Penggunaan Rokok Elektrik Meningkat di Inggris dan Perancis

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Kamis, 26 Mei 2016 01:54 WIB
Di Perancis, proporsi mereka yang telah mencoba rokok elektronik meningkat tiga kali lipat.
Ilustrasi rokok elektrik. (lindsayfox/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah orang yang sudah mencoba rokok elektrik di Perancis dan Inggris meningkat tajam dalam dua tahun terakhir, menurut studi yang dilakukan di seluruh Eropa, dipublikasikan pada Selasa (24/5).

Penelitian yang dikepalai ilmuwan di Imperial College London, Inggris, mengamati sikap dan penggunaan rokok elektrik di Eropa sepanjang 2012 hingga 2014.

Hasilnya, negara dengan penggunaan rokok elektrik tertinggi adalah Perancis, dengan proporsi mereka yang telah mencobanya meningkat tiga kali lipat hingga 21,3 persen dari 7,3 persen.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Inggris, peningkatannya dari 8,9 persen pada 2012 menjadi 15,5 persen pada 2014, lebih tinggi dibanding rata-rata di Eropa.

Menggunakan data lebih dari 53 ribu orang di Eropa, dengan setidaknya 1.000 dari tiap negara, studi tersebut juga menemukan bahwa proporsi masyarakat Eropa yang menganggap rokok elektrik berbahaya meningkat dua kali lipat hingga 51 persen dari 27 persen.

Rokok elektrik adalah tabung metal yang memanaskan cairan, biasanya dicampur nikotin, dan menghasilkan uap ketika diisap. Cairan ini memiliki ribuan aroma, dari aroma permen hingga aroma pizza.

Penggunaan alat tersebut meroket cepat pada dekade terakhir. Penjualan di AS pada 2016 diperkirakan mencapai US4,1 miliar atau setara Rp55,8 triliun, menurut Wells Fargo Securities seperti diberitakan Reuters.

Para ahli berdebat keras tentang apakah rokok elektrik dapat membantu orang berhenti merokok dan apakah aman. Sejumlah studi menekankan perhatian kepada kadar racun beberapa bahan.

“Penelitian ini menunjukkan bahwa rokok elektrik sangat populer di Eropa. Satu dari 10 orang di Eropa sekarang sudah mencobanya,” ujar Filippos Filippidis, yang mengepalai studi tersebut di Eropa dan mempublikasikannya di jurnal Tobacco Control BMJ.

Filippidis menyebut masih ada pertanyaan tentang risiko jangka panjang dan manfaat rokok elektrik. “Kami perlu lebih banyak lagi penelitian tentang rokok elektrik untuk menjawab pertanyaan tersebut.”

Jumlah rata-rata orang di penjuru Eropa yang sudah mencoba rokok elektrik meningkat hingga 60 persen antara 2012 hingga 2014, jadi 11,6 persen dari 7,2 persen. Sebagian besar orang yang mencoba rokok elektrik adalah bekas atau masih sebagai perokok, walau jumlah yang tidak pernah merokok tembakau tapi pernah mencoba, juga meningkat.

Polling yang dilakukan Reuters/Ipsos pada Selasa menemukan bahwa di AS, penggunaan rokok elektrik dan alat isap lain berhenti di angka sekitar 10 persen dari mereka yang disurvei menggunakan alat ini. Persentase yang sama didapat dari polling serupa pada 2015. (sil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER