Sejuta Larangan di Taj Mahal

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Senin, 23 Mei 2016 04:15 WIB
Ada banyak larangan bagi turis yang ingin mengunjungi Taj Mahal, salah satu bangunan paling indah di dunia.
Taj Mahal saat pagi hari dilihat dari pintu gerbang utama. Kehadiran kolam di seberang musoleum menambah keindahan salah satu warisan budaya dunia tersebut. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pepatah ‘tamu adalah raja’ rupanya melekat di berbagai tempat, termasuk destinasi wisata. Banyak turis yang menganggap diri mereka adalah raja dan menuntut perlakuan istimewa.

Bukan hanya soal pelayanan. Tidak jarang, turis berlaku semena-mena di lokasi wisata. Sering, mereka mengindahkan aturan dan larangan demi mendapat foto cantik di sosial media, atau hanya karena ingin dianggap spesial.

Padahal, aturan dan larangan diciptakan untuk menjaga lokasi wisata tetap lestari. Baik tertulis maupun tidak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ambil contoh di Candi Borobudur, dimana pengunjung dilarang memanjat tembok. Hal itu dilakukan guna melindungi bangunan candi berusia ratusan tahun dari kerusakan. Tapi, ada saja turis yang cuek. Mereka tetap mencoba memanjat tembok.

Di Taj Mahal, Agra, India, larangan yang diberikan tidak sekadar hanya soal memanjat tembok atau membuang sampah. Ada ‘sejuta’ larangan bagi turis yang ingin mengunjungi salah satu bangunan paling indah di dunia tersebut.

Salah satu larangan utama adalah tidak boleh menginjakkan kaki di lantai marmer Taj Mahal, tanpa pembungkus sepatu. Ada dua pilihan yang diberikan pihak pengelola mausoleum dari abad ke-17 tersebut, pertama membuka alas kaki, atau membungkus alas kaki dengan kain pembungkus khusus.

Alasannya, tentu saja untuk melindungi lantai marmer berusia 384 tahun dari goresan dan kotoran.

“Hak sepatu bisa menimbulkan goresan dan sol sepatu menyimpan banyak kotoran dari jalanan yang bisa merusak marmer,” kata Vihaan Moorthy, pemandu wisata di Taj Mahal, beberapa waktu lalu.

Tapi, tentu saja, pelindung sepatu itu hanya digunakan saat turis menginjakkan kaki di bangunan utama yang di dalamnya terdapat makam Kaisar Mughal, Shah Jahan, dan istri tercintanya, Mumtaz Mahal. Serta di area Jama Masjid, yang terdapat di sisi kiri mausoleum.
Lantai Taj Mahal di Agra, India, tidak bolah sembarangan diinjak pengunjung. Turis harus membungkus sepatu dengan kain khusus sebelum menginjakkan kaki di Taj Mahal. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)
Di luar kedua bangunan tersebut, pengunjung bebas menggunakan alas kaki.

Tapi, larangan bukan hanya soal alas kaki. Vihaan menyebutkan banyaknya pengunjung yang datang ke Taj Mahal setiap harinya, membuat pengelola harus bertindak tegas.

“Orang India suka sekali meludah sembarangan. Oleh karena itu, ada larangan meludah. Lainnya adalah larangan seperti buang sampah sembarangan, makan di kompleks mausoleum, merokok, minum alkohol, main api, juga membawa senjata,” jelas Vihaan.

Ada juga larangan memetik bunga di taman, membawa kamera video, membawa petasan dan kembang api, membawa senter, serta mencoret-coret dinding.

Beberapa larangan yang ‘unik’ juga disebutkan di papan larangan Taj Mahal, seperti dilarang membawa masuk sapi, dilarang memakai helm, serta dilarang membawa barang belanjaan.

Menurut data Archaeological Survey of India, terdapat 690 ribu turis mancanegara yang mengunjungi Taj Mahal selama 2014, dan sekitar 5,4 juta wisatawan domestik.

Hal itu tentu saja membuat pengelola harus ekstra pasang mata menjaga bangunan bersejarah itu dari tangan jahil.

Kendati aman dari tangan jahil para turis, keindahan Taj Mahal justru terancam oleh polusi air dan udara. (CNN Indonesia/Lesthia Kertopati)
Kendati Taj Mahal dijaga ketat dari kerusakan akibat tangan manusia, bangunan warisan kerajaan Mughal itu masih terancam oleh polusi udara dan air.

Hasil riset National Environment Engineering Research Institute di India mengungkapkan, peningkatan polusi di Agra yang disebabkan oleh industri, lalu lintas dan populasi berdampak signifikan pada bangunan marmer tersebut.

Dalam 10 tahun terakhir, warna marmer putih Taj Mahal berubah kekuningan akibat polusi. Padahal, pemerintah India sudah meluncurkan program perlindungan bagi Taj Mahal pada tahun 1998 dan 2000.

Program yang dimaksud termasuk mengganti bahan bakar bajaj di sekitar kawasan Taj Mahal dengan gas alam yang lebih ramah lingkungan, serta melarang kendaraan hingga batas 500 meter dari dinding Taj Mahal. Lainnya adalah mengkampanyekan pengelolaan limbah ramah lingkungan dari industri di sekitar Taj Mahal.

Tapi, usaha itu hanya mereduksi efek dan bukan mengeliminasi. Pasalnya, Agra berlokasi di hilir aliran Sungai Yamuna yang juga melintasi New Delhi, ibukota India.

Limbah rumah tangga dan industri dari Delhi, ikut terbawa aliran Sungai Yamuna hingga ke Agra yang bahkan membuat pondasi Taj Mahal ikut terancam ambruk. (les)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER