Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak beberapa waktu lalu, Menpar Arief Yahya tengah aktif mempopulerkan
tagline “More Digital More Professional”. Kini, salah satu butir
tagline tersebut diimplementasikan dengan bincang akrab bersama sekitar 170 industri pariwisata Kepri di Novotel, Batam. Di samping itu, Menpar Arief Yahya juga mengajak para pelaku bisnis untuk bertindak mengoptimalkan
excess capacity dengan
cross selling.
"Ini teori yang sudah saya tulis di buku Paradox Marketing. Kita akan ciptakan
More for Less," kata Menpar Arief Yahya.
Maksud dari More for Less yang digaungkan Menpar Arief Yahya adalah You Get More, You Pay Less. Hal itu merupakan strategi. Ketika harga didiskon habis, bahkan digratiskan, justru Anda mendapatkan hasil yang lebih besar. Kita ciptakan harga yang membuat orang tidak bisa menolak untuk membelinya. “Caranya, kumpulkan
excess capacity, lalu paket dibuat murah! Misalnya kamar hotel yang tidak laku, saat sepi pengunjung,
low seasons, antara Senin sampai Kamis tiap pekan ketika tidak ada
event," katanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiket feri juga bisa dijual lebih murah di hari-hari sepi penumpang, atraksi seperti reatoran, cafe, spa, souvenir shop, dan lainnya juga dibuat program diskon. Semua kapasitas kosong yang sedang
low seasons itu dikumpulkan, lalu dibuat paket murah ke Kepri, Batam, Bintan dan sekitarnya.
“Buat harga semurah-murahnya, buat terjangkau agar
affordable. Lalu buat promosi yang sangat menarik," lanjut Mantan Dirut PT Telkom Indonesia ini.
Pelaku bisnis masih bisa mendapatkan keuntungan jika harga dibuat murah bahkan gratis. “Karena itulah yang dimaksud dengan
cross selling. Anda bisa mengambil
return dari makanan, minuman, paket wisata, dan fasilitas lain yang non kamar hotel, atau
services lainnya. Istilahnya non operasional. Bisnis itu selalu mengambil untung dari operasional dan non operasional
return," ujar Arief Yahya.
Tentu saja hal itu tidak menimbulkan kerugian. Justru pelaku bisnis tetap bisa untung karena
services. "Daripada hotel atau atraksi Anda kosong? Okupansinya rendah? Mending tetap isi, mengambil point di
services yang lain. Toh kalau hotel kosong, tenaga kerja tetap harus dibayar?
Maintenance tetap harus jalan? Jam kerja efektif tetap harus ada karyawan? Tetap mengeluarkan biaya? Nah, makin lama, makin populer, makin ramai, makin terjangkau dan menjadi
basic need atau kebutuhan dasar orang untuk jalan-jalan ke Kepri," katanya.
Program ini dikhususkan hanya untuk
low seasons saja, di saat sepi pengunjung. Kapasitas kosong, memaksimalkan
middle capacity. Juga tidak harus semua yang kosong, karena dengan digital Anda bisa mengatur
inventory dengan
booking system yang sudah disiapkan. Kalau Jumat, Sabtu, Minggu, itu sudah pasti penuh, program ini langsung off. Karena wisman Singapore dan Malaysia itu rata-rata 90-100 persen full di
week end dan saat
event international. Tetapi di
weekday, tingkat huniannya turun drastis hingga 20 persen, dan 80 persen kosong.
Dengan digital, yang diendors oleh Kementerian Pariwisata, ITX - Indonesia Travel Xchange, maka kapasitas kosong itu bisa dengan pasti dijual dan dipromosikan. Tidak harus semuanya, tetapi lebih baik isi daripada fasilitas itu kosong. ITX adalah digital market place, platform yang mempertemukan demand dan supplay. ITX sudah menyediakan website gratis, booking system gratis dan payment engine gratis pula.
Arief Yahya menawarkan konsep ini bukan tanpa pengalaman. Di Telkom, dia pernah melakukan "revolusi harga per
user." Dari jualan pulsa per menit Rp1.000 menjadi Rp100. Turun drastis. Tentu saja hal itu tidak menimbulkan kerugian. Harga pulsa murah, tetapi jumlah pelanggan naik dramatis, dari rata-rata 20 juta, menjadi lebih banyak dari jumlah penduduk Indonesia dengan perbandingan 1:1,2 atau 120 persen dari jumlah penduduk.
Jika
affordability naik dan keterjangkauan kuat, maka berwisata ke Kepri akan menjadi
basic need. Kebutuhan dasar yang orang tidak bisa hidup tanpanya. Orang tidak masuk nalar jika tidak berjalan-jalan ke Batam, Bintan, Tanjung Balai, dan sekitarnya dengan biaya murah.
"Saat itulah jumlah wisman naik,
revenue naik, dan proyeksi pendapatan Anda bisa naik 60%. Bukan okupansi, tetapi pendapatan yang meningkat drastis. Hal yang terpentingnya, orang makin mudah, makin murah, dan makin terbiasa jalan-jalan ke Kepri," katanya.
Dengan begitu
, booming pariwisata di Kepri tidak akan bisa dihindarkan. Semakin banyak
crowd tourism di sana, maka segala macam atraksi bisa dibuat dan laku di sana. "Inilah yang saya sebut
sharing economy atau yang Presiden Jokowi sebut dengan ekonomi gotong royong. Maka di
Tourism akan terjadi More For Less, You Get More, You Pay Less! Sama dengan yang sudah dialami bisnis telekomunikasi dan transportasi," papar Arief Yahya yang kelahiran Banyuwangi Jawa Timur itu.