'Tinder' Akan Jadi Masa Depan Industri Bunga Belanda

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Senin, 20 Jun 2016 08:38 WIB
Kini sistem lelang bunga ikonik di FloraHolland, Belanda, terancam keberadaan petani yang langsung mengirimkan bunga segar ke konsumen.
Tradisi lelang bunga di FloraHolland Belanda terancam penjualan langsung dari petani ke pembeli. (Pixabay/cosmosjs)
Jakarta, CNN Indonesia -- Belanda tengah berjuang mempertahankan mahkotanya sebagai balai lelang dunia untuk bunga segar. Pasalnya, kini negara-negara di Afrika muncul sebagai penyaing baru yang langsung mengirimkan bunga segar ke konsumen.

Negara Kincir Angin tersebut menumpuk pundi-pundi dengan menjual bunga tulip sejak abad ke-17. Era yang mereka sebut sebagai ‘Dutch Golden Age’ atau masa kejayaan. Sejak saat itu hingga sekarang, Belanda adalah eksportir agrikultur terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.

Puluhan tahun sudah FloraHolland berfungsi sebagai pusat lelang bunga segar dari seluruh dunia. Dari ‘gudang bunga’ terbesar di dunia itu, berbagai jenis bunga dari segala penjuru, didistribusikan secaga global.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir Reuters, FloraHolland bertanggung jawab mendistribusikan hampir 50 persen dari seluruh bunga yang dijualbelikan di dunia. Tahun lalu, FloraHolland menjual bunga sejumlah 4,6 juta Euro atau setara Rp69,4 miliar.

Seluruh bunga tersebut terjual melalui lelang ikonik yang selalu diadakan setiap dini hari, dan bahkan menjadi objek wisata.

Tapi, kejayaan gudang bunga itu bisa jadi berakhir. Hal itu disampaikan CEO FloraHolland Lucas Vos yang menyebut penjualan bunga secara langsung dari petani ke pembeli mengancam lelang ikonik di perusahaannya.

Penjualan langsung tersebut memangkas jumlah lelang yang dilakukan FloraHolland. Adapun, jumlah penjualan langsung dari petani ke pembeli tahun lalu, meningkat 3,8 persen menjadi 2,3 juta Euro.

“Kita harus menyadari bahwa, jika kita harus mengirimkan bunga ke China atau India, sistem logistik yang kita miliki sekarang ini, tidak lagi cocok,” kata Vos, yang menjabat sejak 2014.

Oleh karena itu, kini FloraHolland tengah mencari sistem lelang baru guna menggantikan cara yang telah mereka lakukan selama lebih dari 100 tahun.

Tidak hanya itu, FloraHolland juga telah berinvestasi sebesar 90 juta euro untuk mengembangkan usaha selama lima tahun ke depan dan berencana mengembangkan sistem lelang online 24 jam.

“Nantinya, lelang bunga di FloraHolland akan seperti Tinder dan AirBNB yang bisa diakses dari seluruh dunia,” terang Vos.

Hal tersebut tentu akan membuat lelang ikonik di gudang bunga FloraHolland perlahan hiatus. Tapi, Vos tetap optimistis.

“Kebanyakan petani hanya menanam satu jenis bunga dan konsumen menginginkan buket. Pasti diperlukan gudang bunga seperti FloraHolland,” katanya.

Selain itu, bagi pasar Eropa, keberadaan gudang bunga di Amsterdam masih masuk akal, sebelum kemudian bunga-bunga segar itu dikirim ke Inggris, Prancis atau Rusia.

Sementara bagi petani bunga di Afrika, seperti Kenya dan Ethiopia, FloraHolland membantu menstabilkan harga bunga di pasaran. Kini, sebanyak 50 persen dari bunga di Kenya dan 70-80 persen bunga dari Ethiopia, diekspor melalui FloraHolland.

Tapi, jika ingin memasuki pasar Asia, seperti China dan India, FloraHolland harus punya gudang bunga lain di luar Belanda. “Kami harus mendekati pasar,” ujarnya.

Padahal, saat ini, nilai ekspor bunga Belanda turun kendati masih jadi pemain dominan. Belanda menguasai ekspor 52 persen bunga potong ke seluruh dunia pada 2013. Jumlah tersebut turun dari 58 persen pada 2003. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER