Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah meliput acara pameran kebudayaan Indonesian Weekend di Potters Field Park, sepekan lalu, CNNIndonesia.com mendapat kesempatan untuk menikmati suasana di London selama seminggu.
Kesempatan langka ini tentu saja tidak disia-siakan. Malah kalau bisa, kaki ini akan terus melangkah dan hanya pulang ke tempat penginapan untuk tidur malam.
Di hari terakhir Indonesian Weekend, CNNIndonesia.com berkenalan dengan sekelompok pemuda asli London yang menetap di Clerkenwell. Saat ditanya di mana tempat yang seru untuk menghabiskan waktu, mereka malah bertanya balik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Jawabannya sangat tergantung, Anda mau menjadi turis atau hipster di London?” kata Smith, salah satu dari mereka.
“Tapi jika Anda mau menjadi turis, Anda bisa mendatangi objek wisata yang saling berdekatan. Supaya lebih menghemat waktu,” lanjutnya.
Atas petunjuk Smith dan teman-temannya, CNNIndonesia.com lalu memutuskan untuk "menjalani kehidupan sebagai" turis keesokan harinya.
Pada Senin (30/5), CNNIndonesia.com memutuskan untuk memulai perjalan dari Hyde Park, taman terbesar di London.
Tapi karena baru memulai perjalanan pada Senin pagi, CNNIndonesia.com baru berjalan ke stasiun kereta setelah jam sibuk, yaitu sekitar pukul 10.00.
Dari tempat penginapan di Vine Hill, CNNIndonesia.com melangkah ke stasiun kereta Chanchery Lane.
Setelah naik kereta dari Chanchery Lane, CNNIndonesia.com lalu turun di Marble Arch. Dari sana, lalu berjalan kaki selama lima menit sampai ke Hyde Park.
Turun di stasiun kereta, CNNIndonesia.com sudah disambut oleh Marble Arch, gapura marmer yang dulunya berada di Buckingham Palace.
Yang membuat berkesan, dulunya gapura ini hanya bisa dilewati oleh anggota keluarga kerajaan dan pemerintahan.
Hyde Park berada tepat di seberang Marble Arch. Pada pagi hari, taman hijau seluas 254 hektare ini ramai dikunjungi oleh penduduk London untuk berolahraga.
Menjelang siang, banyak penduduk London yang menggunakan taman ini untuk berorasi.
Di Hyde Park, turis bisa naik sepeda sewaan seharga GBP2 yang bisa digunakan seharian. Untuk pasangan, bisa juga mendayung perahu berdua di tengah danaunya.
Jangan lupa untuk membawa syal untuk melindungi tubuh dari terpaan udara dingin yang bertiup dari sela pepohonan.
Kalau perut mendadak lapar, para turis bisa menikmati kopi dan roti di kafe-kafe yang berada di sekitar Hyde Park. Kembali berada di dalam kereta dari stasiun Marble Arch, CNNIndonesia.com lalu turun di Bond Street lalu melanjutkan perjalanan ke Westminster.
Stasiun ini ternyata sudah dipadati oleh turis, meskipun sudah bukan lagi akhir pekan. Berbagai wajah dari India, Arab dan China terlihat sumringah ketika melihat Big Ben berdiri gagah di depan Westminster Station.
Demi mendapatkan foto yang paling terbaik, CNNIndonesia.com lalu berjalan kaki ke arah jembatan Westminster.
Dari sana, tiga ikon khas kota London, Big Ben, Houses of Parliament dan London Eye langsung terlihat. Tak ketinggalan kapal-kapal yang melintas di bawah jembatannya.
Hanya perlu mengatur letak kamera sedikit, agar foto selfie tidak dicemari oleh penampakan ribuan turis lainnya. Sangat menghemat waktu perjalanan, bukan?
Big Ben yang menyatu dengan Houses of Parliament telah berdiri sejak 1859. Jam besar ini masih terus berdentang setiap jam.
Sedangkan London Eye telah beroperasi sejak 1999 sebagai penanda milenium baru. Pemandangan kota London dapat terlihat dengan jelas saat naik bianglala besar ini.
Ada sekitar 24 objek wisata lain yang berdekatan dengan Big Ben, antara lain Westminster Abbey, Buckingham Palace, Trafalgar Square dan National Potrait Gallery.
Namun, karena rintik hujan mulai turun, CNNIndonesia.com memutuskan langsung berjalan kaki ke Trafalgar Square. Hanya butuh waktu 13 menit untuk sampai di sana. Sampai di Trafalgar Square, CNNIndonesia.com langsung disambut oleh empat patung singa berwarna hitam dan dua air mancur.
Sama seperti di Big Ben, ribuan turis sudah terlihat asyik berfoto. Bahkan sampai ada yang naik ke atas punggung patung singa.
Sayangnya, tidak ada penampakan burung merpati yang biasanya mempercantik foto di Trafalgar Square.
Menurut keterangan salah satu penjaga, memberi makan burung merpati sudah tidak lagi diizinkan, karena dapat mengganggu kebersihan.
Di sebelah Trafalgar Square terdapat Museum National Gallery dan National Potrait Gallery. Walau kedua namanya hampir sama, namun jenis barang seni yang dipamerkannya berbeda tipis.
Di National Gallery, terdapat lukisan dan foto karya seniman terkenal. Sedangkan di National Potrait Gallery, terdapat lukisan dan foto sosok orang terkenal.
Karya yang dipajang di kedua museum ini berasal dari abad ke-13 hingga ke-20.
Bagi anak muda, khususnya yang pecinta musik, lukisan karya Julian Opie di National Potrait Gallery tentu saja menarik untuk disimak.
Opie ialah seniman lulusan Goldsmiths College yang merancang sampul album musik Blur yang bertajuk The Best Of yang dirilis pada 2000.
Sayangnya, petugas keamanan tidak membolehkan para turis untuk berfoto di depan karya yang dipajang di kedua museum ini.
Salah satu alasannya ialah karena banyak pengunjung nakal yang mereproduksi lukisan yang difoto lalu dijual kembali di pasar gelap. Melewati siang, perut sudah mulai keroncongan. CNNIndonesia.com lalu melangkah ke arah Leicester Square, di mana terdapat restoran khas China bernama Old Town 97.
Bisa dibilang, keberadaan Chinatown membuat perut turis dan penduduk Asia yang berada di London terselamatkan.
Kalau ingin menu yang lebih halal, Chinatown juga memiliki restoran khas Malaysia bahkan Indonesia, salah satunya bernama Nusa Dua.
Saat berjalan kaki menuju restoran, CNNIndonesia.com melihat ada minimarket bernama See Woo. Yang mengejutkan, minimarket ini menjual Indomie dengan rasa yang lumayan lengkap.
Restoran Old Town 97 cukup ramai siang itu. Tidak hanya wajah Asia, beberapa wajah Eropa juga terlihat mengunyah dengan mantap.
CNNIndonesia.com lalu memesan Baked Pork Chop Rice in Creamy Sauce dan Stir Fry Pork Belly with Special Chilly Sauce.
Kedua makanan ini masing-masing berharga GBP10. Harganya memang cukup mahal, namun sangat sepadan dengan porsi besar dan rasa enak yang diberikan.
Jika tidak ingin makan terlalu banyak, pengunjung pun bisa berbagi makanan dengan meminta piring tambahan.
Kehangatan teh China menuntaskan rasa lapar di perut. Kaki lalu segera melangkah ke arah Picadilly Street yang hanya berjarak sekitar tiga menit.
Tak jauh berbeda dengan Oxford Street atau Covent Garden, kawasan ini berisi banyak toko-toko yang menjual pakaian hingga barang elektronik.
Namun disarankan lebih baik berbelanja di Oxford atau Covent Garden, karena kawasan ini sangat padat oleh turis.
Di Picadilly Street, turis yang tidak berbelanja bisa mendapatkan bonus berfoto di persimpangan ikonik Picadilly Street yang dihiasi oleh lampu neon iklan.
Pastikan untuk berfoto saat bus merah bertingkat atau double decker melintas agar foto terlihat lebih cantik.
Bagi yang tidak sempat mengisi perut di Chinatown, bisa langsung menuju Princi Pizzeria.
Restoran Italia ini menyediakan berbagai menu akrab di lidah, mulai dari pasta sampai nasi, dan tentu saja dengan harga yang nyaman di kantong, mulai dari GBP1 hingga GBP12.
Sudah menginjak Picadilly Street tidak ada salahnya untuk menyambangi Covent Garden dan Oxford Street.
Dua kawasan belanja ini hanya berjarak hanya 15 menit dengan berjalan kaki.
Di Covent Garden, lebih banyak toko high fashion yang membuka gerainya, mulai dari Karen Millen hingga Michael Kors.
Sedangkan di Oxford Street, lebih banyak toko high street fashion, mulai dari Topshop hingga Primark.
Bagi yang gemar make-up, jangan lupa untuk menyambangi toko dan apotik Boots serta Superdrug. Di toko ini, merek-merek kosmetik seperti Rimmel, Sleek dan Benefit sangat mudah dicari.
Hari sudah menjelang gelap, berarti saatnya keriaan malam di London dimulai. Kalau pilihannya untuk menikmati bir, jangan sampai lupa untuk mengunjungi Mother’s Kelly yang berada di Bethnal Green.
Dari British Museum, pilihannya bisa naik bus, kereta atau taksi. Untuk kereta, bisa naik dari ke stasiun Tottenham Court Road ke Bethnal Green.
Sesampainya di Bethnal Green, bisa dilanjutkan dengan berjalan kaki selama tiga menit.
Mother’s Kelly tampak seperti gudang besar yang sudah diubah menjadi bar. Tempat ini buka setiap hari mulai dari pukul 12.00 hingga 23.00.
Memang banyak bar yang berada di pinggir jalan London, tapi Mother’s Kelly lebih istimewa karena menjual sekitar 400 merek bir dari seluruh dunia.
CNNIndonesia.com lalu memilih bir asli dari Belgia, Petrus, yang dijual seharga GBP4 perbotolnya.
Dijelaskan oleh seorang bartendernya, Petrus memiliki cita rasa buah ceri yang manis dan asam.
Selain Petrus, terdapat empat merek bir yang juga juara, yaitu Toppling Goliath, Yeastie Boys, Three Boys dan Toppling Goliath.
Usai tenggakan pertama, malam di London menjadi lebih sempurna. Sambil berbincang dengan pengunjung yang lain, CNNIndonesia.com memutuskan untuk menuntaskan pengalaman menjadi turis dalam sehari di Mother’s Kelly.