Duka Ranah Fesyen Kehilangan Fotografer Bill Cunningham

Vega Probo | CNN Indonesia
Minggu, 26 Jun 2016 14:32 WIB
Dia lah sang fotografer legendaris yang kerap membidik lalu lalang dan tingkah laku warga kota berjuluk Big Apple.
Bill Cunningham (REUTERS/Carlo Allegri/File Photo)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi sebagian warga New York, Amerika Serikat, juga pemerhati fesyen dunia, sosok Bill Cunningham tentu tak asing. Dia lah sang fotografer yang kerap membidik lalu lalang dan tingkah laku warga kota berjuluk Big Apple.

Kini, kehadiran Bill—lengkap dengan kamera dan sepedanya—tak lagi mewarnai sudut-sudut jalanan New York. Sang pria gaek menutup usia 87 tahun pada Sabtu (25/6), setelah beberapa waktu lalu sempat dirawat di rumah sakit akibat stroke yang berujung komplikasi.

Laman New York Times mengenang kepiawaian Bill merangkum antropologi budaya kaum urban New York lewat hasil bidikannya yang menggambarkan  perubahan sosial era demi era. Ada orang-orang yang tampil penuh gaya dan flamboyan, ada pula yang cuek dan minimalis.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bill Cunningham membidik perubahan sosial era demi era. (REUTERS/Carlo Allegri)


Dalam sebuah rekaman video bertajuk Duality yang ditayangkan The New York Times, Bill bernarasi untuk menerangkan parade foto hasil bidikannya yang memperlihat dua orang berbeda dengan gaya senada, baik dari motif mapun model busana hingga aksesori.

Semasa hidup, bahkan hingga berusia lanjut, Bill tetap aktif  bersepeda melintasi Midtown. Sesekali berhenti mengayuh untuk membidik gaya orang-orang yang menurutnya menarik dan menegaskan living landmark. Tak dibuat-buat, memang begitulah adanya.

Nyaris tak ada subjek yang luput dari pandangan matanya, dari si centil yang menenteng tas Birkin, sampai si sporty yang mengendarai sepeda bersepuh emas. Kejelian Bill menangkap subjek di jalanan dengan segala kehebohannya patut diacungi jempol.

Selama hampir empat dekade Bill mengabdi untuk The Times. Selama lebih dari tiga dekade ia mengayuh sepeda. Selama itu pula lah ia merekam kebiasaan orang bergonta-ganti gaya, juga selera fesyen yang nyeleneh. Lama-kelamaan orang pun mengenal Bill.

New York Landmarks Conservancy menabalkan Bill sebagai sang living landmark pada 2009, tak ubahnya selebriti. Pada tahun yang sama, The New Yorker, mendeskripsikan profil Bill: "an exuberant, sometimes retroactively embarrassing chronicle of the way we looked."
 
Pada 2010, film dokumenter Bill Cunningham New York diputar perdana di Museum of Modern Art, Manhattan, New York. Film tersebut memperlihatkan sosok Bill yang sederhana, tak suka menonton film, malah tidak punya pesawat televisi di rumah.

Menu sarapan Bill pun sederhana saja. Hampir setiap hari, pria yang tinggal di studio di loteng Carnegie Hall ini mampir Stage Star Deli di West 55th Street, untuk menyantap sosis, telur, keju, plus secangkir kopi di bawah harga US$3 saja.

Bill masih menyimpan lembar negatif foto-foto jadul di lemari kabinet—hartanya yang paling berharga. Karena tak ada mebel lain selain lemari kabinet itu plus tempat tidur single. Bahkan kamar mandi pun berbagi dengan tetangga. Tak masalah bagi Bill.

“Uang itu hal termurah,” kata Bill kepada Details, suatu kali. “Kemandirian dan kebebasan itu lah hal termahal.”

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER