Suara Lantang Para Aktivis dari Jagat Modeling

Vega Probo | CNN Indonesia
Minggu, 13 Nov 2016 14:51 WIB
Sejumlah model mengangkat isu yang sedang hangat, dari keberagaman, bentuk tubuh dan lain-lain, yang lebih merepresentasikan isi kepala.
Avery McCall, mendedikasikan diri sebagai pembela para pengungsi asal Suriah, Sudah Selatan dan Republik Demokrat Kongo. (Screenshoot via Instagram/@averywm)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sedikitnya ada dua cara yang bisa digunakan seseorang untuk mendongkrak sukses di jagat modeling. Pertama, memanfaatkan ketenaran—dengan cara mendominasi berita utama dan media sosial.

Ke-dua, mengambil kesempatan untuk mempromosikan sesuatu yang gaungnya lebih besar ketimbang merek suatu barang. Beruntung kini jagat modeling telah berubah. Beberapa model lebih memilih cara ke-dua ini untuk beraksi sosial.

Mereka mengangkat isu-isu yang sedang hangat, dari keberagaman, bentuk tubuh dan lain-lain yang lebih merepresentasikan isi kepala. Langkah ini sudah dirintis oleh para model senior, dan diteruskan oleh para model junior.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Supermodel Christy Turlington Burns mendirikan Every Mother Counts, model Sara Ziff mendirikan Model Alliance, dan model Cameron Russell menjadi aktivis perubahan iklim. Generasi baru model kini lebih senang membuat perubahan.

Selain ketiganya, laman Vogue menampilkan sederet model lain yang gemar beraksi sosial dan tertular menjadi aktivis.

Avery McCall

Aktif berkegiatan politik sejak usia 12 tahun, Avery pernah ikut kampanye Girl Up bersama United Nations Foundation. Ia juga mendedikasikan diri sebagai pembela para pengungsi asal Suriah, Sudah Selatan dan Republik Demokrat Kongo.

Model berambut kecokelatan yang aktif mengunggah kata-kata penuh makna via akun Instagram ini pun bergabung dengan RefugeeOne, serta mengajar anak-anak. Ia berharap kiprah di jagat fesyen bisa sekaligus menggalang kepedulian dan dana.

Herieth Paul

Herieth tumbuh besar di Tanzania, Afrika. Di sini pula lah ibundanya mengelola semacam yayasan yatim piatu. Sekalipun telah meraih sukses di jagat fesyen, Herieth tidak melupakan bisnis keluarganya di kampung halaman.

Model hitam manis ini mendonasikan penghasilan untuk beasiswa bagi anak-anak yatim piatu. Ia percaya kekuatan pendidikan. Maka ia pun berencana membangun sekolah bagi kaum tuna rungu, serta menyediakan segala kebutuhannya.

Adwoa Aboah

Sebagai pendiri organisasi Gurls Talk, Adwoa memberikan ruang bagi para gadis untuk berdialog tentang isu-isu seputar mereka. Ia juga membawa programnya ini ke sekolah-sekolah lewat lokakarya. Ia ingin kaumnya berani mengekspresikan diri.
 
Lauren Wasser

Saat kehilangan kaki akibat toxic shock syndrome, pada 2012, Lauren tak ingin menyerah. Ia mengedukasi masyarakat tentang bahaya toxic shock yang disebabkan bakteri. Ia pun kerap berdialog tentang masalah keamanan dan karier modeling.
 
Hari Nef

Gaya dan kepribadian Hari menjadi sorotan dua tahun belakangan ini. Terlebih ketika ia mengenakan kaus bergambar Donald Trump bertanduk dengan tulisan ‘American Psycho.’ Namun Hari tak hanya dikenal gara-gara gaya unik saja.

Sebagai salah satu pembela kaum transgender di jagat fesyen, Hari lantang menyuarakan soal pentingnya merepresentasikan kebaikan. Hari menggunakan media sosial untuk mempromosikan penerimaan dan pandangan LGBTQ.

Charli Howard dan Clémentine Desseaux

Bentuk tubuh menjadi isu yang terus menghangat di industri fesyen, terutama menyangkut model. Karena itu, Charli dan Clémentine membuat All Woman Project, yang menampilkan foto-foto asli tanpa olah digital demi membuktikan kecantikan sejati.

Ebonee Davis

Mampu kah fesyen menghentikan rasialisme? Demi menjawab pertanyaan ini, Ebonee menulis surat terbuka via internet yang ditujukan kepada industri fesyen. Ia mengubah perspektif orang tentang model dan menginspirasi para model agar lebih vokal.

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER