapkan, sampai sejauh ini, penduduk setempat menghargai usahanya untuk kembali menegakkan kode etik berbusana saat makan. Setidaknya saat makan, mereka bisa dikelilingi dengan orang-orang berbusana sopan atau bercelana panjang.
Namun berbagai reaksi juga didapatkan dari hal ini. Ketua Pegasus Cycling Club, Tracy Clark mengatakan pelarangan ini adalah bentuk dari kurangnya pemahaman, karena tak semua orang Selandia Baru yang memakai celana pendek bersepeda pasti bersepeda. Bisa jadi mereka hanya ingin memakai celana tersebut namun pergi ke kafe dengan mobilnya.
Sedangkan Ron Van Til, pemilik Rangiora Bakery mengatakan sikap Plough Hotel adalah bentuk reaksi dari hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
"Saya punya pandangan yang berbeda bahwa dunia adalah tempat yang beragam sehingga kita harus merangkul tubuh dari segala bentuk dan ukuran. Saya tak ada masalah dengan lycra sama sekali."
(chs)