Jakarta, CNN Indonesia -- Didirikan tahun 1920, Istana Darul Aman merupakan simbol kejayaan di Kabul, Afganistan. Namun kini, istana tersebut terbengkalai, dengan atap hancur dan tembok berlubang bekas berondongan peluru.
Puluhan tahun peperangan melunturkan kemewahan istana tersebut. Gaya arsitektur Eropa yang sebelumnya menjadi kekuatan istana yang berlokasi di atas bukit itu, kini hanya berupa reruntuhan.
Raja Amanullah Khan memerintahkan pembangunan istana Darul Aman pada 1920 menyusul kemerdekaan negara tersebut dari tangan Inggris.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darul Aman, dalam bahasa Arab berarti ‘tempat perlindungan’ dan awalnya, nama tersebut sangat sesuai. Istana megah itu pernah terbakar beberapa kali, termasuk saat pendudukan Uni Soviet pada 1979. Tapi, istana tersebut tetap bertahan.
Sayangnya tidak lama, perang sipil yang terjadi setelahnya, menghancurkan bangunan bersejarah itu.
Istana Darul Aman, ditinggalkan sepenuhnya pada 1990 dan terus terlantar.
Kendati perang terus berlangsung, Kabul sudah melakukan beberapa perbaikan. Tapi, tidak demikian dengan Darul Aman. Istana yang sebelumnya megah itu, kini jadi pengingat sejarah berdarah di Afganistan.
Namun, kini reruntuhan Darul Aman mulai dilirik oleh para turis yang berkunjung ke Afganistan. Para turis tersebut menyuap para penjaga sehingga bisa masuk dalam istana dan mengambil foto. Tidak hanya itu, seniman jalanan Afganistan pun ikut berperan, memenuhi tembok-tembok Darul Aman dengan grafiti.
Walaupun demikian, turis yang datang harus tetap berhati-hati. Pasalnya, bangunan istana terlantar itu juga menjadi rumah bagi anjing liar, ular dan kalajengking.
Kontras dengan kondisi Darul Aman yang hancur dan tertutup debu, disebelahnya, akan dibangun gedung parlemen baru. Peletakan batu pertama gedung tersebut dilakukan pada Desember 2015, dengan biaya pembangunan mencapai US$100 juta.
Presiden Afganistan Ashraf Gani menyatakan, setelah pembangunan gedung parlemen usai, pemeritah akan merenovasi Istana Darul Aman.
Melansir
Reuters, bulan lalu, Presiden Gani merilis rencana pembangunan guna merekonstruksi istana terbengkalai tersebut, menjadi museum dan balai upacara.
Adapun penggalangan dana untuk biaya reskonstruksi istana tersebut, bersama-sama dengan istana Tajbeg, telah dimulai sejak 2012. Disebutkan, proyek rekonstruksi tersebut akan membutuhkan waktu 3 tahun dan bisa menghabiskan dana hingga US$20 juta.
Namun, sebagian warga menginginkan Istana Darul Aman tidak disentuh dan dibiarkan apa adanya. Itu, sebagai bentuk peringatan kekejaman peperangan yang terjadi selama puluhan tahun di Afganistan.
(les)