Jakarta, CNN Indonesia -- Suasana lengang terasa di sepanjang Jalan Sudirman hingga Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (30/7) pagi. Bukan karena Jakarta ditinggal penghuninya untuk mudik, melainkan 'dikosongkan' untuk dilewati ratusan pebalap sepeda dalam acara Tour de Jakarta (TdJ).
TdJ merupakan acara lomba balap sepeda yang digagas oleh Kementerian Pariwisata didukung Pemerintah DKI Jakarta, Ikatan Penggiat Olahraga Sepeda Jakarta (IPSJ), Yayasan Olahragawan Indonesia (YOI) dan Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI).
Acara
road race ini dimaksudkan sebagai ajang pemanasan lomba balap sepeda yang sudah mendunia, Tour de Singkarak (TdS). TdS yang mengitari keindahan alam Sumatera Barat bahkan sudah menjadi peringkat kelima dunia balap sepeda internasional berdasarkan jumlah penonton menurut Union Cycliste Internationale (UCI).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Pariwisata mencatat, selama tujuh tahun penyelenggaraan TdS, Sumatera Barat mengalami pertumbuhan infrastruktur pariwisata yang pesat. Begitu pula dengan jumlah wisatawan. Pada 2015, tercatat wisatawan nusantara (wisnus) berkunjung ke Tanah Minang sebanyak 6,9 juta dan wisatawan mancanegara (wisman) lebih dari 78 ribu orang.
Selain terinspirasi dari ketenaran Tour de Singkarak, Tour de Banyuwangi Ijen, dan juga Tour de Flores, TdJ juga menjadi upaya Kementerian Pariwisata bersama Pemerintah DKI Jakarta untuk memulihkan kembali citra pariwisata setelah kasus bom Thamrin yang jadi sorotan dunia.
"Jakarta salah satu kota dengan kunjungan wisman yang tinggi. Dan salah satu hal pokok yang kami lakukan adalah menunjukkan bahwa Indonesia sudah aman setelah kasus bom Thamrin," kata Raseno Arya, Asdep Pengembangan Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisata saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, di sela-sela acara balapan Tour de Jakarta, Sabtu (30/7).
"Kami juga mempromosikan acara ini di dalam dan luar negeri dan ini membantu untuk mengetahui bahwa dengan adanya acara ini, dan dilaksanakan di lokasi kejadian, menunjukkan Jakarta aman," lanjutnya. "Kami juga akan mengajak para pebalap dan rombongan berkeliling Jakarta sebelum mereka ke Singkarak.”
 Sebanyak 19 tim dari dalam dan luar negeri akan jarak tempuh 175,5 km yang terbagi dalam 13 putaran. Balapan mengambil start di depan Gedung BI, selanjutnya menyusuri jalan MH Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman dan finis di depan Gedung BI. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono). |
Sepi dan BerlubangBagai mencoba peruntungan, TdJ pun menawarkan serangkaian acara dengan maksud menunjukkan potensi wisata dan kebudayaan di Jakarta. Dan yang menjadi pilihan penyelenggara adalah memasang pertunjukan musik dan kesenian Betawi sebagai bagian dari penyelenggaraan acara.
Sayangnya, panggung kesenian hanya ditempatkan di titik start dan kantor Kementerian Pariwisata. Hal itu serta lokasi balapan yang terpusat di jalan protokol, membuat sisi wisata dan budaya Jakarta kurang terekspos. Terutama oleh pebalap mancanegara.
TdJ ini diikuti oleh 11 regu dalam negeri dan enam regu luar negeri yang berasal dari Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Singapura. Dengan masing-masing regu berisi 10 orang dan beserta tim lainnya, Raseno mengaku bahwa TdJ menargetkan ribuan penonton saat acara berlangsung.
Tidak hanya itu, meski mengaku telah melakukan promosi dari sebulan yang lalu, jumlah penonton TdJ ternyata masih jauh dari harapan. Ini berbeda bila dibandingkan TdS yang diikuti oleh 30 regu dari seluruh dunia dan menyedot perhatian penonton dalam serta luar negeri.
"Ini sepi karena acara mulai pagi sekali, kalau siang nanti susah karena terkait dengan arus lalu lintas Sudirman-Thamrin. Tapi nanti kami evaluasi lagi terkait lalu lintas yang memang jadi kendala terbesar di Jakarta," kata Raseno.
Pemilihan jalur Sudirman-Thamrin yang hanya sekitar 14 kilometer dan masih dalam pembangunan MRT oleh Pemda DKI ternyata menggelitik beberapa pehobi sepeda yang hadir di kawasan TdJ untuk melontarkan kritik.
"Sebenarnya untuk kategori balap sepeda ini agak kurang layak jalannya. Jalan balap sepeda harusnya mulus tanpa bolong, namun karena katanya ini buat wisata, ya jadi terkesan dipaksakan,” komentar Farid, pehobi yang ditemui CNNIndonesia.com saat asyik menonton TdJ.
Menanggapi hal ini, Raseno mengatakan bahwa pemilihan jalur Sudirman-Thamrin ini sudah berdasarkan survei dari pihak UCI. Ia pun berjanji bahwa di masa mendatang, Tour de Jakarta akan jadi lebih baik.
"Survei dari UCI hasinya jalan Sudirman dan Thamrin cukup baik dan hanya perlu diberi pelapis saja," kata Raseno. "Tahun depan kami coba lebih jauh lagi areanya. Ini kan baru pertama kali nanti dievaluasi dahulu."
(les)