Yogyakarta, CNN Indonesia -- Rombongan Familization Trip (Famtrip) para pelaku bisnis Pariwisata Travel Agents (TA) dan Tour Operator (TO) dari Prancis terkesan dengan tempat wisata di Yogya, Solo, dan Bali. Tur sejak 17-22 November 2016 itu menjadi momentum yang luar biasa bagi mereka.
"Budaya dan alam desa di Yogyakarta dan Solo ini menawan. Terutama Candi Borobudur, ini tempat yang wajib dikunjungi, unik, kaya cerita, sarat budaya dan sangat berbeda,” ujar Amanda Gerault salah satu peserta Famtrip sekaligus pelaku bisnis.
Pemilik travel agent Cimats Du Monde itu menilai branding Indonesia sangat unik dan berbeda. Menurut dia, keramahan, senyuman, kebiasaan dan benda-benda unik yang dia lihat selama ikut Famtrip membuat dirinya kagum.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
”Semua anak kecil tersenyum, mudah untuk difoto, mereka sangat ramah kepada tamu. Banyak hal unik,” ujarnya sambil tersenyum.
Kemenpar telah berpengalaman menyiapkan skema Famtrip yang diikuti 16 TA/TO tersebut hingga membuat para TA/TO itu dibuat kagum dengan tempat yang dikunjunginya. Bukan hanya Borobudur dan Candi Prambanan yang namanya sudah mendunia itu, ke-16 endorser yang punya market wisatawan di Prancis tersebut dibawa ke Desa Bahasa di Ngargogondo Yogyakarta, mereka dibuat menyatu dengan alam sambil belajar bahasa Indonesia.
Para pelaku bisnis pariwisata itu langsung bertemu masyarakat dan berinteraksi. Tidak berhenti di situ saja, Kemenpar juga memboyong rombongan yang dipimpin oleh Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Kemenpar di Prancis, Eka Moncarre, itu melihat pembuatan langsung gong dan benda-benda unik ala kerajaan, di Pengrajin Gamelan Laras Jowo Aji di Desa Wirun.
Mereka juga dimanjakan dengan Spa di Taman Sari Royal Spa. Para TA/TO yang memiliki jutaan calon wisatawan di Prancis itu dibawa ke Desa Laweyan, Solo, dan para peserta langsung diajarkan membatik serta melihat langsung pembuatan Batik Solo yang legendaris tersebut.
Tak ketinggalan, mereka diarak menggunakan becak menuju hotel Accor Hotels Group yang menampilkan citra kearifan lokal dan kaya akan budaya. Para peserta Famtrip dibuat nyaman di The Phoenix Hotel Yogyakarta Mgallery Collection dengan koleksi Kesultanan Yogyakartanya yang penuh sejarah.
Tak ketinggalan tampilan The Royal Surakarta Heritage Solo yang menawan menawarkan wayang dan ornamen kain batik khas Solo di dalam kamar.
”Wisatawan Prancis tidak terlalu suka dengan mal, belanja di keramaian, wisata buatan juga tidak enjoy. Mereka suka berpetualang, menikmati alam, melihat keaslian produk tempat yang dia kunjungi, kehebatan budaya dan sesuatu yang unik.Yogyakarta dan Solo punya semua, dan mereka sangat suka, ini produk harus dijaga semua pihak, harus kita bangun bersama untuk pariwisata Indonesia,” ujar Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Kemenpar di Prancis, Eka Moncarre.
Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pasar Eropa,Timur Tengah,dan Afrika Kemenpar, Nia Niscaya memang terus menggenjot pasar Prancis karena untuk Eropa jumlahnya kedua terbesar setelah Inggris. Itu sebabnya selain mengadakan Famtrip untuk TA/TO ini, Kemenpar juga sukses mengadakan Famtrip untuk media umum termasuk blogger dan juga media minat khusus.
”Terutama kami juga terus merevitalisasi 10 destinasi wisata prioritas agar menjadi Bali baru di berbagai provinsi, destinasi prioritas termasuk Borobudur yang ada di pintu Yogyakarta, Solo dan Semarang yang biasa disebut Joglosemar. Ada tiga hal dasar yang dibenahi untuk merevitalisasi destinasi wisata yang sudah ada yaitu aksesibilitas, kenyamanan dan juga produknya,” ujar wanita.
Nia menambahkan target kunjungan wisman ke Indonesia mencapai 20 juta orang. Kunjungan TO/TA Prancis itu ke Indonesia akan membantu untuk mencapai target kunjungan tersebut. Famtrip, imbuh Nia, adalah salah satu strategi untuk menjaring kunjungan wisman Prancis ke Indonesia, di samping mengikuti bursa-bursa wisata tetap yang ada di Prancis bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris.
“Tahun 2016 ini sektor pariwisata diharapkan menarik 12 juta pengunjung mancanegara dan menambah setidaknya US$12,7 miliar devisa bagi bangsa ini. Oleh karena selain menduniakan tagline Wonderful Indonesia ke 11 negara prioritas kita juga melakukan pendekatan melalui kuliner, dan Joglosemar juga punya kekayaan Kuliner selain budaya dan alamnya,”kata dia.
Pasar Wonderful Indonesia di Prancis meningkat. Berdasarkan laporan di pameran International French Travel Mart TOP RESA, Union Tour Operator Prancis (SETO), penjualan paket tur wisatawan dari pasar Prancis ke Indonesia naik tajam 35% pada periode liburan musim panas, bulan Juli-Agustus 2016. Angka 35% itu, adalah hasil penjualan paket tur di Summer Holiday 2016 yang cukup progresif, terutama bagi para tour operator di Prancis. ”Mudah-mudahan pascaFamtrip TA/TO ini semakin bertambah dan bertambah untuk Pariwisata Indonesia,” harap Nia.
(odh/odh)