Jakarta, CNN Indonesia -- Setiap orang pernah mengalami rasa cemas, khawatir, panik, dan gelisah. Rasa cemas adalah bagian dari emosi normal manusia.
Seperti rasa cemas ketika menghilangkan barang penting milik orang lain, atau saat menghadapi ujian, hingga saat-saat menanti hari besar seperti pernikahan.
Tetapi, rasa cemas ternyata bisa menjadi gangguan mental yang sangat parah dan melelahkan pada kondisi tertentu. Rasa cemas ini sudah bukan lagi hal normal dan sering disebut dalam istilah psikologinya sebagai 'Anxiety Disorders' atau gangguan kecemasan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sebuah penelitian baru, wanita memiliki risiko gangguan hampir dua kali dibanding dengan pria. Peneliti dari University of Cambridge menyatakan bahwa banyak sumber daya untuk mempelajari gangguan yang diperkirakan dialami empat dari 100 orang, dan menyerang mereka pada usia di bawah 35 tahun ini.
Studi yang sama juga menemukan bahwa orang-orang yang berasal dari Eropa Barat dan Amerika Utara memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dari budaya lain.
Penulis dari Departemen Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer, Olivia Remes, mengatakan bahwa gangguan ini dapat membuat hidup sangat sulit bagi sebagian orang dan penting untuk mendapatkan bantuan dari sekitarnya.
"Dengan mengumpulkan semua data ini bersama-sama, kami melihat bahwa gangguan itu umum pada semua kelompok, tetapi wanita dan orang muda yang tidak proporsional juga terpengaruh. Orang-orang yang memiliki kondisi kronis pada kesehatannya dan berada pada risiko tertentu, gangguan ini menambahkan beban ganda pada kehidupan mereka," kata Remes, seperti dilansir
Independent.
Berkaitan dengan gangguan ini, Amerika Serikat diperkirakan telah mengeluarkan biaya tahunan sebesar US$ 42,3 juta atau sekitar Rp561 miliar. Di Uni Eropa, tercatat lebih dari 60 juta orang terkena gangguan kecemasan ini pada tahun-tahun tertentu.
Dari hasil ulasan yang ditunjukkan, proporsi tertinggi orang dengan kecemasan di Amerika Utara, yaitu dengan perbandingan delapan dari setiap 100 orang yang terkena. Sedangkan yang terendah berada di Asia Timur, yaitu kurang dari tiga pada setiap 100 orang yang memiliki masalah kesehatan mental ini.
Jika berdasarkan jenis kelamin, perempuan dinyatakan hampir dua kali lebih mungkin terkena dampak gangguan ini dibanding pada pria. Adapun untuk individu muda, baik laki-laki dan perempuan di bawah usia 35, terpengaruh secara tidak proporsional.
(meg)