Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Kesehatan Thailand telah mencatat sekitar 200 kasus Zika sejak Januari 2016 dan membuat negara tersebut menjadi salah satu negara dengan kasus Zika tertinggi di kawasan Asia Tenggara.
Pernyataan tersebut adalah kali pertama datang dari Menteri Kesehatan Thailand sejak kasus pertama kali terkonfirmasi pada awal tahun ini.
Pengumuman pada Selasa (13/9) tersebut datang sehari setelah para ahli kesehatan meminta Thailand lebih transparan melaporkan kasus Zika kepada publik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tuntutan ini datang setelah para pejabat setempat menyembunyikan peningkatan kenaikan kasus infeksi virus yang muncul sejak 1947 tersebut.
Para pejabat kesehatan Negeri Gajah Putih mengungkapkan, bila mereka membeberkan kasus Zika maka khawatir industri pariwisata negeri tersebut akan terpukul.
"Sejak Januari, kami telah mencatat sekitar 200 kasus dan selama tiga pekan terakhir, kami telah mengonfirmasi rata-rata 20 kasus baru setiap pekan," kata juru bicara Menteri Kesehatan Thailand Suwannachai Wattanayingcharoenchai, dilansir
Reuters.
"Jumlah kasus stabil," katanya tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Singapura melaporkan kasus infeksi Zika menjangkiti pasien lokal pertama kali pada 27 Agustus 2016 lalu dan sejak saat itu, jumlah infeksi yang dilaporkan melonjak hingga lebih dari 300 kasus.
Malaysia dan Filipina juga melaporkan kasus infeksi yang disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes tersebut.
Virus Zika yang membuat kehebohan di Amerika Latin dan Karibia sepanjang tahun terakhir, telah merundung di Asia sejak bertahun-tahun sebelumnya.
Menurut para ahli, virus yang beredar di Asia berbeda dengan yang ada di Amerika. Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, tingkat kekebalan masyarakat terhadap Zika masih belum diketahui.
Suwannachai meminta masyarakat tidak panik dan mengulang pesar agar menenangkan para wisatawan.
"Masyarakat tidak seharusnya takut untuk mengunjungi provinsi yang terinfeksi Zika," kata Suwannachai.
Infeksi Zika pada ibu hamil telah menyebabkan kasus mikrosefali atau ukuran bayi kepala mengecil—tidak normal—akibat terhambatnya perkembangan otak.
Kasus hubungan antara Zika dan mikrosefali muncul tahun lalu di Brazil ketika sebanyak lebih dari 1.800 bayi dengan mikrosefali lahir di Negeri Samba.
Namun Kementerian Kesehatan Thailand mengaku tidak menemukan kasus mikrosefali terkait Zika dan tetap memantau sekitar 24 ibu hamil serta enam yang telah melahirkan tanpa komplikasi.
Pada orang dewasa, infeksi Zika dikaitkan dengan sindrom saraf langka yang dikenal dengan Guillain-Barre, serta berbagai gangguan neurologis lain.
(end/vga)