Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Umum Massachusetts, Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa stres punya kaitan langsung dengan penyakit jantung.
Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat stres yang dialami seseorang, semakin tinggi pula risiko penyakit jantung dan stroke yang dia hadapi.
Kaitan tersebut berpusat di area otak bernama amygdala, yang memang bertanggung jawab menanggulangi stres. Amygdala adalah kelompok saraf berbentuk almond yang bertanggung jawab mengatur emosi, rasa takut, kecemasan, kesenangan dan stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saat amygdala aktif menangani stres, itu akan memicu aktivitas ekstra pada sumsum tulang belakang dan menyebabkan peradangan di arteri. Itu bisa jadi meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit jantung dan stroke,” ujar kepala peneliti, Ahmed Tawakol dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, dilansir
AFP.
Tawakol menyebut bahwa amygdala mengirimkan sinyal pada sumsum tulang belakang untuk memproduksi lebih banyak sel darah putih. Hal itu secara otomatis menyebabkan arteri menyempit sehingga terjadi peradangan yang mengarah pada gangguan kardiovaskular.
“Dari penelitian itu, bisa ditarik kesimpulan bahwa mengurangi stres bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah,” tutur Tawakol.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal medis
The Lancet itu membandingkan hasil PET dan pindai otak (CT scan), sumsum tulang belakang, limpa, serta kondisi arteri, pada 293 pasien.
Para responden disurvei selama 3,7 tahun, dimana 22 pasien diantaranya, menderita gangguan kardiovaskular, termasuk serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan penyempitan pembuluh darah.
Sementara itu, sebanyak 13 partisipan yang memiliki stres pasca trauma, diketahui punya gangguan kardiovaskular lebih tinggi pula. Selain memiliki tekanan darah yang tinggi.
“Intinya, mereka yang punya aktivitas amygdala yang tinggi, punya risiko menderita gangguan pembuluh darah yang lebih tinggi juga,” tegas Tawakol.
Di sisi lain, peneliti dari Leiden University, Ilze Bot mengatakan stres merupakan faktor risiko utama penyebab penyakit kardiovaskular.
Sebelumnya, sebuah studi pada 2014 menyebutkan bahwa stres kronis akan meningkatkan produksi sel darah putih, yang bisa menghambat dinding arteri, menghalangi aliran darah sehingga memicu penggumpalan dan meningkatkan tekanan darah serta risiko serangan jantung juga stroke.
(les)