Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat dunia kini tengah berduka dengan kepergian petinju legendaris, Muhammad Ali. Pria kelahiran kota Louisville, Kentucky, AS pada 17 Januari 1942 ini, wafat pada usia ke-74, di Phoenix, Arizona.
Ali, yang semula bernama Cassius Marcellus Clay Jr., mulai dikenal sejak berhasil mengalahkan Sonny Liston pada 1964 dan merebut gelar juara dunia kelas berat pertama kali. Ketenaran Ali menjadi seorang legenda, tak pelak menjadikan semua hal yang berkaitan dengan dirinya menjadi suatu daya tarik yang bernilai.
The Salt Lake Tribune melaporkan bahwa rumah masa kecil Ali dibuka sebagai objek wisata untuk publik dan para penggemarnya, sejak awal Mei lalu. Rumah yang terletak di barat kota Lousville ini memiliki dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengacara Philadelphia, George Bochetto mengaku bahwa saat melangkah ke rumah masa kecil Ali, seperti kembali pada era 1950-an.
"Ini memungkinkan pengunjung dapat merasakan suasana berada di tengah-tengah rumah keluarga Clay," kata Bochetto, yang merupakan pemilik rumah masa kecil Ali saat ini. Dia mengelola rumah itu bersama seorang investor real estate di Las Vegas, Jared Wiss.
"Kami berusaha menunjukkan dimana semuanya dimulai, bagaimana Ali dapat menjadi 'Ali'," tambahnya.
Butuh persiapan yang cukup memakan waktu agar rumah tersebut tetap terlihat seperti aslinya. Bochetto mengaku harus melakukan rekonstruksi dan renovasi, guna mengembalikan interior dan eksteriornya, persis sama seperti saat Ali masih tinggal di Louisville.
Bahkan Bochetto pun mengembalikan furnitur, karya seni, dan perabotan dengan yang ditemukan pada dalam rumah selama masa kehidupan Ali disana. Selain melalui foto-foto, tim juga dibantu oleh Rahman Ali, saudara kandung Ali pada seluruh proses rekonstruksi.
Lama sebelum proyek tersebut dilakoni, rumah masa lalu Ali adalah bangunan tua yang tak terurus. Akhirnya, Bochetto dan timnya, menyuntikkan investasi sebesar US$ 300 ribu atau setara Rp4 miliar untuk keseluruhan proyek restorasi.
Muhammad Ali tinggal di rumah tersebut bersama dengan orangtua dan saudaranya, sampai ia meninggalkan rumah untuk mengikuti Olimpiade 1960. Setelah sukses menjejaki karir di dunia tinju dan meraih prestasi yang mencengangkan, tidak butuh lama bagi Ali untuk memberi hadiah hunian baru kepada keluarganya.
Dilansir dari Inquisitr, pengunjung tur rumah masa lalu petinju kelas dunia ini, dibuka setiap hari Kamis-Minggu. Pengunjung pun akan dikenakan tiket masuk sebesar US$8 atau sekitar Rp107 ribu. Selain tur, pengunjung dapat menikmati film dokumenter berdurasi 15 menit, tentang video masa kecil Ali dan pendapat Rahman Ali mengenai sosok saudara kandungnya ini.
Sang istri, Yolonda Williams atau kerap disapa Lonnie, mengeluarkan pernyataan resmi mengenai pendapat sang suami saat mengetahui rumah masa kecilnya sedang direnovasi.
"Muhammad senang rumahnya sedang diperbaiki dan dia tahu jika saja orang tuanya masih hidup, itu akan membuat mereka bahagia juga. Seiring berjalannya waktu, akan lebih banyak orang yang mengunjungi rumah itu. Dalam 100 tahun ke depan, itu akan menjadi daya tarik yang lebih besar, sebagai kehidupan dan warisan Muhammad yang terus menginspirasi orang," kata Lonnie.
[Gambas:Youtube] (les)