Al Desko, Santap 'Anti-Sosial' di Meja Kerja

Vega Probo | CNN Indonesia
Senin, 28 Nov 2016 13:21 WIB
Selain menguarkan bau menyegat, menyantap makan siang di kantor juga berisiko menambah bobot tubuh dan memindahkan bakteri.
Ilustrasi: Selain menguarkan bau menyegat, menyantap makan siang di kantor juga berisiko menambah bobot tubuh dan memindahkan bakteri. (Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Aroma makanan yang menguar di ruang kerja atau kantor ternyata berdampak pada produktivitas kerja para karyawan. Demikian hasil sebuah penelitian yang dilansir Daily Mail.

Belakangan ini, dua dari tiga orang makan siang di meja kerjanya sepanjang hari kerja dalam sepekan. Kebiasaan ini disebut Al Desko atau makan di meja kerja, bukan di pantry, juga bukan di kantin atau restoran di luar kantor.

Masalahnya, tidak semua orang membawa bekal makanan yang ‘aman’ bagi indra penciuman rekan sekantor. Ada kalanya mereka membawa bekal makanan beraroma menyengat, macam minyak ikan, juga roti lapis keju dan telur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lama-kelamaan, bau bekal makanan yang menguar ke mana-mana ini mempengaruhi kondisi dan budaya di kantor. Pengaruhnya tak hanya dirasakan si karyawan yang membawa bekal, tapi juga rekan-rekan yang berada satu ruang kerja dengannya.

Menurut hasil survei terhadap lebih dari seribu pekerja, dua dari lima pekerja mengaku terlalu sibuk hingga tak sempat makan di luar kantor. Lebih dari separuh partisipan yang membawa bekal beraroma menyengat memang dikenal ‘anti-sosial.’

Bau paling menyengat berasal dari bekal ikan makarel atau sarden, begitu juga keju dan telur. Saking baunya, sampai-sampai satu sampai lima pekerja tega 'mengusir' rekan yang membawa bekal bau tersebut agar menyantapnya di luar kantor.

Tentu saja, tidak semua bekal makanan beraroma menyengat dan membuat rekan kerja mual. Ada juga aroma makanan yang justru disukai banyak rekan kerja, macam roti panggang yang diolesi butter, juga pastry hangat dan roti lapis bacon.

Gareth Cowmeadow, interior landscaping dari firma Ambius, yang mengepalai penelitian ini menyatakan, “Sebagian orang mungkin tidak menyadari seberapa besar efek pilihan bekal makan siang mereka terhadap rekan kerja di sebelahnya."

Urusan menyantap bekal makanan di meja kerja bukan sekadar melanggar etika. Lebih dari itu, juga menambah lebar lingkar pinggang, karena si pembawa bekal seharian hanya duduk saja, tanpa beranjak, berjalan ke kantin di luar kantor.

Para pakar telah mewanti-wanti bahwa budaya makan di kantor ini bisa menambah bobot tubuh. Psikolog kesehatan juga menyatakan budaya ini membuat orang ‘lupa’ jika dirinya sedang makan. Konsentrasi terpecah antara makan dan bekerja.

Para peneliti di Surrey University mewanti-wanti budaya ini membuat orang mudah lapar dan ingin makan lagi lantaran tidak punya waktu untuk makan di luar kantor. Konsentrasi makan pun terpecah gara-gara melihat pekerjaan di depan mata.

Pimpinan penulis hasil penelitian, Profesor Jane Ogden, menyatakan, “Para penyantap Al Desko menanggung risiko dengan cara memperbanyak asupan makanan pada siang hari yang berujung kenaikan bobot tubuh dan obesitas.”

“Luangkan waktu untuk makan siang [di luar kantor] dan menjauh dari meja kerja sebetulnya bagus untuk membentuk lingkar pinggang [agar tetap ramping],” ia menambahkan. “Sesudahnya Anda juga tidak tergiur makan camilan.”

Kondisi perut kenyang, dikatakan Ogden, bukan sebatas reaksi otak dan kimia, melainkan juga persepsi yang dipengarungi oleh pembelajaran, emosi dan pecahnya konsentrasi. Jadi sebaiknya makan siang lah dengan benar.

Intinya, jangan makan di meja kerja di dekat komputer yang membuat konsentrasi terpecah, daripada harus menanggung risiko bobot tubuh terus bertambah. Lagipula, makan di meja kerja sama sekali tidak higienis.

Meja kerja, komputer dan keyboard adalah sarang bakteri. Pada 2014, Dr. Lisa Ackerley, guru besar di Royal Society of Public Health, ‘menakut-nakuti’ para pekerja, bahwa mereka bersinggungan dengan 10 juta bakteri per hari.

“Kita tahu, dari sekian banyak penelitian diperoleh fakta ada tiga ribu organisme per 2,5 centimeter persegi di keyboard atau lebih dari 1.600 di mouse komputer,” katanya. Dalam sehari pekerja berhadapan dengan ‘kerajaan’ bakteri.

Bayangkan, jika anda makan tanpa mencuci tangan terlebih dulu. Bisa-bisa si bakteri berpindah ke mulut. Diketahui 16 persen orang yang membawa norovirus, si pemicu sakit perut dan diare, tidak memperlihatkan gejala tertentu.

“Anda bakal merasa baik-baik saja, padahal membawa virus dan menyebarkannya di sekitar kantor,” kata Dr. Ackerley seraya merekomendasikan agar tiap karyawan menyediakan hand sanitiser di meja kerja dan rajin mencuci tangan.

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER