Jakarta, CNN Indonesia -- Selama ini kuliner tingkat tinggi seperti gastronomi biasanya didominasi oleh makanan ala Barat. Namun, seorang chef Indonesia berpikiran berbeda.
Chaf Ragil Imam Wibowo, atau biasa disebut Chef Ragil, dikenal dengan sajian menu makanan porsi jumbo. Namun di sebuah restoran baru yang ia buka, makanan itu menciut seukuran kuliner khas gastronomi.
Hal yang spesial adalah, kuliner gastronomi kelas kakap itu pada dasarnya merupakan makanan tradisional Nusantara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Chef Ragil mewujudkan mimpi menjadikan kuliner Indonesia level global di sebuah bangunan klasik peninggalan Belanda di Kemang, Jakarta Selatan.
Ia menamakan restoran itu dengan Nusa Gastronomy. Saat masuk, cahaya temaram berpadu dengan elemen kayu serta warna kelabu pada dinding menciptakan suasana hangat dan tenang.
Restoran ini dirancang sebagai kolaborasi cinta antara chef dengan sang istri. Chef Ragil mengurus dapur, sang istri mengurus perabot dan konsep.
"Konsep restoran ini berawal ketika saya berjalan-jalan dan menemukan berbagai resep dari berbagai daerah di Nusantara. Saya jadi berpikir, bagus juga kalau ada
showroom untuk makanan Indonesia secara keseluruhan," ujar Chef Ragil saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, Kamis (19/1).
Barat di Luar, Indonesia di DalamDi Nusa Gastronomy, tidak ada ciri khas nasi menggunung yang kerap ditemui di warung makan. Semua kecil, tertata apik, bahkan terlalu indah untuk dikonsumsi begitu saja.
Namun itulah yang ingin diangkat oleh Chef Ragil. Ia percaya, kecintaan pada nusa dan bangsa dapat diwujudkan dengan berbagai cara, salah satunya menjadikan makanan Indonesia setara dengan kuliner dunia melalui teknik ala gastronomi.
"Dengan memperlakukan makanan seperti hidangan mewah, saya ingin masakan Indonesia lebih dihargai dan tidak diremehkan," ujar Chef Ragil.
Untuk menu yang disajikan, restoran ini akan memberikan pilihan berbeda setiap hari. Semua tergantung pada kreativitas dan 'insting' dari sang empunya dapur.
Setiap hari, restoran ini dapat menyajikan tiga hingga delapan set menu yang terdiri dari
amuse bouche atau pembuka sampai penutup. Dan meski semua berpenampilan ala Barat, percaya
lah, dalamnya tetap Indonesia.
Misalnya sebuah gelas sampanye akan datang sebagai penghangat tubuh sebelum jamuan. Namun itu cuma gelasnya saja, isinya? Wedang secang.
Lainnya,
misalnya
amuse bouche yang susah dieja itu, ternyata adalah kerak telor, rendang, dan belut goreng kering. Tak lupa, sambal uleg dengan rasa gurih dan manis.
 Menu amuse bouche di Restoran Nusa. (CNN Indonesia/Artho Viando) |
Jangan ragukan rasanya, makanan 'Barat' itu tetap terasa Indonesia.
Bila makanan seperti rendang dan kerak telor sudah kepalang awam, coba makanan pembuka dari Batak bernama
na niura. Makanan ini berisi ikan kerapu yang dimasak dengan asam jungga dan andaliman.
Pilihan makanan Indonesia Timur seperti yang diwakilkan oleh
gohu tuna dari Ternate. Makanan ini berisi cacahan ikan tuna dimasak dengan lemon cui Manado.
Masih banyak contoh makanan lainnya yang dapat ditemui di restoran Chef Ragil ini, mulai dari gulai kambing berisi 23 rempah 'si kameng' dari Aceh, urap khas Bali, hingga beragam kuliner hasil kekayaan laut Indonesia.
"Saya mendatangkan langsung sebagian besar bahan makanan dari daerah asalnya. Karena ini menjamin rasanya tetap sama," kata Ragil.
 Menu bubur kampiang di Restoran Nusa (CNN Indonesia/Artho Viando) |
Belajar dari akarnyaUntuk memasak berbagai menu khas Indonesia ini, Chef Ragil mengaku mempelajari khusus hingga daerah asal kuliner tersebut. Ia sengaja melakukan perjalanan khusus dan mempelajari langsung dari 'akarnya', yaitu masyarakat.
"Biasanya saya tanya langsung resepnya kepada ibu-ibu yang saya temui di jalan atau langsung pergi ke pasar tradisional setempat," kata Ragil.
Chef Ragil bukan hanya mempelajari secara langsung resep tradisional masakan Nusantara. Dia bahkan mendokumentasikan dalam beragam bentuk seperti tulisan, foto, dan video.
Dokumentasi tersebut bukan hanya berguna untuk dipelajari lebih mendalam oleh Chef Ragil. Namun juga sebagai bentuk penyimpanan warisan budaya Nusantara.
"Ibu-ibu sangat baik hati bersedia mengajarkan saya, karena sekali riset saya biasanya memakan waktu hingga satu pekan," kata Chef Ragil.
"Saya kalau ketemu ibu-ibu di sana saya tanya apakah saya boleh ke rumah dia untuk belajar langsung,"
Hasil riset Chef Ragil tersebut kemudian dikombinasikan dengan teknik
molecular gastronomy untuk menghasilkan sepaket menu kuliner tingkat tinggi.
Bila berminat mencicipi kuliner Indonesia taraf dunia, setidaknya Anda perlu menyiapkan Rp400-500 ribu untuk satu set menu berisi tiga hingga lima hidangan, termasuk minuman.
Dan sekali lagi, jangan harap menemukan porsi makanan besar. Sebaliknya, berharaplah mencicipi makanan Indonesia dengan penampilan kelas dunia.
(okt/les)