Jakarta, CNN Indonesia -- Tahun ke-6 peringatan ASEAN Dengue Day (ADD) atau Hari Dengue Se-ASEAN yang jatuh pada tanggal 15 Juni 2016, mengangkat tema 'Pemberdayaan Masyarakat: Sukses Berkelanjutan untuk memerangi Deman Berdarah Dengue (DBD)'. Adapun, peringatan ADD di Indonesia sendiri dikemas dalam tema 'Bergerak Bersama Cegah DBD melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik', yang ditandai dengan sosialisasi Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik serta peluncuran situs edukasi DBD .
Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk
Aedes Spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya.
Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Asia Pasifik menanggung 75 persen dari beban dengue di dunia antara tahun 2004 dan 2010, sementara Indonesia dilaporkan sebagai negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar diantara 30 negara wilayah endemis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data internal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), pada tahun 2015, penderita demam berdarah di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 129.179 orang, dimana 1.240 diantaranya meninggal dunia.
Melihat kondisi yang cukup mengkhawatirkan ini, Kementerian Kesehatan melalui dinas-dinas Kesehatan di seluruh Indonesia lebih gencar melakukan Gerakan "1 Rumah 1 Jumantik". Gerakan ini merupakan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang mengajak seluruh masyarakat berperan aktif dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk, khususnya jentik nyamuk Aedes Spp.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dr H. Mohamad subuh, MPPM menjelaskan bahwa gerakan tersebut menurunkan angka penderita dan angka kematian akibat DBD. Caranya dengan meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat berbasis keluarga untuk melakukan pencegahan.
"Gerakan ini sudah digaungkan sejak ADD 2015 yang lalu di Indonesia. Program ini akan berjalan dengan baik jika adanya dukungan dan peran serta masyarakat Indonesia," ujarnya di Simposium 'Bergerak Bersama Cegah DBD Melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik' di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (15/6).
"Untuk mensukseskan gerakan ini, di setiap rumah harus ada satu orang anggota keluarga yang berperan sebagai juru pemantau jentik atau jumantik,” ujar Mohamad.
Harapannya, jika setiap keluarga Indonesia berjumlah 4 orang, dengan penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta, maka dengan gerakan ini diharapkan akan ada sekurang-kurangnya 65 juta Jumantik di Indonesia.
Adapun, gejala DBD adalah demam tinggi, nyeri kepala, perdarahan pada kulit, mimisan, dan nyeri pada otot serta persendian. Pada anak seringkali disertai mual dan muntah, juga kehilangan nafsu makan.
"Apabila tidak ditindaklanjuti akan membawa kepada kondisi syok dan perdarahan saluran cerna sehingga menyebabkan kematian. Hal lain sebagai penyebab kematian karena pasien datang terlambat. Oleh karena itu jika anak demam sekitar 3 hari tidak turun, segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk diperiksa lebih lanjut," ujar Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Sri Reieki Hadinegoro.
Dia menjelaskan, cara terbaik mencegah DBD adalah melalui Gerakan 3M yakni menguras penampungan air, menutup tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang bekas. Hal tersebut akan mengurangi tempat nyamuk bersarang dan bertelur.
Selain itu, bisa juga diterapkan kegiatan lain yang mendukung pencegahan seperti menaburkan bubuk larvasida di penampungan air, menggunakan obat nyamuk, menggunakan kelambu tidur, dan menanam tanaman pengusir nyamuk.
Di Indonesia, Mohammad Subuh menyebutkan salah satu daerah yang telah berhasil melaksanakan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik secara efektif ialah Tangerang Selatan.
Selain mensosialisasikan kembali "Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik", pada kesempatan tersebut turut diluncurkan portal edukasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat umum terhadap dengue melalui website Dengue Buzz Barometer, yang merupakan kelanjutan dari kampanye Dengue Mission Buzz pada peringatan ASEAN Dengue Day 2015.
(les)