Jakarta, CNN Indonesia -- Sekitar 20 persen makanan di seluruh dunia hilang karena ada makanan berlebihan atau pemborosan makanan. Hal ini diketahui berdasar sebuah penelitian dan studi baru.
Populasi dunia mengonsumsi 10 persen makanan berlebih dari yang mereka butuhkan. Sementara, menurut peneliti, ada sekitar sembilan persen yang dibuang atau dibiarkan rusak.
Mengutip
Scoop Whoop, para peneliti dari University of Edinburgh, Inggris meneliti 10 tahap penting dalam sistem pangan global. Termasuk di dalamnya adalah konsumsi makanan dan pertumbuhannya sampai panen. Semuanya dihitung untuk mengukur sejauh mana kerugian akibat makanan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menggunakan data di tahun 2011 dari UN Food and Agriculture Organisation, tim menemukan makanan yang terbuang jumlahnya lebih banyak dari yang diperkirakan sebelumnya.
Hampir setengah dari hasil panen, atau sekitar 2,1 miliar ton 'hilang' karena konsumsi berlebihan, pembuangan makanan, dan pengolahan makanan yang tidak efisien.
Data tersebut juga mengungkapkan bahwa produksi peternakan adalah proses paling efisien. Tim menemukan bahwa kerugiannya berkisar antara 78 persen atau 840 juta.
Sekitar 1,08 ton hasil panen digunakan untuk menghasilkan 240 juta ton produk binatang yang bisa dimakan, misalnya daging, susu, dan telur.
Peningkatan permintaan untuk beberapa jenis makanan, terutama daging dan produk susu, akan menurunkan efisiensi sistem pangan. Akibatnya, produksi pangan untuk populasi yang lebih besar dan berkelanjutan di seluruh dunia akan berkurang.
Memenuhi permintaan ini bisa menyebabkan kerusakan lingkungan karena meningkatkan emisi gas rumah kaca, menghabiskan pasokan air, dan menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati.
Mendorong orang untuk makan lebih sedikit produk hewani dan mengurangi limbah akan membalikkan tren ini.
"Kami menemukan bahwa makan berlebihan itu buruk bagi lingkungan dan mengganggu eksistensi pangan," kata Peter Alexander dari Edinburgh School of Geosciences.
(chs)