Sekitar 20 Persen Makanan di Dunia Terbuang Sia-sia

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Kamis, 23 Feb 2017 16:09 WIB
Pemborosan makanan masih menjadi masalah dunia. Populasi dunia setidaknya mengonsumsi 10 persen makanan berlebih dari yang dibutuhkan.
ilustrasi: Pemborosan makanan dan pembuangan makanan jadi masalah dunia. (Kaboompics)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 20 persen makanan di seluruh dunia hilang karena ada makanan berlebihan atau pemborosan makanan. Hal ini diketahui berdasar sebuah penelitian dan studi baru.

Populasi dunia mengonsumsi 10 persen makanan berlebih dari yang mereka butuhkan. Sementara, menurut peneliti, ada sekitar sembilan persen yang dibuang atau dibiarkan rusak.

Mengutip Scoop Whoop, para peneliti dari University of Edinburgh, Inggris meneliti 10 tahap penting dalam sistem pangan global. Termasuk di dalamnya adalah konsumsi makanan dan pertumbuhannya sampai panen. Semuanya dihitung untuk mengukur sejauh mana kerugian akibat makanan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menggunakan data di tahun 2011 dari UN Food and Agriculture Organisation, tim menemukan makanan yang terbuang jumlahnya lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.

Hampir setengah dari hasil panen, atau sekitar 2,1 miliar ton 'hilang' karena konsumsi berlebihan, pembuangan makanan, dan pengolahan makanan yang tidak efisien.

Data tersebut juga mengungkapkan bahwa produksi peternakan adalah proses paling efisien. Tim menemukan bahwa kerugiannya berkisar antara 78 persen atau 840 juta.

Sekitar 1,08 ton hasil panen digunakan untuk menghasilkan 240 juta ton produk binatang yang bisa dimakan, misalnya daging, susu, dan telur.

Peningkatan permintaan untuk beberapa jenis makanan, terutama daging dan produk susu, akan menurunkan efisiensi sistem pangan. Akibatnya, produksi pangan untuk populasi yang lebih besar dan berkelanjutan di seluruh dunia akan berkurang.

Memenuhi permintaan ini bisa menyebabkan kerusakan lingkungan karena meningkatkan emisi gas rumah kaca, menghabiskan pasokan air, dan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati.

Mendorong orang untuk makan lebih sedikit produk hewani dan mengurangi limbah akan membalikkan tren ini.

"Kami menemukan bahwa makan berlebihan itu buruk bagi lingkungan dan mengganggu eksistensi pangan," kata Peter Alexander dari Edinburgh School of Geosciences. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER