Nutrisi 'Kembar' Organik dan Non-Organik

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Minggu, 16 Okt 2016 13:10 WIB
Sampai saat ini, belum ada penelitian yang menunjukkan makanan organik lebih bergizi dibanding makanan non-organik.
Ilustrasi (Tatyana_Tomsickova/Thinkstock)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagian orang percaya bahwa sayur organik mengandung nutrisi yang lebih bermanfaat ketimbang non-organik. Namun siapa sangka jika hal tersebut hanyalah mitos belaka?

Disampaikan oleh ahli sayuran dan pertanian organik Institut Pertanian Bogor, Profesor Anas D. Susila, bahwa sampai saat ini, belum ada penelitian yang menunjukkan makanan organik lebih bergizi dibanding makanan non-organik.

"Kandungan keduanya sama, karena memang sayuran tersebut kandungannya itu. Rasa enak atau vitamin lebih banyak, itu tidak ada penelitiannya," ujar Anas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, semua tergantung pada cara perawatan tanaman. Jika tanaman organik tidak dipelihara dengan baik, maka sayuran yang dihasilkan pun tidak maksimal, karena organik dan non-organik adalah masalah budidaya.

Satu-satunya cara yang bisa digunakan untuk membedakan sayuran organik dan non-organik, diyakini Anas, adalah dengan melihat label di kemasan.

Anas berkata, "Kalau ada sertifikat [organik], berarti itu organik. Kalau tidak ada, ya tidak bisa dibedakan. Sertifikat gunanya sebagai pemberi tanda bahwa tanaman itu dibudidayakan dengan organik dan telah mengikuti [standard operating procedure] SOP yang sudah disepakati."

Bahkan, ia mengungkapkan bahwa tanaman pun tidak memilih jenis pupuk yang diserap.

"Tanaman tidak membedakan pupuk kandang atau pupuk urea, yang penting dia menyerap amonium dan nitrat. Dia [tanaman] tidak peduli pupuk itu asalnya dari mana, apakah dari kotoran sapi, kambing, atau pupuk urea buatan pabrik," katanya saat ditemui CNNIndonesia.com di Bogor, baru-baru ini.

Anas pun menyayangkan hampir semua tulisan berbahasa Indonesia tentang pangan organik menyebutkan bahwa pupuk itu beracun, bahwa makanan itu [organik] lebih bervitamin, lebih enak.

"Padahal pupuk adalah bagian dari tanaman," kata Anas seraya menekankan, "Pupuk itu bukan racun."

Keterangan serupa juga disampaikan oleh Dr. Cindiawaty Josito Pudjiadi MARS, MS, SpGK, spesialis gizi klinik yang berpraktek di RS Medistra dan RS Gading Pluit, Jakarta.

Dari berbagai penelitian didapatkan [fakta] bahwa tidak ada perbedaan kualitas makanan antara makanan organik dan yang konvensional. Adanya sedikit perbedaan kandungan nutrisi, lebih disebabkan karena perbedaan cara produksinya. Dr. Cindiawaty Josito Pudjiadi MARS, MS, SpGK
"Sampai saat ini, saya  belum mendapatkan data ilmiah dari medical journal yang mendukung pernyataan bahwa makanan organik lebih sehat dari yang konvensional. Pernyataan bahwa rasa yang organik lebih enak, juga belum didukung oleh penelitian ilmiah," kata Cindiawaty kepada CNNIndonesia.com.

Menurutnya, hasil penelitian yang dipaparkan di American Journal of Nutrition, pada 2010, juga tidak menemukan efek makanan organik terhadap kesehatan.

"Kurang adanya dasar ilmiah tentang hubungan antara makanan organik dengan kesehatan," kata dokter yang rajin mengunggah foto menu makanan sehat yang menarik via akun Instagram @drcmeal.

Lebih jauh, Cindiawaty membeberkan tentang hasil penelitian yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition, pada 2009.

"Dari berbagai penelitian didapatkan [fakta] bahwa tidak ada perbedaan kualitas makanan antara makanan organik dan yang konvensional. Adanya sedikit perbedaan kandungan nutrisi, lebih disebabkan karena perbedaan cara produksinya."

Cindiawaty juga mengutip hasil penelitian di British Journal of Cancer, pada 2014, tentang konsumsi makanan organik dan kejangkitan kanker.

"Dikatakan bahwa mengonsumsi makanan yang diproduksi secara organik tidak menurunkan atau hanya sedikit menurunkan kejangkitan kanker."

Jadi, Cindiawaty menegaskan, bahwa berdasarkan berbagai tulisan ilmiah, serta  penelitian tentang konsumsi makanan organik, maka belum dapat diketahui perbedaan yang terjadi di tubuh manusia antara yang mengkonsumsi makanan organik dibandingkan dengan makanan konvensional.

"Jadi seseorang yang mengkonsumsi makanan organik merasa lebih sehat, sampai saat ini belum dapat dikatakan apakah karena makanan organik tersebut," katanya.

"Akan tetapi," ia melanjutkan dengan panjang lebar, "kalau orang yang mengonsumsi makanan organik itu juga memilih makanan yang rendah lemak jenuh, dan rendah gula, dan lebih memilih makanan yang mengandung lemak tidak jenuh Omega-3, dan Omega-9, maka makanan yang dikonsumsi tersebut akan sangat membantu untuk meningkatkan kesehatannya, dan menurunkan risiko terkena berbagai penyakit. Apalagi bila didukung dengan olahraga rutin."

Yang penting diperhatikan, kata Cindiawaty, adalah mencuci sayur-sayuran atau buah-buahan dengan air bersih mengalir, sebelum diproses atau dikonsumsi.

Selain itu, juga mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang, sesuai kebutuhan dan sesuai  kondisi kesehatan masing-masing. Makanan yang dikonsumsi pun sebaiknya bervariasi.

"Batasilah makanan yang digoreng atau tinggi lemak jenuh," Cindiawaty mewanti-wanti. "Hindari juga makanan yang tinggi gula sederhana."

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER