Kemenpar Eksekusi Desa Wisata Gagasan Jokowi

Odin H | CNN Indonesia
Senin, 17 Okt 2016 16:39 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya mulai menindaklanjuti gagasan dari Presiden Joko Widodo di Sail Karimata beberapa waktu lalu.
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mulai menindaklanjuti gagasan dari Presiden Joko Widodo di Sail Karimata beberapa waktu lalu. Saat itu Jokowi menyampaikan gagasan untuk mengawinkan konsep desa dan pariwisata di Tanah Air, sehingga menghasilkan desa pariwisata.

"Saya sudah kontak Pak Eko Putro Sandjojo, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Pada Senin, saya mengirim Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Kemenpar, Dadang Rizky untuk menindaklanjuti teknis dengan Dirjen PPMD Kemendes PDDT Erani yang ditunjuk sebagai PIC. Kita akan segera menentukan quick win, destinasi mana saja yang paling siap untuk diformat menjadi Desa Wisata,” jelas Arief Yahya.

Gagasan Jokowi tentunya sejalan dengan konsep kerja Kemenpar yang mengedepankan indikator 3A, yaitu Atraksi, Akses dan Amenitas. Atas dasar itu, pilihan pertama desa wisata jatuh pada Bali, Jakarta dan Kepri yang banyak menarik minat wisatawan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Di mana saja desa-desa yang bisa dibangun menjadi Desa Wisata di ketiga kawasan itu?” ucap Arief Yahya,

Selain tiga daerah itu, prioritas berikutnya adalah desa-desa yang berada di 10 Bali Baru, atau 10 Top Destinasi yaitu Danau Toba Sumut, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Kepulauan Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, Bromo Tengger Semeru (BTS) Jatim, Mandalika Lombok NTB, Labuan Bajo Komodo NTT, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.

“Di mana saja, desa yang bisa cepat di-setting menjadi Desa Wisata,” ungkap Menpar

Selain itu, pilih jatuh pada 10 Top Destinasi Teraktif, seperti Sumatera Barat, NTB, Nangroe Aceh Darussalam (NAD), Banyuwangi, Sulawesi Utara dan lainnya.

“Selain menggunakan kriteria 3A, juga lihat track record CEO Commitment-nya. Bagaimana pimpinan daerahnya, pilih yang serius dan konkret dalam membangun daerah dengan pendekatan pariwisata. Untuk Atraksi, utamakan yang sudah KSPN, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Ini penting agar berada dalam framework yang benar dan cepat,” ungkap Arief Yahya.
Program Desa Wisata ini berkaitan juga dengan rencana membangun 100.000 homestay yang bakal dimulai 2017 nanti. Desain arsitektur rumah Nusantara untuk homestay juga semakin relevan untuk segera diimplementasi.

“Kelak, ketika Desa Wisata itu sudah siap jual, akan langsung dipromosikan, lalu selling platform-nya juga dimasukkan dalam DMP atau Digital Market Place. Maka Desa Wisata itu bisa berfungsi ganda. Bisa sebagai amenitas dengan homestay, akomodasi di rumah penduduk yang sudah sadar wisata. Juga bisa sebagai atraksi, karena berada dalam atmosfer kehidupan masyarakat desa yang hommy, kaya dengan sentuhan budaya, dan nuansa kekeluargaan yang belum tentu bisa ditemukan di negara lain,” ungkapnya.

Menurut Arief Yahya, dengan peningkatan di sektor pariwisata yang bisa membawa desa dapat bersaing di level global. “Kalau masyarakat desa masih tetap dibiarkan bercocok tanam, mata pencaharian sebagai petani, hasilnya tidak akan bisa berkompetisi dengan China, Thailand dan Vietnam, yang juga maju pesat,” kata dia.

Dengan desa wisata ini, wisatawan tentunya akan menikmati nuansa Indonesia dari sudut pandang yang berbeda. “Services dan prosesnya sebagai atraksi wisata. Suasana desa wisata yang ramah, gotong royong, penuh dengan rasa kekeluargaan, kaya budaya local, dan sadar wisata, itu yang dijual sebagai atraksi di destinasi desa wisata,” ungkap dia.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER