Jakarta, CNN Indonesia -- Di suatu sore yang bersalju, sejumlah wisatawan bersama pemandunya terlihat menunggu untuk naik kereta dari stasiun Wina, Austria. Bukan diajak untuk berbelanja barang mewah, sang pemandu, Barbara, mengajak mereka untuk mengunjungi tempat penampungan tunawisma.
Sesampainya di sana, wisatawan diberi banyak informasi dan penjelasan mengenai cara membantu tunawisma untuk bisa bertahan hidup.
Wina disebut sebagai kota dengan tingkat kenyamanan hidup paling tinggi di dunia. Kesejahteraan penduduk dan keamanan lingkungan membuat kota ini menjadi yang terbaik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ribuan orang menjadi tunawisma di sana. Dikutip dari
AFP pada Senin (16/1), data dari pemerintah menyatakan kalau ada lebih dari 4.300 orang tunawisma di sana setiap tahunnya.
Barbara menjadi pemandu wisata tunawisma setelah sebelumnya sempat merasakan kondisi yang sama.
Ketika itu, saat masih menjadi pemilik galeri, ia didiagnosa menderita kanker yang mengharuskannya menjalani pengobatan pada 2014.
Uang habis, tempat tinggal dijual, ia lalu menghabiskan sisa hidupnya di tempat penampungan tunawisma.
Beberapa bulan kemudian, peruntungan Barbara membaik dan ia mengoperasikan “agen wisata tunawisma” bernama Shades Tours untuk tujuan berbagi.
“Di sana saya merasa bahagia, oleh karena itu saya merasa sehat. Rambut saya pun mulai tumbuh lagi setelah sebelumnya botak karena kemoterapi,” kata Barbara kepada wisatawan yang diajaknya.
“Saya merasa optimistis kalau kehidupan saya akan membaik, terutama untuk bisa memiliki tempat tinggal baru,” lanjutnya.
Dioperasikan pada tahun lalu, kelompok sosial ini berusaha menjembatani kebutuhan wisatawan akan tren baru sekaligus membantu kaum yang kurang beruntung.
Jika di Paris wisatawan diajak berkeliling Menara Eiffel, di Wina mereka bisa membantu mengurangi jumlah tunawisma.
“Saya ingin perjalanan wisata ini lebih mengedukasi banyak orang,” kata salah satu pendiri Shades Tours, Perrine Schober.
“Kita melihat tunawisma setiap hari, tapi kita tak mengerti kondisi yang sebenarnya. Jadi, banyak orang yang seakan tidak peduli untuk membantunya,” lanjutnya.
(ard/ard)