Jakarta, CNN Indonesia -- Para wanita biasanya susah menahan diri ketika melihat aneka furnitur baru dan menarik yang terpajang di etalase toko. Namun bila berniat membeli sebuah furnitur baru, baiknya perhatikan kandungan senyawa kimia yang digunakan karena bisa jadi berbahaya bagi perempuan.
Sebuah studi yang dilakukan Harvard TH Chan School of Public Relation dan dirilis dalam jurnal Environmental Health, menunjukkan bahwa wanita yang terpapar kandungan senyawa kimia tahan api dalam darah, memiliki risiko terkena penyakit tiroid. Kemungkinan itu akan lebih tinggi pada wanita pasca menopause.
Kandungan senyawa kimia tahan api yang terdeteksi adalah
polybrominated diphenyl ether (PBDEs) dan memiliki keterkaitan dengan munculnya masalah tiroid seperti hipertiroidisme, gondok, atau penyakit Hashimoto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyakit yang menyerang kelenjar tiroid dapat berpengaruh pada daya ketahanan tubuh mengingat fungsi kelenjar tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Biasanya penyakit tiroid ini dianggap karena ada masalah dengan kelenjar pituari di otak, radiasi yang merusak tiroid, pengaruh obat litium, dan kadar iodin yang berlebihan pada tubuh.
"Senyawa kimia PBDEs ini ada dimana-mana, mulai dari darah beruang kutub hingga elang sampai manusia di semua benua," kata Joseph Allen, dosen ilmu pencemaran Harvard Chan School seperti yang dilansir dari laman resmi kampus tersebut.
"Sebaran paparan yang dekat ini menunjukkan semua manusia adalah bagian dari eksperimen global tentang dampak gangguan kimia pada endokrin tubuh manusia.”
PBDEs banyak digunakan sebagai anti-api di banyak produk furnitur, bahkan hingga 20 persen dari total bobot produk. Seiring dengan waktu, bahan retardan tersebut menguap dan menyebar ke sekeliling hingga mengendap dalam tubuh manusia.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa ketika bahan kimia ini terakumulasi maka dapat mengganggu fungsi hormon, termasuk tiroid. Karena kelenjar tiroid ikut mengatur estrogen pada wanita, maka peneliti berasumsi wanita pasca menopause akan sangat rentan terhadap dampak PBDEs.
Temuan dari Harvard juga mengungkapkan bahwa secara umum, perempuan lima kali lebih mungkin terkena imbas PBDEs pada tiroid dibanding laki-laki. Presentase tersebut sekitar 13-16 persen pada wanita, sedangkan laki-laki hanya 2-3 persen.
"Pada tubuh manusia, senyawa kimia retardan api ini terlihat dan berfungsi persis dengan hormon endogenous yang dihasilkan tubuh manusia. Ini semua mudah dicegah," kata Allen.
Namun penelitian ini masih belum menunjukkan dampak langsung dari senyawa kimia retardan api terbaru yang digunakan industri mebel karena belum secara resmi terdaftar.
(les)