Jakarta, CNN Indonesia -- Dari Suriah ke Irak, dari Mali ke Afghanistan, kelompok teroris yang mengatasnamakan jihad telah membuat hancur situs budaya bersejarah yang dianggap tidak memiliki nilai Islam.
Saat ini perlindungan terhadap situs bersejarah tersebut menjadi topik hangat dalam pertemuan di Abu Dhabi, yang bakal dihadiri oleh 40 perwakilan negara pada Desember mendatang.
Dikutip dari
AFP pada Rabu (30/11), berikut ini ialah beberapa situs bersejarah yang telah rusak dan mungkin tidak akan bisa lagi dinikmati oleh generasi di masa mendatang:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. SuriahLebih dari 900 monumen dan bangunan telah dihancurkan oleh kelompok teroris yang merusak Suriah sejak 2011, seperti yang dikutip dari data milik Asosiasi Perlindungan Situs Bersejarah Suriah.
Situs bersejarah yang ditetapkan UNESCO, Palmyra, juga telah dikuasai kelompok teroris sejak Mei 2015. Di sana, sejumlah monumen penting dirusak, dengan maksud menghapus sejarah kebudayaan Timur Tengah.
Situs lain yang juga hancur ialah Dura-Europos yang terletak di timur Suriah. Situs itu selama ini dikenal sebagai ‘Pompeii di padang pasir’.
ISIS bukan satu-satunya kelompok yang menghancurkan situs bersejarah di Suriah. Pada 2013, Masjid Ummayad yang telah dibangun sejak abad ke-11 juga dihancurkan oleh kelompok pemberontak pada 2013.
Begitu juga dengan situs The Crac des Chevaliers dan Museum Mosaik Maaret al-Numan yang ada di pusat kota.
“Dua pertiga situs bersejarah di Suriah telah hancur akibat pengeboman dan pembakaran,” kata salah satu juru bicara UNESCO.
2. Irak
 Situs bersejarah Nimrud. (REUTERS/Ari Jala) |
ISIS sepertinya ingin pengikutnya mengalami pembodohan massal, karena aksi perusakan terhadap situs bersejarah disebutnya sebagai penyucian kebudayaan.
Di Irak, sejumlah situs bersejarah yang dibangun sejak zaman Mesopotamian telah menjadi debu. Yang lebih membuat marah, sebagian dari mereka dengan licik menjualnya ke pasar gelap demi keuntungan pribadi.
Situs bersejarah Nimrud sejak abad ke-13 yang terletak di selatan Mosul, telah rata dengan tanah di tangan penjahat yang mengatasnamakan agama itu.
Dalam video yang dirilis pada 2015, terlihat kalau ISIS dengan bersuka cita menghancurkan benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya, bahkan menjarah isi museumnya.
Mereka tidak lupa menghancurkan situs Hatra yang dibangun sejak zaman penjajahan Roma, di utara Nineveh.
3. MaliSitus Timbuktu, yang disebut sebagai Kota 333 Malaikat dan ditetapkan sebagai bersejarah oleh UNESCO pada 2012 juga telah dihancurkan oleh kelompok teroris.
Pada Juni 2012, mereka merusak 14 bangunan bersejarah yang telah dibangun sejak abad ke-15 dan 16. Situs itu dianggap penting, karena merupakan saksi bisu dari perkembangan ilmu ekonomi dan agama yang dianut manusia sampai hari ini.
Rekonstruksi situs telah dimulai sejak Maret 2014, dengan menggunakan teknik tradisional agar tak semakin merusak situs. Sejumlah negara dan organisasi dunia mendanai proses itu, termasuk UNESCO.
Pada 27 September, seorang salah satu anggota kelompok teroris dihukum penjara selama sembilan tahun oleh International Criminal Court karena menjadi provokator perusakkan situs bersejarah ini.
4. Libya
 Situs bersejarah Murad Agha. (REUTERS/Ismail Zitoun) |
Sejumlah museum telah hancur oleh kelompok teroris sejak pemerintahan Moamer Kadhafi lengser pada 2011.
Pada Agustus 2012, mereka merusak situs bersejarah Sheikh Abdessalem al-Asmar di Zliten.
Setahun berikutnya, aksi perusakan kembali dilakukan dekat situs Murad Agha yang telah dibangun sejak abad ke-16 di Tripoli, namun berhasil dicegah.
5. Afghanistan
 Situs agama Buddha di timur Bamiyan. (REUTERS/Omar Sobhan) |
Pada Maret 2001, pemimpin Taliban, Mullah Omar, memerintahkan anak buahnya untuk menghancurkan situs agama Buddha di timur Bamiyan yang telah dibangun sejak 1.500 tahun yang lalu.
Ia berpendapat, kalau situs bersejarah yang ditetapkan UNESCO sejak 2003 itu bertentangan dengan Islam.
Ribuan tentaranya lalu dengan senang hati menjalankan perintah pimpinannya, dengan bekerja keras merusak situs bersejarah itu selama seminggu, tanpa berusaha tahu kalau ada kenangan dan ilmu yang terkandung di dalamnya.