Jakarta, CNN Indonesia -- Kisah kaburnya hewan dari kebun binatang tak hanya terjadi dalam film animasi 'The Penguins of Madagascar' atau 'Finding Dory'. Dikutip dari
AFP pada Kamis (5/1), kepolisian Jepang sedang menyelidiki kasus kaburnya empat ekor lumba-lumba hidung botol dari taman rekreasi DolphinBase, yang selama ini dikritik karena tak memperlakukan hewan peliharaannya secara baik.
Penyelidikan dimulai setelah seorang nelayan di kota Taiji melihat ada kawanan lumba-lumba yang berenang dari arah taman rekreasi menuju lautan lepas. Mamalia yang dikenal pintar dan penolong itu “melakukan aksinya” pada dini hari.
Tak lama berselang, tiga lumba-lumba kembali ke kandang sementara satu lumba-lumba yang lain masih asyik berenang di perairan sekitar taman rekreasi, sebelum akhinya diangkut oleh petugas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kami menyelidiki kasus ini untuk mencari dugaann adanya tindakan kriminal yang dilakukan,” kata juru bicara kepolisian.
Ia mengatakan kalau dua jaring di kandang lumba-lumba terlihat dirobek oleh benda tajam, seakan berusaha membantu kawanan mamalia itu untuk kabur.
Taiji, pelabuhan kecil di Wakayama, barat Jepang, mendapat sorotan dunia setelah dikisahkan dalam film dokumenter ‘The Cove’ (2009).
Dokumenter yang memenangkan Piala Oscar itu berkisah mengenai pembantaian lumba-lumba yang dilakukan setiap tahunnya di sana. Lumba-lumba yang beruntung tetap dibiarkan hidup walau harus terkungkung dalam kandang yang tak layak.
Pecinta lingkungan hidup selalu melakukan aksi protesnya di Taiji setiap tahun. Terkadang, aksi protes tersebut sampai harus dikawal oleh pihak berwajib, untuk menghindari terjadinya keributan antara aktivis dan penduduk lokal.
Penduduk lokal mengatakan kalau perburuan lumba-lumba sudah menjadi tradisi dan merasa kalau jumlah kawanan mamalia itu masih banyak di dunia.
Tentu saja kasus ini membuat pemerintah Jepang merasa dilema.
Pada September 2010, jaring dalam kandang lumba-lumba yang dimiliki penduduk lokal dirobek oleh aktivis dari kelompok pecinta lingkungan yang berbasis di Amsterdam, Belanda. Namun, tidak ada penangkapan atas kasus tersebut.
Pihak DolphinBase belum memberikan keterangan resmi terkait kasus yang terjadi. Tapi dalam tulisan di blog-nya, mereka merasa kecewa akan kasus ini.
“Kami sangat kecewa akan kasus yang dilakukan oleh pelaku yang egois dan tak bertanggung jawab ini,” tulis pihak DolphinBase.
Sutradara dari film ’The Cove’, Ric O'Barry, juga merasakan penolakan dari pemerintah Jepang setelah filmnya dirilis.
Tahun lalu, ia ditahan selama tiga minggu karena ditolak masuk, sebelum akhirnya dideportasi dari Jepang.
Selain merilis film, O’Barry juga membuat kelompok perlindungan lumba-lumba, Dolphin Project.
Dalam situsnya, ia memberikan pernyataan terkait kasus yang terjadi di DolphinBase.
“Kami memang melarang keberadaan lumba-lumba di kandang, namun kami tidak melakukan aksi ilegal tersebut,” tulis O’Barry.
[Gambas:Youtube] (ard)