Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi makin kompak membangun akses dan konektivitas akses pariwisata. Kedua menteri saling memantau percepatan pembangunan akses.
"Akses adalah satu dari 3A yang menentukan sukses tidaknya menembus proyeksi wisman di 2019, yakni 20 juta," kata Arief Yahya.
Kali ini Arief menagih status permohonan izin rute-rute maskapai baru yang sudah diusulkan sejak akhir September 2016 lalu. Para maskapai terus didesak untuk membangun jaringan atau akses baru. Dari Garuda Indonesia, Air Asia, Lion Group dan Sriwijaya sudah ditemui Menpar, dan mereka sudah membuat surat permohonan slide baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka giliran menagih kami, dan kami langsung forward ke Kemenhub yang memiliki orotitas terhadap slots," kata ujar Arief Yahya.
Dia mencontohkan, Garuda Indonesia mengajukan status izin Daily Flight Guangzhou-Bali dan Shanghai Bali. Lalu rute baru Chengdu-Bali, Xiamen-Bali, Mumbai-Jakarta serta Bali-Wakatobi dan Makassar-Wakatobi.
Kemudian Citilink Indonesia yang sudah bersurat ke Menhub, soal rute baru regular charter, China ke Batam dan Bintan, China ke Solo dan Jogja, China ke Morotai, China ke Lombok.
"Termasuk Mereka meminta eksklusivitas selama 2 tahun untuk rute baru, rute perintis. Saya kira dalam bisnis, itu masuk akal dan fair," kata Arief Yahya.
Lalu Lion Air membuka banyak rute domestik baru ke Solo, menjadikan Solo sebagai Hub Selatan. Lalu permohonan izin penerbangan Kuala Lumpur-Solo, Kuala Lumpur-Lombok dengan Malindo Air, group Lion.Juga Sriwijaya Air yang akan membuka rute China-Solo.
"Saya yakin, ini sudah diproses di pemerintah. Secara prinsip kami setuju untuk segera dioptimalkan semua slots yang masih memungkinkan dibuka," kata dia.
Bukan hanya soal airlines, Menpar Arief Yahya juga memikirkan status pengembangan infrastruktur perhubungan lainnya, seperti pembangunan dan perluasan bandara di beberapa tempat. Juga pembangunan pelabuhan dan bandar Marina, dan rencana pengalihan pengelolaan pelabuhan kepada Pelindo III, seperti Labuan Bajo.
Menpar Arief juga meminta Kemenhub agar lebih cepat dalam hal deregulasi, seperti izin terbang private jet, untuk CIQ In dan CIQ Out di Bandara basis yacht. Misalnya, AMQ-SQQ PP untuk destinasi Raja Ampat. Perlu diterbitkan kebijakan berisi prosedur tetap (protap) pemberian izin kepada private jet yang terbang antar-bandara domestik.
"Kalau dilarang, ini juga tidak masuk akal. Misalnya ada investor yang datang membawa private jet, turun di Jakarta atau Bali, untuk menuju ke destinasi yang dimaksud tidak boleh menggunakan private jet-nya, melainkan harus menggunakan regular flight. Ini yang aneh dan tidak sejalan dengan perkembangan zaman," ungkap Arief Yahya
Stafsus Menpar Bidang Connectivity, Judi Rifajantoro mengharapkan ada kemudahan perizinan untuk pengembangan rute baru untuk maskapai serta pengembangan Network Airlines untuk mendukung pertumbuhan kunjungan wisman.
Kemudian mengenai Air Service Agreement diharapkan adanya ketersediaan seats untuk regular flight yang diperoleh melalui Air-Talk, mendorong implementasi open-skies dari-ke pasar-pasar utama wisman (single country), contohnya Indonesia-RRT, dan mempercepat Air-Talk (G-to-G) dengan negara yang memiliki Hub-Airport besar dengan airlines yang kuat, seperti UEA (Dubai dan Abu Dhabi) dan Qatar.
Beberapa hal juga diharapkan percepatanhya, soal Airport dan Air Navigation, optimalisasi slots pada bandara favorit (DPS, CGK, SUB, dan JOG) melalui pembenahan prosedur, penambahan SDM, dan pemanfaatan IT. Mempercepat pengembangan infrastruktur bandara (Brown Field) dan mempercepat pembangunan bandara baru (Green Field).