Layar Acara Fesyen Indonesia Terus Terkembang

Endro Priherdityo & Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Jumat, 11 Nov 2016 13:05 WIB
Sekalipun Jakarta Fashion Week (JFW) 2017 telah usai, para desainer terus mengestafet kreativitas di parade fesyen berikutnya.
Sekalipun Jakarta Fashion Week (JFW) 2017 telah usai, para desainer terus mengestafet kreativitas di parade fesyen berikutnya. (Dok. Jakarta Fashion Week)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jakarta Fashion Week (JFW) 2017 telah usai dihelat dua pekan lalu, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, pada Kamis (28/10). Meski demikian, tak lantas geliat jagat fesyen di Indonesia terhenti sampai di situ.

Sebaliknya, para desainer terus mengestafet kreativitas di parade fesyen berikutnya. Musa Widyatmodjo, yang menerima Tribute di JFW 2017, berselang enam hari kemudian meluncurkan tiga koleksi busana sekaligus, pada Kamis (3/11).

Ketiganya, yaitu koleksi busana berlabel Musa Widyatmodjo, M by Musa, dan MUSA Co, yang dipamerkan di kawasan Kemang, Jakarta. Berbarengan dengan itu, pada hari yang sama (3/11), juga digelar koleksi busana DAYS by Danar Hadi di kawasan Sudirman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selanjutnya, Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) menggelar IPMI Trend Show 2017 di kawasan Senayan (8-11/11). Berselang sehari setelah pembukaan acara ini, Anniesa Hasibuan meluncurkan koleksi busana Cosmoflo, pada Rabu (9/11), di kawasan SCBD.

Keberlanjutan parade fesyen tentu saja bukannya tanpa alasan. Menurut Ketua Dewan Pembina Ikatan Perancang Mode Indonesia (IPMI) Sjamsidar Isa, acara macam IPMI Trend Show 2017 bertujuan  menunjukkan tren mode Indonesia selama satu tahun ke depan.

“Efek dari acara tren ini pasti ada,” kata Isa saat ditemui CNNIndonesia.com di sela acara pembukaan IPMI Trend Show 2017 di Senayan City. “Artinya, acara tren seperti ini memberikan pilihan dan arahan ke masyarakat mode ke depan seperti apa.”

Hal senada tentang parade fesyen—termasuk pekan mode—pun disampaikan Direktur JFW Lenni Tedja kepada CNNIndonesia.com, beberapa waktu lalu. "Pekan mode itu memang berfungsi melihat tren yang akan datang, sehingga JFW dilakukan di akhir tahun.”

Tak sebatas tren, menurut Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia Poppy Dharsono, sektor fesyen juga memberikan kontribusi untuk produk domestik bruto (PDB) di sektor ekonomi kreatif. Fesyen di urutan ke-dua setelah kuliner.

“Sekitar 70 persen PDB berasal dari industri kreatif, dan 30 persen di antaranya dari industri fesyen,” kata Poppy kepada CNNIndonesia.com di butiknya di kawasan Kebayoran Lama, baru-baru ini. “Jadi menurut saya industri fesyen penting sekali.”

Industri fesyen, dikatakan Poppy, juga memiliki rantai panjang yang menyerap banyak tenaga kerja, dari pekerja pabrik dan penjual tekstil, desainer busana dan aksesori, perias wajah dan rambut, model, koreografer, manajer panggung dan lain-lain.

Poppy pun menegaskan, parade fesyen bukan sebatas arena untuk memamerkan koleksi terbaru kreasi desainer, melainkan juga inkubator di mana desainer menjalin kerja sama dengan perajin di berbagai daerah serta elemen lain dalam industri fesyen.

“Rangkaian kerja sama itu memberikan nilai tambah terhadap produk fesyen,” kata Poppy seraya mencontohkan kerja sama desainer dan penenun dalam memilih warna serta kualitas benang. Pihak APPMI juga menyiapkan standar dan sertifikasi kualitasnya.

Untuk itu lah keberlanjutan acara macam pekan busana atau fashion week rutin diadakan beberapa kali dalam setahun oleh berbagai kelompok atau komunitas berbeda. Apalagi, diyakini Poppy, Indonesia memiliki para pakar penyelenggara acara fesyen.

Selain peserta fashion week, audience yang datang juga harus benar-benar mewakili industri fesyen, mewakili masyarakat fesyen, cinta fesyen termasuk pendidikan fesyen,” kata Poppy seraya menegaskan Indonesia Fashion 2017 melibatkan para profesional.

Namun keberlanjutan acara maupun kreativitas saja, menurut Lenni tidak lah cukup. “Kalau tidak ada yang membeli ya tidak akan berkelanjutan. Memiliki label mode itu bagus, namun memiliki label dengan bisnis yang baik adalah hal lain.”

Program pengembangan desainer, macam Indonesia Fashion Forward (IFF) yang digarap JFW bersama British Council, diakui Lenni,  mempercepat pertumbuhan industri mode Indonesia dan ekonomi kreatif, juga menjadikan Indonesia pusat mode dunia.

"Indonesia kini sudah memiliki industri mode namun memang perlu diperbaiki,” Lenni menambahkan. “Desainer juga perlu sadar bahwa pasar tidak melulu harus high-end namun juga perlu melihat pasar di bawahnya agar tetap bisa berkelanjutan.”

Tak berbeda dengan pernyataan Poppy, “Pada akhirnya kalau kita ingin membuat baju yang bisa diterima dan beda, di pasar nasional maupun internasional, ya harus sesuatu yang berbasis budaya. Identitas kita itu lah nilai tambah kita.”

Senada penuturan Cut Meutia, deputy chairman Jakarta Fashion & Food Festival (JFFF), “Selain menjadi sarana memelihara kekayaan budaya Indonesia, JFFF juga sebagai wadah untuk mempromosikan produk mode dan kuliner Nusantara hingga kancah internasional.”

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER