Pemandangan 'Bintang Lima' dari Hotel Bintang Tiga Singkawang

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Minggu, 29 Jan 2017 18:35 WIB
Dari kamar yang berada di lantai sembilan, dapat terlihat jelas pemandangan matahari terbit dan tenggelam dari balik barisan bukit di Singkawang.
Hotel Swiss-Bellin Singkawang. (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kemudahan akses transportasi dan akomodasi membuat pengembangan industri pariwisata di suatu daerah akan menjadi lebih mudah. Itulah faktor yang menjadi latar belakang berdirinya Hotel Swiss-Bellin di Singkawang, Kalimantan Barat.

Saat dikunjungi oleh CNNIndonesia.com pada pertengahan Januari ini, hotel berbintang tiga dengan delapan tingkat yang menyatu dengan mal itu tampak menjulang tinggi di antara perbukitan menghijau.

Tentu saja ada banyak pertanyaan, mengenai alasan sekelompok pengusaha yang “nekat” berinvestasi membangun satu-satunya hotel berbintang tiga di kota kecil itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keheranan itu lalu mendapat jawabannya ketika berbincang dengan General Manager Hotel Swiss-Bellin Singkawang, Muhammad Jufri Sakka.

Jufri, begitu ia biasa disapa, mengatakan kalau hotel ini dibangun karena rasa hutang budi pemiliknya terhadap kampung halamannya.

“Hotel ini dibangung atas kerjasama perusahaan kontraktor Pulau Intan dan sekelompok pengusaha yang berasal dari Singkawang. Tidak muluk-muluk, mereka ingin memajukan kota kelahiran mereka,” kata Jufri.

“Mereka ingin, dengan adanya hotel dan mal, seiring dengan industri pariwisata, perekonomian masyarakat di sekitarnya juga ikut berkembang. Oleh karena itu hampir 80 persen karyawan kami merupakan warga Singkawang,” lanjutnya.

Hotel Swiss-Bellin baru mulai beroperasi pada Desember 2016. Walau masih dalam tahap penyempurnaan, sejumlah fasilitas sudah dapat digunakan, seperti kamar, ruang pertemuan, ruang rapat, restoran, dan kolam renang. Yang masih akan menyusul untuk dibangun ialah bar dan fitness center.

Ada lima tipe kamar yang disediakan; Deluxe, Superior Deluxe, Business Suite, Executive Suite, dan President Suite.

Dari rencana 117 kamar, baru 70 kamar yang dibuka, dengan tarif per malam mulai dari Rp456 ribuan sampai Rp3jutaan.

CNNIndonesia.com mencoba kamar tipe Deluxe selama empat hari tiga malam. Dari kamar yang berada di lantai sembilan itu, dapat terlihat jelas pemandangan matahari terbit dan tenggelam dari balik barisan bukit di Singkawang.

Untuk kamar seharga ratusan ribu rupiah, pemandangan itu tentu saja memberi keuntungan tersendiri bagi tamu.

Pemandangan 'Bintang Lima' dari Hotel Bintang Tiga SingkawangPemandangan dari kamar di lantai sembilan Hotel Swiss-Bellin Singkawang. (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)

Namun, bagi tamu dengan tujuan bisnis, jangan berharap lebih dengan jaringan internetnya. Lagi-lagi karena hotelnya masih dalam tahap penyempurnaan. Beruntung, sinyal berbagai operator telekomunikasi masih dapat diterima dengan baik di sini.

“Sejak pertama kali dibuka, tingkat okupansinya sudah mencapai 80 persen. Angka yang sangat lumayan untuk hotel besar di kota kecil seperti ini,” ujar Jufri.

“Tingkat okupansinya bisa 100 persen saat ada perayaan tradisi etnis Tionghoa, seperti Imlek dan Cap Go Meh,” lanjutnya.

Pemandangan 'Bintang Lima' dari Hotel Bintang Tiga SingkawangKolam renang di Hotel Swiss-Bellin Singkawang. (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)


Jufri menjelaskan, sebagian besar tamu yang datang merupakan warga Singkawang yang pulang kampung, yang notabene rata-rata sudah menjadi pengusaha di perantauannya.

Keberadaan Hotel Swiss-Bellin tentu saja memudahkan mereka, yang selama ini selalu menginap di Pontianak.

“Mereka biasa pulang minimal sebulan sekali dan menginap di Pontianak. Sekarang mereka lebih memilih menginap di Singkawang. Tentu saja ini potensi yang sangat besar,” kata Jufri.

Restoran Barello di Hotel Swiss-Bellin Singkawang. (CNN Indonesia/Ranny Virginia Utami)

Selain warga Singkawang, Jufri juga mengatakan kalau target pemasaran hotelnya ialah wisatawan muda, yang gemar menjelajah daerah baru.

“Mereka mungkin tahu di Singkawang ada objek wisata ini dan itu. Tapi kalau mereka tidak tahu harus menginap di mana, tentu saja mereka akan mengurungkan niat untuk datang,” ujar Jufri.

“Jadi hotel ini dibangun bukan karena permintaan pasarnya besar, justru kami ingin menciptakan pasar. Semakin banyak hotel, akan semakin banyak wisatawan yang berdatangan ke Singkawang,” lanjutnya.

Hotel dan mal telah dibangun, namun Jufri berharap agar pemerintah memperhatikan akses menuju Singkawang demi semakin mempermudah wisatawan untuk datang.

Saat ini, untuk bisa datang ke sana, wisatawan harus mendarat di Bandara Supadio di Pontianak lalu melanjutkan perjalanan darat selama kurang lebih empat jam.

“Kami berharap pemerintah mau membangun bandara di Singkawang atau minimal membenahi dulu angkutan bandara dari Pontianak ke Singkawang agar wisatawan merasa nyaman sudah jauh-jauh datang ke sini,” kata Jufri menutup pembicaraan.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER