Lombok, CNN Indonesia -- Kementerian Pariwisata menyatakan Indonesia berpotensial untuk menjadi pusat kawasan pariwisata halal di dunia. Hal itu dikarenakan syarat sarana dan pelayanan wisata halal yang mayoritas telah dipenuhi Indonesia.
Deputi Bidang Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana mengatakan, pariwisata halal dalam beberapa tahun terakhir menjadi tren di dunia. Menurutnya, ada berbagai potensi besar yang bisa dikembangkan jika Indonesia menjadi pusat wisata halal dunia.
"Banyak negara lain sudah mempersiapkan diri menjadi destinasi wisata halal seperti Australia, Tiongkok, dan Jepang. Kita harus menjadi pusat wisata halal dunia," ujar I Gde di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Rabu (24/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
I Gde memaparkan, sekitar dua juta wisatawan asing bergama muslim berkunjung ke Indonesia tiap tahunnya. Sekitar 20 persen dari angka tersebut merupakan wisatawan asing.
Selain itu, sejumlah fasilitas umum bagi wisatawan di Indonesia, seperti hotel dan restoran telah menyajikan pelayanan dengan kriteria halal. Karenanya, bukan sesuatu yang sulit untuk menjadikan Indonesia jika dijadikan sebagai pusat destinasi muslim dunia.
"Harus dipahami bahwa halal bukan produk, tapi kriterianya memenuhi persyaratan produk untuk pelayanan halal kepada wisatawan," ujar I Gde.
Lebih lanjut, I Gde mengatakan, banyak wilayah di Indonesia yang bisa dikembangkan sebagai wisata halal, seperti Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Aceh, Sumetera Barat dan Jawa Timur.
Khusus untuk Lombok, kata dia, telah mampu mencetak prestasi dengan meraih dua penghargaan sekaligus pada ajang World Halal Travel Awards (WHTA) 2015 di Abu Dhabi, yaitu sebagai
World's Best Halal Tourism Destination dan
World's Best Halal Honeymoon Destination."Potensi Lombok sebagai pusat destinasi wisata halal dunia semakin besar dengan semakin banyaknya infrastruktur pendukung yang dibangun saat ini," ujarnya.
Bangun Kawasan Ekonomi Khusus PariwisataI Gde menyampaikan, dalam rangka merealisasikan wisata halal, Kemenpar tengah membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata halal di wilayah Mandalika, Lombok, NTB.
Ia menyebut, Lombok dipilih sebagai wilayah percontohan KEK pariwisata halal lantaran mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Selain itu, julukan Lombok sebagai kota seribu masjid juga menjadi diwujudkannya KEK pariwisata halal.
"Pada 2016, NTB telah memasifkan kerja sama dengan tidak kurang dari 400 industri pendukung pariwisata seperti kuliner, restoran, dan produk-produk lokal lainnya yang keseluruhannya akan disertifikasi halal," ujarnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan, NTB juga telah mengatur perusahaan jasa perhotelan dan resor agar memberikan layanan halal bagi tamu muslim. Selain itu, Pemprov NTB juga menggandeng Islamic Development Bank untuk mewujudkan proyek pembangunan KEK pariwisata muslim tersebut.
"Sebanyak 300 hektar dari 1.175 hektar kawasan wisata Mandalika nantinya akan menjadi kawasan wisata halal," ujarnya.
Meski demikian, ia mengaku, kawasan di luar itu akan tetap menjadi wisata konvensional. Hal itu dilakukan tidak ada diskriminasi wisata bagi para wisatawan, baik muslim maupun nonmuslim.
"Kami terus mempromosikan misalnya ke Timur Tengah dan negara kantong-kantong wisatawan muslim di wilayah Eropa agar semakin banyak wisatawan berkunjung ke Lombok dan sekitarnya," ujarnya.
Ia berharap, adanya KEK pariwisata halal akan menambah jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, khususnya muslim di kawasan Lombok, NTB.
"NTB ditargetkan bisa dikunjungi wisatawan Muslim mancanegara pada 2016 mencapai 20 persen dari total target kunjungan wisatawan Nusantara dan mancanegara sebanyak tiga juta orang," ujarnya.
(meg)