Banten akan Segera Menggelar Festival Baduy 2016

Odin H | CNN Indonesia
Jumat, 14 Okt 2016 14:18 WIB
Kementrian Pariwisata (Kemenpar) terus mendorong semua pihak untuk berinovasi, tujuannya untuk menuju destinasi pariwisata kelas dunia.
Banten, CNN Indonesia -- Kementrian Pariwisata (Kemenpar) terus mendorong semua pihak untuk berinovasi, tujuannya untuk menuju destinasi pariwisata kelas dunia. Diutamakan bagi daerah yang berada dekat dengan lokasi 10 Bali Baru. Pasalnya, 10 Bali Baru merupakan prioritas Kementrian Pariwisata Indonesia. 

Kini giliran Provinsi Banten yang melakukan banyak inovasi. Lebih tepatnya di Kabupaten Lebak, Banten. Selain untuk menuju pariwisata kelas dunia, Provinsi Banten juga akan menggelar Festival Baduy 2016. 

“Ini untuk pertama kalinya kami mengadakan Festival Baduy 2016, kami memancing wisatawan untuk datang ke Banten khususnya Lebak. Mereka juga bisa sekaligus mengunjungi Tanjung Lesung yang indah yang berada di wilayah Banten, semoga ini debut yang baik untuk Festival Baduy,” ujar Panitia Pelaksana Festival Baduy 2016, Arman Bin Kaipin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Festival Baduy 2016 akan digelar pada tanggal 28 hingga 30 Oktober 2016 di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. “Target utamanya kehadiran wisatawan mancanegara dan meningkatnya ekonomi kreatif kami. Karena kami memiliki banyak kerajinan tangan yang berkelas dunia,” ujar pria yang juga tokoh Desa Kanekes itu.

Arman mengungkapkan bahwa dalam acara tersebut, akan digelar berbagai kegiatan yang menarik. Mulai dari pagelaran seni dan budaya, pameran-pameran produk buatan masyarakat Baduy, pemecahan rekor menenun, kerajinan produk Baduy, pembangunan Gerbang Baduy, dan sosialisasi digital marketing di Baduy. 

“Budaya Baduy sangat menarik untuk wisatawan, ini menjadi salah satu kekuatan kami. Tanjung Lesung merupakan pantai yang indah dengan alam yang mempesona, jika ingin lihat budayanya bisa kunjungi Baduy,” ujarnya bangga.

Suku Baduy di pedalaman Banten lebih senang menyebut diri mereka sebagai urang Kanekes. Rupanya Banten tidak hanya memiliki kekayaan alam yang luar biasa indah. Jika memasuki wilayah Baduy lebih dalam, banyak masyarakat adat unik yang bisa kita jumpai di sana. Masyarakat adat ini tinggal di perbukitan yang merupakan bagian dari pegunungan Kendeng dengan ketinggian hingga 600 mdpl.

Ternyata akses menuju Baduy itu tidaklah sulit. Dari terminal Ciboleger Banten, para wisatawan hanya perlu melakukan perjalanan sekitar 3 jam saja. Masyarakat Kanekes dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tangtu dan panamping. Kelompok Tangtu dikenal sebagai Kanekes Dalam atau Baduy Dalam, kelompok yang paling ketat mengikuti adat. Kelompok Tangtu tinggal di tiga desa yaitu Cikertawana, Cikeusik, dan desa Cibeo. 

Masyarakat kanekes memegang adat tradisional yang kuat seperti tidak memakai alat elektronik, tidak menggunakan alas kaki, tidak menggunakan kendaraan untuk transportasi, dan menggunakan pakaian adat yang ditenun dan dijait sendiri. Masyarakat Kanekes dalam masih menganut kepercayaan tradisional, yaitu sunda wiwitan yang dipimpin oleh seorang Pu’un. Pu’un juga berkedudukan sebagai pemimpin masyarakat kanekes. 

“Sangat indah menikmati Kanekes. Jika berkunjung sampai ke dalam desa Cibeo, bisa langsung terasa kenyamanan sebuah permukiman adat. Sinar matahari masuk menyelinap di antara dedauna dan akan terdengar suara burung-burung merdu bernyanyi bersahutan. Suasananya juga sangat tenang,” kata Arman.

Arman juga menuturkan bahwa perpaduan antara masyarakat adat yang hangat dan alam yang masih terjaga dengan baik merupakan keharmonisan yang jarang sekali dijumpai di kota besar termasuk Jakarta. Udara terasa sangat segar tanpa polusi di sekitar permukiman. Pemukiman di sana juga tampak bersih tanpa adanya sampah berserakan. 

Untuk bisa sampai di desa Cibeo kita akan melalui kelompok masyarakat pandamping. Masyarakat pendamping dikenal sebagai Kanekes Luar atau Baduy Luar. Kelompok masyarakat panamping ini telah mengenal teknologi dan alat elektronik. Selian itu, mereka juga sudah menggunakan pakaian yang modern. 

“Namun, masih bisa mengenali masyarakat ini dengan ciri mereka. Biasanya masyarakat Baduy Luar menggunakan ikat kepala berwarna hitam,” kata Arman.

Kepercayaan masyarakat Kanekes Luar sudah bercampur dengan masyarakat pada umumnya. Mata pencaharian masyarakat Kanekes ini adalah bertani, namun mereka juga membuat tenun yang biasa digunakan sebagai souvenir. 

“Hal inilah yang akan kami kedepankan di acara Festival Baduy. Pasalnya Festival Baduy baru pertama kalinya digelar,” tandas Arman.

Seperti yang sering diungkapkan oleh Menpar bahwa Tanjung Lesung, Banten termasuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Di sana tengah memasuki proses pembangunan amenitas baru. Saat ini, proses pembangunan jalan tol Serang-Panimbang menurut Menpar Arief Yahya sedang dalam proses. "Begitu tol 84 km itu selasai, maka akses yang menjadi critical success factor destinasi Tanjung Lesung akan cepat berkembang," katanya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER