Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan tulang, duduk dengan postur tubuh yang baik rupanya dapat membantu seseorang meredakan stres.
Melansir
Live Science, sebuah penelitian yang dilakukan Universitas Auckland baru-baru ini menemukan, postur duduk yang buruk dapat menghancurkan suasana hati dan memperburuk gejala depresi yang dialami seseorang.
Dokter Elizabeth Broadbent, pemimpin penelitian tersebut menjelaskan para peneliti menemukan, gejala stres yang dialami seseorang dapat memburuk akibat rasa sedih yang terus menumpuk karena tidak memperbaiki posisi duduk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dibandingkan duduk dengan posisi bungkuk, duduk tegak dapat membantu seseorang merasa bangga, percaya diri, dan meningkatkan ketekunan dalam bekerja," ujar Broadbent.
Untuk menguji hal tersebut, para peneliti mengumpulkan 61 orang yang terdiagnosis memiliki gejala depresi ringan sampai sedang. Para peserta kemudian dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama diminta duduk dengan postur tegak, sementara sisanya dibiarkan duduk seperti biasa.
Broadbent kemudian menempelkan sebuah plester khusus terapi di punggung kelompok pertama untuk mencegah mereka duduk bungkuk. Selama penelitian berlangsung para peserta diminta untuk mengisi survey yang berkaitan dengan suasana hati mereka.
Hasilnya, kelompok peserta yang duduk dengan postur baik menunjukan respon positif dan antusias. Hal itu terlihat dari jawaban mereka yang memperlihatkan suasana hati lebih baik dari peserta dengan posisi duduk salah.
"Penelitian menunjukkan duduk tegak dapat membuat seseorang merasa lebih waspada dan antusias, mengurangi rasa takut, serta meningkatkan kepercayaan diri bahkan setelah menjalani tugas yang berat," ujar Broadbent.
Lebih lanjut ia mengaku, penelitian kali ini terinspirasi dari pengalaman pribadinya dalam mengatasi stres. Broadbent mengatakan, saat merasa depresi, ia akan membenarkan posisi duduk dan mengklaim hal itu berhasil meningkatkan suasana hatinya.
"Setelah membenarkan postur saya merasa lebih baik. Jadi saya menyimpulkan, jika ini berhasil pada diri sendiri mungkin juga bekerja pada orang lain," ujar Broadbent.
Meskipun belum ada penjelasan ilmiah lebih rinci tentang penelitian ini. Para peneliti berharap hal ini dapat menjadi alternatif pengobatan penyakit mental di masa mendatang. Sementara penelitian lebih lanjut masih akan dilakukan untuk menguji lebih banyak responden dari segala aspek.
(okta/rah)