Risiko 'Tambal Sulam' Wajah Akibat Tanam Benang

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Selasa, 21 Jun 2016 09:29 WIB
Demi mendapatkan wajah yang cantik sempurna, perempuan rela melakukan tanam benang. Padahal prosedur ini menyimpan bahaya tersendiri.
ilustrasi (evgenyatamanenko/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tindakan thread lift atau tanam benang di dianggap bisa membuat muka yang mulai kendur jadi kencang. Dokter kecantikan pun diburu banyak orang, khususnya perempuan, untuk mendapatkan kulit yang muda dan kencang.

"Kebanyakan alasan mereka melakukan tindakan ini adalah untuk kepuasan diri sendiri, karena akan berpengaruh ke mood diri mereka. Dengan prosedur ini mereka merasa punya diri yang baru dan lebih percaya diri," kata dokter spesialis bedah dan kecantikan dari klinik Ultimo, Enrina Diah di Jakarta.

Alasan lain yang dianggap jadi pemicu populernya prosedur kecantikan ini adalah karena mereka kurang puas dengan kondisi wajahnya saat ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alasan rata-rata yang dialami wanita ketika bangun pagi dan menatap wajahnya di cermin adalah merasa wajah terlihat letih, tanpa semangat hidup, padahal mungkin jiwanya masih muda," katanya menambahkan.

Thread lift atau tanam benang adalah terapi untuk memberikan efek lifting atau mengangkat atau mengencangkan wajah dengan cara memasukkan benang khusus di bawah permukaan kulit. Teknis thread lift sendiri berupa jarum dimasukkan ke bawah kulit wajah dan kemudian dimasukkan benang hingga keluar di pola yang diinginkan.

Kemudian kulit ditarik dan sisa benang dipotong. Prosedur ini mirip dengan mengencangkan bagian pakaian yang kendur.

Thread lift biasanya menggunakan dua jenis benang yaitu yang dapat diserap tubuh seperti benang operasi sesar, dan benang tidak terserap berbahan polypropilene. Meski Enrina mengakui teknik ini sederhana, tanpa operasi, tidak perlu alat khusus.

Namun sebenarnya teknis yang hanya mengangkat kulit semata ini tak serta merta mengencangkan wajah. "Karena kulitnya saja yang diangkat dan dipancang, namun otot di bawah kulit yang lebih berat dan ikut kendur tak disertakan. Ini yang akhirnya membuat hasil thread lift kembali lagi seperti semula," kata Enrina.

Selain itu, Erina juga mengatakan bahwa tanam benang sebenarnya memiliki risikonya sendiri.
Banyak perempuan yang akhirnya menyesali keputusannya dan harus kembali ke dokter karena mengalami gangguan, infeksi, nanah, sampai komplikasi pasca tanam benang.

Gangguan lain yang mungkin dialami antara lain wajah yang berubah asimetri, benang terlihat di bawah kulit, kulit wajah menjadi bergelombang, benang berpindah atau keluar dari kulit.

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada 2007 menemukan bahwa 6,4 persen prosedur thread lift kembali seperti semula dan 2,5 persen terjadi kasus benang keluar dari kulit. Dan penelitian yang dirilis Dermatology Surgery pada 2015 menemukan bahwa ada kasus reaksi radang kronis delapan tahun setelah penanaman benang di pelipis.

Penelitian yang dirilis dalam JAMA Facial Plastic Surgery 2009 lalu menyebutkan bahwa hasil jangka panjang penanaman benang justru menimbulkan rupa yang buruk, setidaknya 21 bulan setelah prosedur diterapkan.

"Semua kolega saya pernah mencoba prosedur ini dan kemudian meninggalkannya karena memang tidak ada hasil namun risiko tinggi. Thred lift ini tidak direkomendasikan oleh dokter bedah plastik kecantikan di Amerika Serikat," kata Enrina. "Saya pun tidak menyarankan, begitu pula kalangan bedah plastik di Indonesia."

Enrina mengaku seringkali menerima pasien korban dari thread lift yang datang ke kliniknya. Enrina mengakui, dari seratus pasien yang datang ke kliniknya, sebanyak 50 persen berurusan dengan benang-benang di wajahnya.

Para pasien ini pun harus kembali mengeluarkan uang kembali untuk memperbaiki wajah mereka yang tak karuan karena benang wajah. Dia bahkan pernah menemui pasien yang menghabiskan Rp90 juta untuk prosedur tanam benang ini.

"Saya hampir setiap pekan bertemu pasien dengan kasus tanam benang ini," kata Enrina. "Memperbaiki memang tidak sampai Rp100 juta, namun ada banyak kerugian lain yang tak terhitung harganya, seperti sulit bekerja, sakit setelah prosedur, dan lainnya." (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER