REKOMENDASI KULINER

Mencicip Kuliner Tradisional di 'Reruntuhan' Mataram Kuno

Puput Tripeni Juniman | CNN Indonesia
Jumat, 27 Jan 2017 20:00 WIB
Sebuah bangunan bekas Kerajaan Mataram kini menjadi destinasi turis mancanegara, tempat itu jadi restoran yang menjamu hidangan Eropa hingga Nusantara.
Restoran Sekar Kedhaton berdiri di bangunan bekas Kerajaan Mataram. (Dok. Restoran Sekar Kedhaton)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lengkung kubah ala Kolonial dan bertengger naga menyambut kedatangan para tamu dari berbagai belahan dunia. Ratusan tahun lalu, bangunan berdinding putih itu adalah bagian dari salah satu kerajaan besar di Nusantara, Mataram Kuno.

Kini, bangunan berusia ratusan tahun tersebut masih menyambut para tamu dari berbagai belahan dunia. Namun ia bukan lagi sebagai bagian dari Mataram Kuno, melainkan sebagai sebuah restoran bernama Sekar Kedhaton.

Meski sudah berlalu jauh dari masa kegemilangan kerajaan dengan peninggalan Candi Borobudur itu, namun nyawa dan romansa Mataram masih terasa dari ornamen hingga interior khas masa lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semua itu dipertahankan membuat pengunjung bak tamu kerajaan yang akan menghadap sri paduka raja penguasa tanah Jawa.

Tak ada yang diubah dari bentuk aslinya, sebuah trah atau tempat berkumpul keluarga Kerajaan Mataram selain gebyok atau pintu lebar khas Jawa. Hanya perubahan sedikit dari pintu kayu menjadi kaca agar restoran dapat terlihat dari luar.

Sisanya, ornamen dan furnitur merupakan peninggalan zaman kerajaan. Warna kuning khas Tiongkok serta merah dan biru khas Belanda berbaur dengan aksen ukiran Jawa.

Kombinasi tersebut adalah gambaran kejayaan Nusantara di masa lalu, saat Kerajaan Mataram disegani dan berhubungan baik dengan China, Belanda, dan Portugis.

Meski Mataram sudah lama menjadi sejarah Indonesia, namun restoran yang terletak di Kotagede, Yogyakarta, itu masih menyambut ramah dengan beraneka macam hidangan Eropa, Asia, dan Nusantara.
Interior Restoran Sekar Kedhaton di Yogyakarta merupakan perpaduan budaya China, Belanda dan Portugis.Interior Restoran Sekar Kedhaton di Yogyakarta merupakan perpaduan budaya China, Belanda dan Portugis. (CNN Indonesia/Puput Tripeni Juniman)
Menyesuaikan pelanggan

Meski bukan sebagai bangunan inti peninggalan Mataram seperti keraton Yogyakarta, namun bangunan Sekar Kedhaton yang terletak di Jalan Tegalgendu 28 dan sekitarnya tersebut kerap kedatangan wisatawan.

Menurut Sony Kartawijaya, manajer Sekar Kedhaton, restoran yang didirikan pada 2004 itu bertujuan memfasilitasi para wisatawan mancanegara yang berkunjung. Kotagede disebut menjadi salah satu destinasi tujuan wisatawan setelah Candi Borobudur.

Untuk menyesuaikan dengan pelanggan, Sony menawarkan serangkaian menu khas Eropa dan Asia. Beberapa menu standar Eropa tersedia seperti pasta dan sandwich.

"Orang Eropa sebenarnya masih bisa menerima cita rasa Indonesia, walaupun tidak sampai terlalu Jawa. Kami pun menyesuaikan juga dengan cara memasaknya agar sesuai dengan pengunjung mancanegara yang datang sekitar 80 persen dari total pelanggan kami," kata Sony.

Selain Eropa, menu Asia selain Jawa yang disediakan Sony berasal dari Tiongkok dan Asia Tenggara. Beberapa kuliner Mandarin seperti fuyung hai cukup menjadi favorit pelanggan. Pun, ayam rica-rica asal Manado juga jadi incaran pembeli.
Salah satu menu di Sekad Kedhaton. Salah satu menu di Sekad Kedhaton. (Dok. Restoran Sekar Kedhaton)
Sebagai restoran yang berdiri di tanah dan bangunan Jawa, Sekar Kedhaton ikut menampilkan kuliner njawani. Beberapa di antaranya adalah ayam dan bebek garang asem, iga brongkos, dan lumpia gudeg.

Garang asem merupakan makanan tradisional khas Jawa yang terbuat dari ayam atau bebek yang dimasak dengan kuah santan menggunakan daun pisang. Dengan berbagai bumbu seperti cabai rawit dan belimbing wuluh, rasa garang asem ini pedas dan asam segar.

Pesona Mataram dan makanan njawani ternyata sanggup menarik pengunjung. Dengan harga makanan yang dipatok mulai dari Rp70 ribu, restoran ini sanggup kedatangan tiga hingga empat ribu pelanggan setiap bulannya.

"Kami juga bekerja sama dengan jasa wisata dan hotel yang membawa wisatawan ke Yogyakarta, untuk mampir ke sini." kata Sony.

(end/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER