Jakarta, CNN Indonesia -- Tim kesehatan dari 150 negara telah meluncurkan vaksin pengganti yang diharapkan jadi penangkal terakhir terhadap polio.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), seperti diberitakan
The Independent, menyatakan pihaknya mengubah strategi membasmi penyakit ini dengan menanggulangi penyebarannya di kawasan yang susah dicapai ketimbang mengadakan program imunisasi massal.
Selama dua pekan ke depan, 150-an negara akan terlibat dalam sinkronisasi penggantian terhadap dua strain vaksin yang menangkal varian lain dari virus polio liar, yakni tipe 1 dan tipe 3.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebaran polio tipe 2 sudah diberantas pada 1999, artinya imunisasi sekarang sia-sia.
Setelah 30 tahun program imunisasi berhasil, sekarang tersisa 12 kasus polio yang tercatat pada tahun ini di seluruh dunia, yakni di Pakistan and Afghanistan. Para pakar memperkirakan penyakit tersebut dapat lenyap dalam satu dekade.
Afrika telah sepenuhnya bebas dari polio selama lebih dari satu tahun. Jika kampanye ini berhasil, polio dapat menjadi penyakit kedua yang diberantas sejak cacar dinyatakan punah pada 1980.
Direktur pemberantasan polio WHO Michel Zaffran mengatakan jika program tersebut kini gagal berarti virusnya sekali lagi dapat menyebar melintas batas negara.
“Kalau sekarang kita melepas kaki dari pedal berarti polio akan langsung menyebar kembali dalam beberapa tahun ke sebagian besar dunia dan menciptakan 100.000 hingga 200.000 kasus,” ujar Zaffran.
“Tugas belum selesai dan tidak akan rampung hingga kita benar-benar memberantas virusnya.”
The Global Polio Eradication Initiative (GPEI) dibentuk pada 1988 dengan tujuan awal untuk membuat penyakit ini lenyap pada tahun 2000.
Penyakit, yang menyebabkan lumpuh hingga kematian dalam kasus ekstrem, ini sudah berkurang 99 persen. Pemberantasannya terhambat karena kurangnya dana dan situasi politik di negara-negara yang terkena.
Pada 2013, GPEI menyatakan perang global terhadap polio akan membutuhkan dana setidaknya US$5,5 miliar atau setara Rp72,5 triliun.
Di Pakistan dan Afghanistan, dua negara terakhir yang polionya masih menjadi endemik, konflik dan propaganda telah menghambat kemajuan.
Pada masa lalu mereka yang bekerja menghentikan penyakit ini berada dalam risiko tinggi. Di Pakistan, militan Islam menyerang tim kesehatan yang mereka tuduh sebagai mata-mata Barat.
Seorang pekerja polio ditembak dan terluka pada Februari. Januari lalu, seorang pengebom bunuh diri menewaskan 15 orang di luar pusat pemberantasan polio di kota Quetta.
Pada 2013, penyakit ini muncul kembali di Suriah, yang dilanda perang, setelah absen selama 14 tahun. Kondisi ini mendorong dibutuhkannya kampanye vaksinasi darurat di wilayah yang luas.
Liam Donaldson, kepala Independent Monitoring Board GPEI, sepakat bahwa mengharapkan punahnya virus polio “bukan hanya prematur, tapi juga bodoh.”
Menurutnya, “Polio masih ada dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh di setiap tahap permainan. Dan masih melawan.”
(sil)