Jakarta, CNN Indonesia -- Bir bukan lagi minuman asing bagi manusia. Bahkan di Eropa dan Amerika, bir sudah menjadi minuman yang paling banyak dikonsumsi ketiga setelah air putih dan teh.
Secara umum bir dibuat dari proses fermentasi dari berbagai bahan seperti barley dan gandum yang ditambahkan dengan hops dan ragi. Proses fermentasi ini akan menciptakan alkohol sebanyak lima persen dalam larutannya. Antusiasme para pencinta bir di dunia pun semakin meningkat seiring makin banyaknya varian dan tipe bir yang muncul.
Kondisi ini membuat industri bir pun makin marak. Bir menjadi 'ladang' industri komersil. "Adanya industri bir komersil pada akhirnya akan membuat penikmat bir jadi sekadar bisa minum bir, bukan menikmatinya," kata Bona Budhisurya presiden direktur Stark Craft Beer di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bir komersial dibuat dengan tujuan utama agar bisa diproduksi massal dengan menekan biaya produksi yang serendah-rendahnya sehingga harga jualnya pun bisa dijangkau banyak orang.
Hanya saja dalam perkembangannya, penikmat bir pun merindukan rasa bir yang lebih nikmat dan berkualitas. Mereka tak cuma butuh sekadar menenggak bir.
"Orang sudah mulai bosan minum bir komersil dan sekarang ini lebih ingin minum bir berkualitas."
Untuk memuaskan keinginan pencintanya akan bir berkualitas, brewer atau pembuat bir menciptakan craft beer. Craft beer sendiri bisa diartikan sebagai bir yang tak dibuat secara massal atau komersil. Dengan kata lain, bir ini hanya diproduksi dalam jumlah sedikit dan dibuat oleh brewery kecil dan independen.
"Produksi kecil ini dilakukan untuk memastikan bir yang dihasilkan punya kualitas tinggi dan rasa yang enak," ucap Bona.
Di Indonesia, craft beer sendiri belum terlalu dikenal dan populer. Namun berbeda dengan Indonesia, di negara-negara barat, craft beer sudah sangat dikenal dan menjadi subkultur tersendiri. Bona mengungkapkan bahwa craft beer sendiri sudah menjadi fenomena dunia.
Craft beer ini ternyata bukan cuma soal 'memuaskan' pencinta bir tapi juga soal memuaskan sang pembuat bir. Lewat craft beer, 'sang penciptanya' bebas berkreasi dan menciptakan bir sesuai seleranya.
Mereka bisa mencampur berbagai bahan tak biasa dan tak lazim saat membuat bir pada umumnya untuk menciptakan kreasi baru yang menurut mereka nikmat. Tak ada rasa takut berkreasi karena penggemar craft beer juga biasanya adalah orang-orang yang suka mencoba hal baru.
Craft beer lokalIndonesia bukan salah satu negara yang mengandalkan bir sebagai minuman utama. Namun ini juga tak berarti kalau orang-orang Indonesia bukanlah penikmat bir. Ada banyak jenis bir yang hadir di Indonesia.
Hanya saja kebanyakan bir yang tersedia adalah versi komersilnya. Namun sebenarnya Indonesia juga punya sajian craft beer, Stark craft beer.
Bona mengungkapkan bahwa Stark Craft Beer adalah craft beer lokal, alias asli buatan Indonesia. "Semua proses pembuatan bir ini dilakukan di Indonesia, dan bahan-bahannya juga dari Indonesia," katanya.
"Sebagian besar bahan bakunya dari Indonesia, kecuali gandum atau wheatnya. Karena kualitas gandum luar masih lebih baik untuk pembuatan bir."
Bona tak asal mengklaim craft beer racikannya sebagai bir lokal. Dia mengungkapkan untuk membuat craft beernya, dia membuat craft brewery di bawah kaki pengunungan di Singaraja, Bali. Hal ini dilakukan agar mendapatkan air kualitas terbaik langsung dari sumber mata air di Singaraja.
"Warga lokal bahkan meminum air dari mata air pegunungan ini secara langsung tanpa perlu dimasak dulu," katanya.
Air berkualitas baik, dikatakan Bona, adalah kunci terpenting dalam proses pembuatan bir. Tak dimungkiri, 95 persen pembuat bir adalah air. Pemilihan air ini juga akan menentukan citarasa birnya.
"Air ini kemudian disaring tiga kali untuk menghilangkan kotoran yang mungkin masih ada. Tapi proses penyaringan tersebut tidak akan menghilangkan mineral yang ada di dalamnya."
Air tersebut kemudian diolah bersama bahan pembuat bir lainnya seperti barley, wheat, oat, hops, dan rempah lainnya. Sebagai craft beer lokal, Stark menggunakan kearifan lokal Indonesia lainnya dalam bentuk rempah.
"Karena ini adalah bir Indonesia, maka kami juga mencampur beberapa bahan Indonesia seperti kulit jeruk dan ketumbar sebagai 'bumbunya.' Ini akan memberikan sentuhan rasa khas Indonesia dan sesuai dengan palet rasa orang Indonesia."
 Sebagai craft brewery, Stark menghadirkan aneka varian rasa buah yang unik (Dok. STARK BEER) |
Indonesian Pale Ale dan Bir Rasa BuahSebagai perusahaan craft brewery, Stark Craft Beer memang bebas menciptakan rasa dan varian bir apapun. Selain menghadirkan bir wheat, Stark craft beer juga menghadirkan varian rasa lain yang unik.
Yang paling menarik, Stark berkreasi dengan menghadirkan bir Indonesian Pale Ale (IPA). Di kalangan penikmat bir, IPA dikenal sebagai Indian Pale Ale, namun Stark mengambil inspirasi dan meramunya menjadi Indonesian Pale Ale.
Indian Pale Ale memiliki karakteristik rasa yang sangat pahit. Karena dalam sejarahnya, bir ini adalah minuman khusus bagi tentara Inggris yang menduduki India. "Dalam versi aslinya, IPA dibuat dari penambahan hops yang sangat banyak. Tujuannya untuk meningkatkan daya tahan dan daya simpan saat pengiriman dari Inggris ke India. Hops yang banyak inilah yang membuat rasa bir IPA sangat pahit."
Sadar bahwa warga Indonesia tak terlalu berminat dengan rasa pahit yang tak bisa ditolerir, IPA ala Indonesia diramu dengan tambahan dry hoping (hops kering). Dry hoping ini akan mengurangi rasa pahit dan menguatkan aroma herbal serta jeruk saat diteguk.
Jika Anda bukan penikmat bir pahit dan ingin merasakan bir ringan dengan rasa unik, Mango Ale dan Lychee Ale bisa jadi pilihan bir ringan yang sempurna.
Mango ale dan lychee ale adalah varian bir dengan rasa buah mangga dan leci. Namun Bona mengklaim bahwa varian bir dengan campuran buah ini masih tetap memiliki kadar alkohol yang sama dengan varian bir lainnya.
"Buah mangga dan leci menjadi buah-buahan tropis yang khas. Dan karena iklim di Indonesia ini panas, kombinasi bir dengan buah ini akan sangat cocok. Memberi kesegaran rasa yang lebih fruity tapi dengan sensasi menggelitik bir," kata Bona.
Dia menambahkan, bir buah ini sangat cocok untuk diminum saat cuaca panas atau saat berada di pantai.
"Bir rasa buah ini cukup sulit untuk menyeimbangkan rasanya saat proses pembuatan. Saat rasa birnya pas, buahnya terlalu manis. Saat buahnya kuat, rasa birnya kurang. Jadi harus punya komposisi yang pas," ujarnya.
"Bir rasa buah ini menjadi salah satu andalan dan kebanggaan kami. Bahkan produsen di Amerika dan negara lainnya banyak yang sudah menginginkan produk ini. Tapi kami lebih ingin mengutamakan Indonesia terlebih dulu."
(chs)