Jakarta, CNN Indonesia -- Gejala
heartburn, yaitu rasa nyeri dan terbakar di sekitar dada akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan, sering terjadi saat hamil. Hal ini terjadi karena perubahan hormon dan tekanan pada lambung dari rahim yang membesar.
Obat-obatan tertentu dapat menahan refluks atau 'naiknya' asam lambung ini dan sudah jadi pemahaman awam bahwa tidak akan berpengaruh pada perkembangan janin serta bayi usai melahirkan.
Salah satu obat yang populer dikonsumsi adalah obat maag. Namun, sebuah penelitian menemukan bahwa ibu hamil yang mengonsumsi obat maag akan berisiko meningkatkan peluang terjadinya asma pada calon bayinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir
AFP, namun menurut laporan yang dipublikasikan dalam
the Journal of Allergy and Clinical Immunology itu, peneliti belum menemukan penyebab pasti risiko tersebut. Belum ada data tentang kemungkinan kandungan obat atau faktor lainnya yang diduga menjadi penyebab asma pada calon bayi.
"Keterkaitan ini tidak membuktikan secara langsung bahwa obat tersebut adalah pencetus asma yang diidap bayi," kata Aziz Sheikh, ko-direktur the Asthma UK Centre for Applied Research di the University of Edinburgh yang ikut terlibat dalam penelitian.
"Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami keterkaitan ini," lanjutnya.
Dalam penelitian sebelumnya, tidak menyimpulkan secara langsung peningkatan risiko alergi pada anak yang berkaitan dengan dampak penggunaan obat tertentu terhadap sistem kekebalan tubuh.
Untuk menggali lebih dalam, peneliti dari Edinburg dan Finlandia mengulas delapan penelitian sebelumnya dengan total melibatkan 1,3 juta anak-anak. Data tersebut menggambarkan riwayat penyakit dan resep yang pernah diberikan.
Para peneliti menemukan anak-anak yang lahir dari ibu pengonsumsi antasida, senyawa dalam obat maag, saat hamil berpeluang tiga kali lebih besar akan mengunjungi dokter akibat gejala asma.
Asma merupakan penyakit paru-paru kronis berupa peradangan dan penyempitan saluran udara. Penyakit ini sering muncul sejak anak-anak. Gejala asma berupa bengek, tarikan napas pendek, dan batuk.
Laporan The Global Asthma pada 2014 mencatat lebih dari 330 juta orang di seluruh dunia menderita asma, dengan sebagian besar terjadi di negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.
Para ahli mengomentari, penelitian tersebut tidak secara frontal menyinggung hubungan antara obat pereda
heartburn dan asma pada anak-anak. Penelitian tersebut hanya memberi peringatan tentang kemungkinan yang mungkin terjadi.
"Akan sangat mungkin bahwa
heartburn itu sendiri yang berkaitan erat (sebagai penyebab asma) dibandingkan obat untuk meredakan penyakit tersebut," kata Jean Golding, profesor paediatri epidimiologi the University of Bristol.
Menurut Seif Shaheen, epidemiologis pernapasan Queen Mary University of London berpendapat obesitas pada ibu hamil dapat juga berperan penting pada kasus ini dan sempat digambarkan pada beberapa penelitian lain.
(chs)