Angsa Emas, Istilah Bagi Pariwisata Indonesia Saat Ini

adv | CNN Indonesia
Kamis, 15 Sep 2016 19:30 WIB
Membicarakan pariwisata memang tak ada habisnya.
Foto: adv
Jakarta, CNN Indonesia -- Membicarakan pariwisata memang tak ada habisnya. Tak terkecuali Dr Rhenald Khasali, Guru Besar Fakultas Ekonomi UI dan Pendiri Rumah Perubahan yang memiliki pendapat yang sangat meyakinkan mengenai pariwisata. Ia mengumpamakan pariwisata adalah lokomotif yang akan menarik gerbong-gerbong sektor ekonomi lainnya. Di antaranya industri kuliner, hiburan, properti, bahan bangunan, tenaga listrik, barang elektronika, bisnis-bisnis berskala UMKM, partanian, perikanan, peternakan, dan lainnya.

"Jangan bunuh angsa yang bertelur emas," begitu kata Rhenald. Menurutnya, dalam dunia bisnis ada ungkapan bahwa siapapun yang pernah belajar ilmu ekonomi dan bisnis tentu mengenal betul ungkapan tersebut. Kisah angsa bertelur emas ini merupakan cerita tentang keserakahan, tentang seorang petani tamak yang tak sabar menunggu angsanya bertelur emas setiap hari. Maka, ia memotong sang angsa agar bisa mendapatkan seluruh telurnya sekaligus. Malangnya setelah angsa dipotong dan dibelah isi perutnya, di dalamnya tak ada sebutir telur pun. Ia pun menyesal setengah mati.

"Saya anggap industri pariwisata kita bak angsa tadi. Kini karena masalah fiskal, Menteri Keuangan sudah memerintahkan semua kementerian atau lembaga untuk memotong anggaran belanjanya. Nilai pemotongannya mencapai Rp65 triliun. Lalu, anggaran lain yang dipotong adalah dana transfer ke daerah sebesar Rp68,8 triliun. Jadi total anggaran yang dipotong Rp133,8 triliun," tukasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rhenald Khasali mengungkapkan pendapatnya mengenai industry apriwisata di tengah permasalahan fiskal ini. "Betul, saya setuju. Kita tak selayaknya lagi hidup dengan kondisi lebih besar pasak daripada tiang. Hanya tentu kurang bijak kalau semuanya main pukul rata. Jadi, perlu dipilah. Dilihat lagi paretonya. Menurut saya, pariwisata adalah angsa petelur emas. Jangan sampai kita salah sembelih. Kalau anggarannya bersifat konsumtif, dan tidak memberikan imbal hasil, silakan dipotong. Sebaliknya kalau sifatnya investasi, yang kelak menghasilkan, ya jangan. Sayang bukan kalau kita tak bisa menikmati telur emasnya?" ujarnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya menjadikan istilah angsa emas sebagai portofolio bisnis. Ini dikarenakan industri pariwisata memang sedang tumbuh baik dan bergairah. "Dalam bisnis, kita harus menempatkan seluruh resources ke portofolio bisnis yang kita yakini akan memberi benefit paling bagus. Ukurannya 3S, Size, Spread, Sustainable. Ukurannya besar, menghasilkan benefit atau laba yang besar dan pertumbuhannya juga besar berkelanjutan dan itu semua ada di pariwisata," ucap Arief Yahya.

Jika dilihat dari perolehan devisa saat ini, migas, batubara dan kelapa sawit masih berada di posisi atas. Merespon hal tersebut, Arief Yahya mengungkapkan bahwa dalam berbisnis seharusnya tidak melihat size saja, tetapi lihat juga sustainability-nya. Ini dikarenakan jika melihat hasil saat ini saja tanpa memandang ke depan bisa berbuah bahaya.

Usai kunjungan kerja dalam rangkaian menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 dan ASEAN ke Tiongkok dan Laos, Presiden Joko Widodo memiliki kesan yang sangat tegas dan masuk akal. Kesan tersebut adalah Indonesia harus punya core ekonomi yang diunggulkan dan menjadi sektor utama pendulang devisa. Di Shanghai, masyarakat Indonesia di sana berkata bahwa pariwisata itu sangat penting. Maka dari itu, presiden meminta warga di sana untuk membantu mempromosikan Wonderful Indonesia kepada calon wisatawan asal Tiongkok.

Presiden Joko Widodo juga membuat kesimpulan dan renana yangkhas seperti seorang Chief Executive Officer (CEO), terutama soal core business yang akan dijadikan andalan Indonesia. Anda bisa melihat speech Presiden Joko Widodo di sini. (odh/odh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER