Banyuwangi Masuk Top 10 Indeks Wisata Indonesia

adv | CNN Indonesia
Minggu, 18 Des 2016 17:03 WIB
Banyuwangi ditetapkan sebagai 10 besar kabupaten/kota peringkat tertinggi Indeks Pariwisata Indonesia di Rakornas IV Kemenpar di Hotel Sultan.
Jakarta, CNN Indonesia -- Banyuwangi ditetapkan sebagai 10 besar kabupaten/kota peringkat tertinggi Indeks Pariwisata Indonesia di Rakornas IV Kemenpar di Hotel Sultan, Jakarta beberapa waktu lalu. Penilaian ini dilakukan oleh Kementerian Pariwisata bersama tim peneliti Kompas Group, yang mengacu pada Travel and Tourism Competitive Index dari World Economic Forum (WEF).

“Dan sudah menggunakan global standard. Karena kalau mau menjadi global player, harus menggunakan global standard,” jelas Menpar Arief Yahya.

Menpar mengapresiasi kiprah Banyuwangi ini,"Selamat. Banyuwangi terpilih sebagai Top-10 Indeks Pariwisata. Saya harap ini melecut semua pihak untuk bekerja lebih keras dan lebih cerdas lagi," kata Arief Yahya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Indeks Pariwisata Indonesia disusun berdasarkan sejumlah kriteria. Di antaranya aspek tata kelola, infrastruktur pendukung, potensi wisata, dan lingkungan pendukung bisnis pariwisata.

“Yang paling menentukan adalah CEO Commitment, atau keseriusan kepala daerahnya, bupati, wali kota dan bupatinya, dalam menentukan arah dan mendisribusikan sumber daya,” kata Arief Yahya.

Banyuwangi memang dianggap telah berubah, padahal di tahun 2010 Banyuwangi menjadi kota terkotor di Jawa Timur, laporan keuangan selalu disclaimer, dan jauh dari kesan ramah pariwisata.

Namun sejak 2014 Banyuwangi menjadi kota terbersih di Tanah Air. Bahkan laporan keuangannya, juga langsung WTP (Wajar Tanpa Pengecualian). Infrastruktur pariwisatanya juga sudah makin maju.

Di sepanjang jalan protokol dan jalan kota kebersihan terjaga. Kulinernya juga hidup. Kesenian dan tradisi Gandrung Sewu juga terus berkembang dan mengalami kemajuan.

“Calender of event sudah ditetapkan di awal tahun, selama setahun penuh 52 minggu  berturut-turut, tanpa jeda dan tidak ganti-ganti jadwal,” papar dia.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, penilaian ini memacu Banyuwangi untuk terus berbenah.  "Kami bersyukur karena dinilai cukup baik dalam mengembangkan pariwisata. Apalagi dari Top 10 ini, mayoritas adalah kota besar yang pariwisatanya sudah terkenal maju dan menjadi destinasi unggulan," ujar Anas.

Dia menambahkan, salah satu faktor terpenting dalam pengembangan pariwisata adalah partisipasi publik, seperti adanya hutan pinus Songgon, wisata sejarah Kampung Temenggungan, wisata kopi Gombengsari, desa wisata Banjar jelajah budaya Desa Adat Kemiren, dan Bangsring Underwater.

"Partisipasi ini yang tidak ternilai. Artinya rakyat merasakan dampak langsung pariwisata terhadap kesejahteraannya, sekaligus mampu membentuk budaya aman, ramah, dan toleran di lingkungannya masing-masing," papar Anas.

Anas menilai pengembangan sektor pariwisata ini bukan hanya sekadar gaya semata, tapi juga karena efektivitasnya dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. Pariwisata adalah sektor yang paling murah dan cepat dalam memberikan dampak perekonomian.

"Pariwisata juga ikut mengatrol produksi barang dan jasa, termasuk agribisnis yang menjadi urat nadi perekonomian masyarakat kami," tuturnya. Terbukti, dalam beberapa tahun terakhir, perekonomian daerah terus menggeliat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banyuwangi naik signifikan sebesar 85% dari Rp 32,4 triliun (2010) menjadi Rp60,2 triliun (2015). Adapun pendapatan per kapita warga melonjak 80 persen dari Rp20,8 juta per tahun pada 2010 menjadi Rp37,7 juta per tahun pada 2015.

"Tapi pariwisata bukan hanya soal ekonomi semata. Pariwisata adalah payung bagi pengembangan sektor lainnya, mulai infrastruktur hingga kompetensi SDM. Lewat pariwisata, daya saing warga meningkat. Yang UMKM bergegas memperbaiki produknya agar laku dibeli. Banyak yang ikut kursus bahasa asing yang difasilitasi pemda biar bisa jadi guide," ujar Anas.

"Kami mendorong daya saing warga bukan dengan membicarakan hal-hal yang mungkin jauh dari pikiran warga desa, seperti globalisasi atau ASEAN Economi Community. Dengan pariwisata, ada banyak orang luar kota dan luar negeri yang datang. Warga tergerak dengan sendirinya. Mereka sadar bahwa mereka harus pandai dan kompeten agar bisa eksis di tengah kompetisi," pungkas Anas.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER