Mengawinkan Cita Rasa Australia dengan Bahan Lokal Indonesia

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Senin, 19 Sep 2016 08:06 WIB
Meski cita rasanya khas Barat, tapi bahan-bahan yang digunakan tiga koki tamu di Cassis Kitchen pekan ini semuanya lokal.
Egg Benedict di Cassis Kitchen. (Dok. Cassis Kitchen)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bayangkan betapa nikmatnya mencicipi cita rasa kuliner yang berbeda sembari bertukar informasi tentangnya. Suasana itu bisa ditemui di Cassis Kitchen.

Pengunjung restoran bisa menjajal program yang disebut Tasting Table. Diterangkan Budi Cahyadi Director of Operations Cassis Kitchen, itu merupakan ajang bertukarnya informasi dan budaya, terutama soal kuliner yang disajikan saat itu.

Setiap koki tamu internasional menyuguhkan rasa dengan keunikan masing-masing kepada pengunjung, sekaligus menerangkan apa yang ingin mereka tahu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami ingin memanjakan para pencinta makanan dengan menawarkan lebih banyak dari para chef ternama dari berbagai belahan dunia melalui program Tasting Table yang mengangkat kekuatan dari sebuah rasa hidangan,” kata Budi, pada Sabtu (17/9).

"Dengan cara ini,” ia melanjutkan, “Kami berharap para penikmat hidangan dapat menemukan arti good food yang lebih luas.”

Awalnya Budi ingin membuat restorannya dengan konsep fine dining ala Prancis. Konsep itu kemudian berubah jadi lebih luas: restoran Eropa modern.

Namun seiring meningkatnya rasa ingin tahu para pecinta kuliner terhadap hal-hal baru, ia pun mengembangkan gagasannya. Cita rasa yang tadinya hanya dari Prancis, kini makin terbuka. Yang menarik, itu hanya diberikan dalam jangka waktu tertentu.

Misalnya, rangkaian program yang dibuka sejak 23 Agustus lalu itu pernah menghadirkan koki tamu Carlos Montobbio dari Esquina, Singapura.

Selama tiga hari Chef Carlos menghadirkan cita rasa khas Spanyol bagi para pengunjungnya lewat sajian Tapas.

Pada akhir pekan kemarin, 17-18 September 2016, Cassis Kitchen dikunjungi Chef Vincent Jethro, Chef Kevin Chung serta Barista Shae Macnamara dari Sisterfields, Bali untuk menyuguhkan sajian Australian Brunch.

Ketiganya biasa membuat menu sarapan sekaligus makan siang di Seminyak, Bali. Namun kini mereka diboyong ke Jakarta untuk menyajikan citarasa khas benua tetangga Australia.

Umumnya, menu yang dihadirkan tak jauh berbeda pada jenis menu sarapan sekaligus makan siang ala Barat. Ada burger, steak dan telur setengah matang.

Namun diakui Jethro, ia dengan Chung menghadirkan cita rasa khas perpaduan Australia dengan Selandia Baru.

"Makanan kami khas dari negara itu, tidak dicampur dengan citarasa Indonesia atau barat, kami tampilkan apa adanya dan lebih khas Australia,” kata Jethro.

Hidangan di Cassis Kitchen. (Dok. Cassis Kitchen)
Meski membawa cita rasa khas Negeri Kanguru, Jethro maupun Chung mengakui bahwa semua bahan yang digunakan didapat dari Pulau Dewata dan daerah lain di Indonesia.

"Pakai kelapa dari Bali, kemudian sayuran dan garnish-nya juga, semua dibawa tidak jauh-jauh. Susunya segar dari pulau Jawa," ungkapnya.

Jethro menambahkan, “Saya selalu lihat apa yang bisa di-improve dari bahan-bahan yang kami dapat. Kami berdua selalu bekerja sama, tukar pikiran."

Sabtu siang itu, mereka menyuguhkan tiga pilihan sajian pembuka serta tujuh sajian utama. Bahan-bahan dasanya memang khas Barat, tapi mereka cukup memberi sentuhan yang berbeda dari setiap menu yang disajikan.

Hidangan di Cassis Kitchen. (Dok. Cassis Kitchen)
Acai Berry Bowl yang dicoba CNNIndonesia.com, misalnya. Jika Anda membayangkan semangkuk buah beri, yang terasa bukan sekadar kesegaran di mulut. Renyah granolanya juga menimbulkan rasa yang sedikit manis.

Belum lagi, tambahan sirup coffee honey yang diciptakan khusus. Itu menambah kejutan rasa yang lain. Garnish bunga yang ternyata bisa dimakan pun menambah aroma dan rasa tersendiri.

Dalam menu yang tertulis, Acai Berry Bowl itu hasil percampuran buah blueberry beku yang dengan pisang, stroberi, serta susu almond. Setelah semua dicampur, ada granola khas Sisterfields dan coffee honey sebagai tambahan.

"Kami buat coffee honey terpisah antara kopi dan madunya. Pas penyajian tidak digabung, dan pakai madu dari Indonesia," ujar Jethro.

Menu utama siang itu: Sisterfields Dirty Burger. Pilihan yang menarik, karena daging dalam burger diolah sendiri sehingga terasa sangat lembut.

Tambahan topping seperti keju asap, bawang bombay dan saus mustard memberi sedikit rasa asam dan gurih. Rotinya pun empuk. Disajikan dengan kentang goreng berbumbu truffle aioli, itu sajian makan siang yang pas dan mengenyangkan.

Selain dua menu itu, mereka juga menyajikan Pop Corn Chicken yang merupakan paduan wasabi aioli, irisan kol merah dan daun wasabi. Braised shortrib, brisket, & black bean chilli tak kalah lezat. Itu berupa poached eggs yang disajikan dengan ricotta, jagung manis goreng serta minyak cabai.

Hidangan di Cassis Kitchen. (Dok. Cassis Kitchen)
Di akhir suguhan, ada tangan barista asal Australia Shae Macnamara yang menyajikan kopi di Sisterfields. Tangan boleh Australia,tapi  kopi yang disajikan diracik dari biji Indonesia. Ia bahkan membawa biji kopi Aceh Gayo serta Kintamani.

"Saya menyesuaikan dengan biji kopi Indonesia. Saya pun kerja sama dengan orang dari Aceh untuk mendapatkan biji terbaiknya. Tapi, yang dari Kintamani yang paling enak," ujarnya. Pernah sampai Sumatra, Shae tetap menganggap kopi Bali terbaik.

“Karena paling halus, itu kenapa saya pakai Kintamani. Tapi mungkin saya juga akan coba dari Wamena nantinya,” tutur sosok yang sudah menekuni industri kopi sejak 15 tahun belakangan itu.

Shae pernah menjuarai kompetisi kopi, bahkan menjadi jurinya di Australia, lewat program Golden Bean Awards serta kejuaraan lain yang dinaungi Australian Specialty Coffee Association. Kini ia ingin segera punya kedai kopi sendiri. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER