Jakarta, CNN Indonesia -- Cukup mengerikan ketika seseorang harus rela mengorbankan nyawanya hanya karena gigi berlubang. drg. Ahmed Setia SpBM mengatakan, seringkali masyarakat baru sadar soal gigi berlubang ketika mengalami infeksi odontogenik atau infeksi yang berasal dari gigi.
Jarak waktu antara infeksi gigi berlubang dengan kematian sangatlah tipis. Berdasarkan pengalaman Ahmed, pasien yang menderita infeksi akibat gigi berlubang hanya dapat bertahan hidup dalam kurun waktu satu minggu.
"Resiko infeksi bisa sebabkan kematian. Infeksi dapat terjadi karena sepsis dan obstruksi," ujarnya di Jakarta Pusat, Selasa (28/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepsis merupakan respon inflamasi akibat adanya infeksi pada tubuh. Jika seseorang sudah masuk kategori sepsis maka dia akan masuk ruang ICU.
Sedangkan obstruksi merupakan sumbatan yang biasanya terjadi pada saluran pernapasan karena pembengkakan pada dasar mulut yang sebabkan terangkatnya lidah.
Ahmed mengatakan, penanganan infeksi itu dapat dilakukan dengan bedah insisi drainage. Artinya, dokter harus mengeluarkan nanah atau cairan lainnya yang menyerang pasien di kamar bedah dengan bius total.
Sejauh ini, menurut Ahmed, kematian akibat infeksi gigi berlubang kerapkali menimpa orang dewasa dengan usia 18-70 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan terjadi pada anak-anak.
Dari pengalamannya, Ahmed mengatakan, minimal satu orang mengalami infeksi gigi setiap harinya.
"Infeksi gigi itu bisa menyasar ke jantung dewasa dan anak-anak. Begitu masuk ke peredaran darah, ada proses inflamasi yang mengakibatkan multiorgan disfunction," tuturnya.
Maka itu, Ahmed mengatakan, pemeriksaan gigi selama enam bulan sekali harus dilakukan karena selama itulah karies menjelajah di gigi yang dapat mengakibatkan lubang.
Ahmed mengatakan, meskipun pasien gigi berlubang kerapkali meminum obat untuk mengurangi sakit, tidak akan menutup jalannya karies yang berujung infeksi. Maka itu, dibutuhkan intervensi untuk evaluasi masalah gigi berlubang.
(sys)