Jepang Bawa Tren Minimalis ke Level Ekstrem

Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Kamis, 23 Jun 2016 14:36 WIB
Gaya hidup minimalis pernah menjadi tren dunia beberapa waktu lalu. Namun di Jepang, tren minimalis itu meningkat hingga level ekstrem.
Di Jepang, gaya hidup minimalis meningkat hingga level ekstrem. (REUTERS/Thomas Peter)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gaya hidup minimalis pernah menjadi tren dunia beberapa waktu lalu. Namun di Jepang, tren minimalis itu meningkat hingga level ekstrem.

Di apartemen Fumio Sasaki di Tokyo contohnya. Saking minimalisnya, teman-teman Fumio menyamakan apartemennya dengan ruang interogasi.

Di tempat tinggalnya itu, Fumio hanya menyimpan 3 kemeja, empat celana panjang, empat kaus kaki, dan sedikit sekali perabotan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Alasan Fumio bukan ekonomi. Pria berusia 36 tahun itu memang memilih gaya hidup frugal, cara yang semakin banyak dipilih warga Jepang belakangan ini.

Gaya hidup minimalis tersebut dilatari Zen, ajaran tradisional Jepang yang mendasarkan pada kecukupan. Jika seseorang merasa cukup, tidak seharusnya dia hidup berlebihan. Itu kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Fumio, dulu merupakan kolektor buku, CD dan DVD. Namun, dia merasa hal itu justru membuat dia semakin serakah.

“Saya terus berpikir tentang apa yang tidak saya punya, apa yang hilang,” ujar dia, seperti dikutip Reuters.

Itulah yang kemudian menyebabkan Fumio menjual barang-barangnya dan memberikan seluruh koleksinya pada teman-temannya.

Sekarang, dengan hanya dikelilingi beberapa barang, Fumio merasa lebih lega.

“Saya hanya membutuhkan sedikit waktu untuk bersih-bersih, saya tidak banyak berbelanja. Itu berarti saya punya lebih banyak waktu bersama teman dan keluarga, saya bisa jalan-jalan. Saya menjadi semakin produktif,” sebutnya.

Pilihan yang sama juga diambil Katsuya Toyoda. Dia hanya punya satu meja dan satu kasur futon di apartemen seluas 22 meter persegi.

“Bukan berarti saya sama sekali tidak punya barang-barang. Saya hanya tidak lagi menaruh nilai terlalu tinggi pada barang yang saya miliki,” kata dia.

“Saya hidup minimalis agar hal-hal lain yang lebih penting bisa lebih saya perhatikan.”

Uniknya, kendati didasarkan pada ajaran Zen, tren minimalis Jepang yang tengah berkembang saat ini, justru terinspirasi dari Amerika Serikat.

Fumio menyebut tujuan dari gaya hidup minimalis bukan hanya soal mengurangi jumlah barang. Tapi, mengevaluasi ulang arti penting sebuah barang dan menimbang nilainya dengan kepentingan lain. Dalam kasus Fumio, itu adalah waktu dan biaya untuk bepergian.

Tidak hanya itu, gaya hidup minimalis tersebut juga dianggap lebih cocok dengan topografi Jepang yang sering gempa bumi.

Tahun 2011, tsunami dan gempa berkekuatan 9.0 SR mengguncang Jepang, membunuh 20 ribu orang dan membuat banyak orang mengevaluasi kembali soal kepemilikan mereka.

“Dari 30-50 persen luka gempa bumi disebabkan barang-barang yang jatuh,” kata Fumio. “Dengan gaya hidup minimalis, Anda tidak perlu mengkhawatirkan hal tersebut.” (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER