Tawaran Kemudahan Perabotan Berfungsi Ganda

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Sabtu, 10 Sep 2016 13:28 WIB
Pemililihan perabotan rumah tangga kini lebih bertumpu pada fungsi dan segala kemudahan. Perabotan berfungsi ganda pun jadi pilihan.
Ilustrasi memasak (Thinkstock/JuNi Art)
Jakarta, CNN Indonesia -- Di era modern saat ini, kebutuhan setiap rumah tangga tidak lagi sama. Dengan adanya teknologi dan inovasi, hampir setiap orang menginginkan kemudahan dalam setiap aspek.

Soal memilih perabotan rumah tangga, misalnya, kini lebih bertumpu pada fungsi dan segala kemudahannya.

Humas Modena Indonesia Desiana Latuconsina mengatakan, sebagian orang kini lebih memilih atau menginginkan perabotan praktis yang memberi kemudahan dalam beraktivitas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keinginan itu lah yang kemudian memunculkan inovasi perabotan rumah tangga. Salah satunya, freestanding cooker atau kompor dan oven dalam satu perangkat.

Desiana menuturkan, freestanding cooker mulai diperkenalkan di Indonesia sejak 1981. Pengenalan kompor ini awalnya bertujuan sebagai suguhan produk yang tak hanya memiliki fungsi untuk memasak saja.

"Jadi bukan sekadar masak, tapi masaknya yang gampang dan praktis, praktis serta efisien dari penggunaan energi, desainnya pun fungsional," ungkapnya saat ditemui di kantor Modena Indonesia, beberapa waktu lalu.

"Freestanding cooker atau dikenal juga kompor freestanding ini fungsinya ganda dan praktis. Memasak dan memanggang dalam waktu bersamaan, kemudian praktis karena ini dalam satu unit," tambahnya.

Bagi Desiana, adanya inovasi kompor freestanding memberi keuntungan lebih bagi dapur rumah tangga, karena kedua fungsi tersebut didapat dalam satu unit.

Adaptasi Kompor Freestanding

Awalnya, kompor freestanding ini banyak digunakan oleh masyarakat Eropa sejak puluhan tahun lalu. Di Indonesia sendiri, penggunaan kompor tersebut terbilang cukup baru.

Sebelumnya, menurut Desiana, masyarakat Indonesia terbiasa dengan kompor minyak, beralih ke kompor gas, baru kemudian mencoba kompor freestanding.

"Tahun '80-an orang mulai beralih ke kompor gas, tapi pada saat itu portable kompor sudah ada, tapi tidak praktis kalau portable saja. Di Eropa sudah ada jenis ini lebih dahulu dan dibawa lah ke sini atas asas praktikalitas, untuk kemudahan di dapur dalam memasak," ungkapnya.

Perihal penerimaan masyarakat Indonesia akan datangnya inovasi perabotan rumah, khususnya penggabungan dua fungsi tersebut, Desiana menyatakan sebagian masyarakat mudah menerimanya.

"Sebetulnya orang bertahap, sampai ke kompor ini sudah melewati kompor portable, baru beralih ke yang ada ovennya. Biasanya kalau portable mereka pakai oven di atasnya mungkin kurang praktis, belum lagi kompornya perlu digunakan untuk memasak yang lain," ujar Desiana.

"Maka penerimaannya lebih mudah karena berangkat dari menjawab kebutuhan masyarakat, terlebih lagi ini memang diperuntukkan bagi kalangan menengah atas, yang mana mereka sudah terdidik," ia menambahkan.

Meski diadaptasi dari Eropa, tak sepenuhnya kemudian kompor freestanding diterapkan persis seperti di sana. Untuk di Indonesia sendiri, ada perubahan sedikit pada konsepnya demi menyesuaikan kondisi lokal.

Hal ini pun diungkapkan oleh Desiana, karena menurutnya di Eropa, aliran gas ke kompor menggunakan gas alam sehingga hanya tinggal menyambungkannya. Sedangkan di Indonesia masih menggunakan tabung gas atau elpiji.

"Jadi penyesuaiannya, ada ruang untuk tabung gas di dalam unit [kompor] itu. Di Eropa tidak ada ruang itu, sehingga bagian bawah unit full oven. Sedangkan di Indonesia ruang oven sedikit dikorbankan untuk penempatan," ujarnya.

Selain itu, kebiasaan orang Indonesia yang gemar memasak dengan cara menggoreng, diperlukan tambahan tatakan tungku yang dapat menyesuaikan dengan bentuk wajan.

"Orang Indonesia," menurut Desiana, "senang dengan goreng-goreng, jadi kami beri tatakan tungku tambahan untuk wajan yang bawahnya lingkaran."

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER